Liliek Haryjanto
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Indonesia Kode Pos 55582

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Genetic Variation in Growth Traits of Two Years Old Ficus variegata Blume Haryjanto, Liliek
Jurnal Wasian Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Wasian
Publisher : Balai Penelitian Kehutanan Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jwas.v2i1.870

Abstract

A progeny trial of nyawai (Ficus variegata Blume) with subline system was established in Mangunan, Bantul, Yogyakarta and designed as a Randomized Completely Block Design. Lombok subline comprised of 17 families and Cilacap-Pangandaran subline comprised of 19 families. This study was aimed to observe  growth variation and genetic parameter of these sublines  at two years after planting. Varians analysis was performed  to find out family  effect on survival,  height, and diameter traits.  Component varians analysis was used to estimate coefficient of genetic variation and heritability. This study showed that survival rate of the trial ranged from 89.01%  to 91.42%. Family effect on height and diameter variation was very significant at both sublines. Estimation coefficient of genetic variation for height and diameter traits ranged from 4.41% to 9.04% or categorized as intermediate. Individual heritabilities for height traits ranged from 0.15 to 0.22;  diameter ranged from 0.18 to 0.09, while family heritabilities for height and diameter traits  ranged from 0.49 to 0.60 and 0.29 to 0.66 respectively.
Variasi Pertumbuhan dan Estimasi Parameter Genetik Semai Nyawai (Ficus variegata Blume) Haryjanto, Liliek
bionature Vol 18, No 2 (2017): Oktober
Publisher : Fakultas MIPA UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.27 KB) | DOI: 10.35580/bionature.v18i2.6136

Abstract

Abstract. Growth variation and genetic parameter estimation of Ficus variegata Blume seedlings were done at The Centre for Forest Biotechnology and Tree Improvement, Yogyakarta at 8 months of age. Genetic materials from Banyuwangi population which comprised of 15 families and Cilacap-Pangandaran population comprised of 19 families. The trial was designed as a Randomized Completely Block Design (RCBD) with family as treatment, 3 replications and each replication comprises 10 seedlings. The purpose of this study was to observe  growth variation and genetic parameter of these populations at seedlings level. Analysis of variance was performed to find out family effect on height and diameter traits. Analysis of variance component was used to estimate coefficient of genetic variation, heritability and genetic correlation. This study showed that family effect on height and diameter variation was very significant at both populations. The estimation of coefficient of genetic variation for height and diameter trait ranged from 10.80% (categorized as intermediate) to 18.04%  (categorized as high). Family heritability estimation for height trait ranged from 0.96 to 0.99 and diameter trait ranged from 0.89 to 0.96, both categorized as high. Strong genetic correlation for height and diameter trait ranged from 0.87 to 0.89.Keywords: Nyawai, Ficus variegata,  growth, genetic parameter, seedling.
Status Kesehatan Tegakan Konservasi Ex Situ Cendana (Santalum Album Linn.) Umur 11 Tahun di KHDTK Watusipat, Gunung Kidul Yuliah, Y; Fiani, Ari; Haryjanto, Liliek
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2017: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.399 KB)

Abstract

Cendana merupakan salah satu jenis asli Indonesia yang termasuk dalam kategorirentan (vulnerable). Upaya konservasi cendanaselama ini masih menemui kendala rendahnya tingkat keberhasilan hidup, salah satunya karena faktor hama dan penyakit yangmenyerang tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring kesehatan tegakan secara periodik untuk membantu menekanresiko kerusakan melalui pengambilan kebijakan dan penerapan tindakan silvikultur yang tepat. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui status kesehatan tanaman cendana umur 11 tahun di KHDTK Watusipat, Gunungkidul yang meliputipersentase hidup, jenis serangan hama penyakit, dan Nilai Indek Kesehatan tegakan. Evaluasi pada 4 provenan dilakukan denganintensitas sampling 100% menggunakan panduan Forest Health Monitoring (FHM). Hasil pengamatan menunjukkan, presentasekeberhasilan tumbuh tanaman cendana cukup tinggi (78,33%), dengan Nilai Indek Kerusakan (NIK) sebesar3,33 (kategori sehat).Kondisi kerusakan yang terjadi berupa kekeringan pada tajuk (94,68%), embun jelaga (81,38%), liana (32,45%), bekicot (13,83),rayap (13,30%), ulat (5,32%) dan badan buah jamur (0,53%). Peringkat provenan berdasarkan NIK terendah adalah Sumba, Belu,Rote dan Timor Tengah Utara. Beberapa tindakanmekanis dana sanitasi lingkungan yang disarankan yaitu: pembersihan semaksepanjang jalur tanam serta memotong dan membakar bagian cabang yang terdapat badan jamur. Pengendalian hama danpenyakit secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan pestisida.
Dukungan Konservasi Sumberdaya Genetik Cendana (Santalum album Linn) Pada Program Pemuliaan Genetik Haryjanto, Liliek
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2017: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.782 KB)

Abstract

Cendana (Santalum album Linn) merupakan jenis asli Indonesia yang sebagian besar tersebar di KepulauanNusa Tenggara Timur. Produk cendana berupa minyak maupun kayu. Minyak cendana digunakan untukbahan parfum, kosmetik, aromaterapi, dan obat-obatan. Kayunya digunakan untuk kerajinan maupun ritualkeagamaan. Namun saat ini keberadaan tanaman cendana di populasi alaminya telah mengalami degradasiyang amat serius sehingga jenis ini termasuk kategori Critical Endangered menurut IUCN. Usaha konservasisumberdaya genetik cendana telah dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologidan Pemuliaan Tanaman Hutan sejak tahun 2000. Koleksi materi genetik baik dari berbagai provenanssebaran alamnya maupun ras lahan Gunungkidul berupa tanaman yang berada di Hutan Penelitian Watusipat,Gunungkidul, Yogyakarta. Untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman cendana di masa mendatang, maka telah dilakukan program pemuliaan genetik melalui aktifitas seleksi klon-klon unggul. Klon unggulcendana yaitu klon yang memiliki kandungan santalol mengingat kualitas minyak cendana ditentukan olehkandungan santalol ini.
Status Kesehatan Tegakan Konservasi Ex Situ Cendana (Santalum album Linn.) Umur 11 Tahun di KHDTK Watusipat, Gunung Kidul Yuliah, Y; Fiani, Ari; Haryjanto, Liliek
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2018: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1147.671 KB)

Abstract

Cendana merupakan salah satu jenis asli Indonesia yang termasuk dalam kategori rentan (vulnerable). Upaya konservasi cendana selama ini masih menemui kendala rendahnya tingkat keberhasilan hidup, salah satunya karena faktor hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring kesehatan tegakan secara periodik untuk membantu menekan resiko kerusakan melalui pengambilan kebijakan dan penerapan tindakan silvikultur yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status kesehatan tanaman cendana umur 11 tahun di KHDTK Watusipat, Gunung kidul yang meliputi persentase hidup, jenis serangan hama penyakit, dan Nilai Indek Kesehatan tegakan. Evaluasi pada 4 provenan dilakukan dengan intensitas sampling 100% menggunakan panduan Forest Health Monitoring (FHM). Hasil pengamatan menunjukkan, presentase keberhasilan tumbuh tanaman cendana cukup tinggi (78,33%), dengan Nilai Indek Kerusakan (NIK) sebesar 3,33 (kategori sehat). Kondisi kerusakan yang terjadi berupa kekeringan pada tajuk (94,68%), embun jelaga (81,38%), liana (32,45%), bekicot (13,83), rayap (13,30%), ulat (5,32%) dan badan buah jamur (0,53%). Peringkat provenan berdasarkan NIK terendah adalah Sumba, Belu, Rote dan Timor Tengah Utara. Beberapa tindakan mekanis dana sanitasi lingkungan yang disarankan yaitu: pembersihan semak sepanjang jalur tanam serta memotong dan membakar bagian cabang yang terdapat badan jamur. Pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan pestisida.
Eksplorasi Materi Genetik Gaharu Buaya (Gonystylus brunnescens Airy Shaw) di Kalimantan Barat Haryjanto, Liliek; Prastyono, P
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2018: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.746 KB)

Abstract

Genus Gonystylus (famili Thymelaeaceae) merupakan salah satu penghasil kayu komersial yang dikenal dengan nama perdagangan kayu ramin. Populasi jenis-jenis Gonystylus di alam semakin menurun dan terancam punah karena berbagai alasan, sehingga sejak tahun 2004 dimasukkan dalam Appendix II CITES. Gonystylus brunnescens Airy Shaw atau dikenal dengan nama lokal gaharu buaya merupakan salah satu jenis Gonystylus yang banyak dimanfaatkan kayunya untuk kerajinan karena memiliki ciri khas kayu yang berbau harum. Hingga saat ini tidak ditemukan literatur yang melaporkan keberadaan populasi G. brunescens dengan jumlah individu yang melimpah sehingga kelestarian jenis ini sangat terancam. Untuk mencegah jenis ini dari ancaman kepunahan, maka perlu dilakukan upaya konservasi ex situ. Pada tahap awal kegiatan konservasi ex situ adalah eksplorasi materi genetik di sebaran alamnya. Kegiatan ini dilakukan di wilayah kerja PT. Sari Bumi Kusuma (SBK) di Kalimantan Barat. Materi genetik diambil dari setiap individu tanaman yang ditemukan. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan informasi dan jumlah individu di habitat alaminya. Jenis materi genetik yang dikoleksi berupa cabutan anakan alam (wildling), maupun bagian vegetatif tanaman . Data sebaran, kondisi pohon maupun habitat dicatat dalam tallysheet. Hasil eksplorasi di 3 lokasi di PT. SBK adalah sebagai berikut:(1). KM 84 mendapatkan bahan vegetatif dari 17 individu, dan 5 individu anakan alam; (2) KM 50 KPPN dan PUP TPTII mendapatkan bahan vegetatif dari 10 individu; dan (3). KM 35 mendapatkan bahan vegetatif dari 8 individu, dan 3 individu anakan alam.
Strategi Konservasi Sumberdaya Genetik Jenis Tanaman Potensial Mendukung Restorasi Gambut Hadiyan, Yayan; Haryjanto, Liliek
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2018: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.941 KB)

Abstract

Degradasi hutan rawa gambut (peatland) terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan terus meningkat sejak banyak terjadinya penebangan liar, kebakaran hutan dan konversi gambut untuk keperluan pertanian dan industri. Salah satu dampak buruk yang timbul, adalah hilangnya beberapa sumberdaya genetik jenis tanaman baik yang telah diketahui potensinya maupun belum. Rawa gambut menyimpan ratusan jenis tanaman, beberapa tanaman potensial baik komersial maupun untuk keperluan restorasi gambut mulai langka. Pendekatan konservasi SDG tanaman potensial pada lahan gambut dapat dilakukan secara in situ dan ex situ melalui berbagai pertimbangan, ragam bentuk aktivitas dan introduksi teknologi pendukung agar pelaksanaan program konservasi lebih efisien. Program tersebut perlu didesign untuk sekaligus mendukung Prioritas Nasional Restorasi Ekosistem Gambut. Pendekatan kemitraan/sinergitas antara lembaga pemerintah, kalangan swasta dan masyarakat dalam program konservasi SDG sudah menjadi sebuah kebutuhan.