Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Sistem Distribusi Air Siap Minum PDAM Kota Malang : Studi Kasus Kecamatan Blimbing Bariqul Haq; Ali Masduqi
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.236 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7865

Abstract

PDAM Kota Malang telah menerapkan sistem distribusi air siap minum, sistem distribusi tersebut dinamakan Zona Air Minum Prima (ZAMP). Pada daerah ZAMP, kuantitas, kontinuitas dan kualitas air yang didistribusikan dijamin memenuhi standar air siap minum. ZAMP merupakan program CATNIP (Certification and Training for Network Improvement Project) hasil kerjasama antara Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) dengan US-AID yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas air minum melalui program sertifikat dan pelatihan untuk perbaikan jaringan perpipaan PDAM. Saat ini ZAMP PDAM Kota Malang sudah melayani 82% wilayah Kota Malang. Wilayah yang belum terlayani nantinya akan dikembangankan dan salah satu wilayahnya adalah Kecamatan Blimbing. Pengembangan ZAMP ini menggunakan bantuan program EPANET 2.0. Program EPANET 2.0 ini digunakan untuk merencanakan sistem distribusi air siap minum dan analisa kualitas sisa klor pada air PDAM Kota Malang. Analisa kualitas sisa klor, data awal konsentrasi sisa klor didapatkan dari hasil sampling langsung ke pelanggan PDAM. Pengembangan Zona Air Minum Prima (ZAMP) PDAM Kota Malang di Kecamatan Blimbing ini dengan direncanakan District Meter Area atau DMA II.2 dan DMA II.10 dengan jumlah layanan mencapai 500 SR tiap DMA. Analisis perencanaan ZAMP PDAM di Kecamatan Blimbing Kota Malang ini menggunakan program EPANET 2.0 untuk mempermudah dalam pengerjaannya. Selain itu dilakukan analisis mengenai kualitas, kuantitas dan kontinuitas air minum yang akan didistribusikan. Kualitas air di DMA dipantau secara eksternal dan internal yang dilakukan secara berkala. Kualitas yang dipentingkan pada perencanaan ini adalah sisa klor yang dijaga minimal 0,2 mg/L agar memenuhi parameter kualitas air minum.
Pemodelan Penurunan Sisa Chlor Jaringan Distribusi Air Minum Dengan EPANET (Studikasus Kecamatan Sukun Kota Malang) Fahir Hassan; Ali Masduqi
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.871 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7866

Abstract

Dalam upaya melakukan pemantauan dan upaya mempertahankan kualitas air minum pada sistem distribusi dengan menggunakan sisa chlor, sangat diperlukan pemodelan untuk mengetahui sisa chlor yang terdapat pada jaringan. Konsentrasi aman untuk sisa chlor minimum yaitu 0.2 mg/l, dimana pada konsentrasi tersebut masih mampu untuk menangani kontaminasi. Dengan mengetahui konstanta penurunan sisa chlor pada jaringan eksisting dengan survey lapangan, untuk mengetahui debit, diameter dan elevasi pipa distribusi dapat digunakan untuk mengoprasikan program EPANET. Dalam program EPANET dilakukan input data untuk data yang sudah di surfei dan dilakukan pengoprasian untuk aspek hidrolis. Apabila pada aspek hidrolis ini sudah memenuhi selanjutnya dilakukan analisa untuk penurunan sisa chlor menggunakan konstanta yang sudah didapatkan. EPANET dapat menganalisa secara keseluruhan faktor yang mempengaruhi penurunan sisa chlor dan menampilkan konsentrasi sisa chlor pada pipa dengan indikasi warna. Dalam proses analisa sisa chlor ini harus dilakukan pada kondisi jam puncak dan kondisi jam minimum. Hal ini ditujukan agar dapat diketahui konsentrasi maksimum dan konsentrasi minimum yang terdapat pada jaringan distribusi. Analisa sisa chlor menggunakan epanet ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui konstanta penurunan sisa chlor yang terjadi, Namun apabila terjadi kebocoran atau gangguan perpipaan yang lain masih belum dapat dianalisa dan perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut.
ANALISIS PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KABUPATEN LAMONGAN BERDASARKAN PRINSIP FULL COST RECOVERY Istichori Istichori; I Putu Artama Wiguna; Ali Masduqi
Journal of Civil Engineering Vol 33, No 1 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.102 KB) | DOI: 10.12962/j20861206.v33i1.4562

Abstract

Water supply in southern part of Lamongan Regency, i.e. Mantup District (Mantup Village), Tikung District (Takeranklating and Bakalanpule Village), and Kembangbahu District (Puter Village) will be served by PDAM from Mojolamong Regional Water Supply System. About 70% villagers in these rural area use groundwater well and others sources of water, while the rest 30% get their water from Hippam. PDAM of Lamongan Regency purchased treated water from Mojolamong Regional Water Supply System and then distribute it to the customer. One of basic principle in the determination of water tariff is full cost recovery, i.e. calculating all basic costs collected from investation, operation, and maintenance, so that the earned income can replace all cost have been spent. Study result show that water tariff rate based on full cost recovery with 9.48% of MARR generated NPV value on Rp.2,876,367,948 (NPV>0), IRR value at 10.74% (IRR≥MARR), and Payback Period through 19 years operation is determined with water tariff at Rp.3,700/m3.
CAPAIAN PELAYANAN AIR BERSIH PERDESAAN SESUAI MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS – STUDI KASUS DI WILAYAH DAS BRANTAS Ali Masduqi
Purifikasi Vol 8 No 2 (2007): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25983806.v8.i2.124

Abstract

The pipelined water supply services in rural areas of East Java Province in 2004 were 5.5%. This achievement must be improved to reach the Millennium Development Goals (MDGs) target. The target of the MDGs by 2015, is to reduce the proportion of people without sustainable access to safe water supply by 50%. In order to achieve the target, it is necessary to evaluate the constraints which may block the service achievement. This study was conducted in the Brantas River Basin, involving 360 rural water supply systems. Data obtained showed that the water services level in pipeline system in rural areas was only 8.60% in 2005. The achievement of services must be improved up to 40% in 2015, to meet the MDGs target. This target will be achieved if the construction of water supply facilities consider the constraints of poverty and lack of participations. If two constraints above are not controlled, the water supply services achievement will be only 26.2% in 2015.
PREDICTION OF RURAL WATER SUPPLY SYSTEM SUSTAINABILITY USING A MATHEMATICAL MODEL Ali Masduqi
Purifikasi Vol 10 No 2 (2009): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25983806.v10.i2.175

Abstract

One of Millennium Development Goals (MDGs) targets is halving the proportion of people without access to safe drinking water and basic sanitation facilities in 2015. Government of Indonesia will develop water services in the future, particularly for rural poor communities, to achieve the target. It is expected that developed water supply systems for the poor in the future are sustainable. However, it is difficult to ensure the success of the developed systems. In order to know the success or failure of the developed systems, a tool to predict sustainability of water supply system in the future is needed. Study on rural water supply systems sustainability using a mathematical model has resulted in prediction of the sustainability. The model is obtained from data analysis of rural water supply systems in Brantas River Basin, East Java, Indonesia using the structural equation modeling (SEM). The data were quantitative and qualitative ones that consist of physical condition of region, social economic, water supply management, as well as water quality. Results of the study are mathematical equation of sustainability model, level of sustainability, and recommended methodology for decision-making of rural water supply projects. This model needs nine data input, they are availability of water sources, selection of technology, investment cost, technical operation, institutional management, existence and ability of operator, availability of spare parts, operation cost, and community participation. The prediction produces sustainability index that can be classified into three levels, they are low sustainability (index = 0.052 to 1.320), moderate sustainability (index = 1.321 to 1.914), and high sustainability (index = 1.915 to 2.507).
EVALUASI DAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN KOTA WAINGAPU KABUPATEN SUMBA TIMUR Ali Masduqi
Purifikasi Vol 6 No 2 (2005): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25983806.v6.i2.278

Abstract

Meningkatnya pemakaian air bersih yang dikelola oleh PDAM Matawai Amahu mengakibatkan beberapa wilayah sering tidak mendapatkan air serta tekanan yang kurang. Analisis dilakukan dengan menggunakan metoda deskriptif dengan pendekatan studi kasus meliputi aspek teknis sistem transmisi dan distribusi, aspek keuangan menyangkut kondisi keuangan dan kelayakan investasi serta aspek kelembagaan. Berdasarkan hasil analisis, penyebab permasalahan adalah kurangnya suplai air baku dari Mata Air Payeti akibat menurunnya debit mata air, tingginya tingkat kebocoran serta ketidaksesuaian penggunaan dimensi beberapa ruas pipa. Mengantisipasi peningkatan permintaan air bersih dilakukan program pengembangan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun, dengan penambahan pipa transmisi baru, pembuatan reservoir serta perluasan jaringan distribusi guna peningkatan pelayanan dari 67,95% pada tahun 2003 menjadi 82,00% pada tahun 2014. Hasil penilaian kelayakan investasi menunjukkan bahwa investasi ini layak di lakukan dan dapat menguntungkan PDAM.
PENYISIHAN FOSFAT DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI MENGGUNAKAN MEDIA PASIR SILIKA Ali Masduqi
Purifikasi Vol 4 No 4 (2003): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Environmental and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.527 KB) | DOI: 10.12962/j25983806.v4.i4.323

Abstract

Salah satu metoda pentisihan fosfat dalam air limbah adalah memanfaatkan kemampuan fosfat membentuk kristal.. Pada penelitian ini, fosfat yang hendak dihilangkan diproses menjadi bentuk kristal dalam reaktor fluidized bed dengan menggunakan seed material pasir silika berdiameter 0,3 – 0,5 mm, sebagai media penumbuh. Penelitian ini difokuskan pada studi penyisihan fosfat dengan menggunakan variasi nilai pH (pH 9, 10 dan 11) serta variasi perbandingan molar Ca/PO4 (7/5; 13/5 dan 19/5). Nilai pH yang menghasilkan penyisihan terbesar adalah pH 10. Pengaruh perbandingan molar Ca/PO4, terhadap penyisihan fosfat juga cukup besar. Nilai perbandingan yang memberikan penyisihan fosfat terbesar adalah 19/5. Efisiensi penyisihan fosfat dengan proses kristalisasi menggunakan reaktor fluidized bed diketahui sekitar 76,5%.