Helwiah Umniyati
Faculty of Medicine, University of YARSI, Jakarta 10510, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SOSIALISASI PEDOMAN GIZI SEIMBANG 2014 BAGI GURU SD N 05 JOHAR BARU Helwiah Umniyati
Info Abdi Cendekia Vol 3 No 1: Juni 2020
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.321 KB) | DOI: 10.33476/iac.v3i1.32

Abstract

Pedoman Gizi Seimbang telah dikenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat lebih dari 15 tahun lalu akan tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang tidak mengetahui Pedoman Gizi Seimbang. Sehingga perubahan perilaku gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang masih jauh dari harapan. Konsumsi pangan belum seimbang baik kuantitas maupun kualitasnya, dan perilaku hidup bersih dan sehat belum memadai. Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa “stunting” pada Balita dan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) pada dewasa makin meningkat. Upaya perubahan perilaku gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang yang merupakan faktor penting dalam pencegahan timbulnya masalah gizi dan mempertahankan status gizi yang baik. Sebagian besar PTM terkait-gizi di atas berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Berdasarkan data Riskesdas 2007, 2010, 2013 dan 2018 memperlihatkan kecenderungan peningkatan prevalensi obesitas pada semua kelompok umur. Obesitas pada anak balita terjadi peningkatan dari 12,2% pada tahun 2007 menjadi 14% di tahun 2010), setelah itu mengalami penurunan pada tahun 2013 (11,9%) dan naik lagi menjadi 13,6% pada tahun 2018. Oleh karena itulah, kita berkewajiban untuk menerapkan dan mensosialisasikan pentingnya pedoman gizi seimbang sejak dari anak-anak. Anakyang obese mempunyai risiko yang besar untuk obes ketika dewasa. Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam tambahan, namun kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah­ buahan dan serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik. Selain masalah kegemukan, hasil riskesdas menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting) anak balita 13,6% (2007), 13,3% (2010), turun menjadi 12,1% (2013) dan 10,2% pada tahun 2018. Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek (stunting) sebesar 36,8% (2007), 35,6% (2010), 37,2% (2013) dan menjadi 30,2% (2018). Prevalensi gizi kurang (underweight) berturut-turut 18,4% , 17,9%, 19,6%, 17,7% . Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, kami meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya pengetahuan guru-guru SD N Johar Baru akan pentingnya penerapan gizi seimbang, agar mendapatan kesehatan yang optimal. Setelah pelatihan gizi seimbang pada guru didapatkan peningkatan pengetahuan sebanyak 41%. Diharapkan setelah meningkatnya pengetahuan gizi seimbang pada masyarakat maka perilaku gizi masyarakat akan berubah.
Knowledge Level of Women’s Reproductive Age Regarding Oral Health During Pregnancy Devina Nadiah Ariska; Alisa Novianty Pratiwi; Helwiah Umniyati
YARSI Dental Journal Vol. 1 No. 01 (2023): YARSI DENTAL JOURNAL
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/ydj.v1i01.90

Abstract

Introduction: A woman will generally experience pregnancy, which can change the health of her oral cavity. Changes that occur in gingiva are often increasing estrogen and progesterone hormones, which are combined with alteration in oral flora and decreased immune response. This occurrence can lead to gingivitis and periodontitis during pregnancy if oral hygiene is inadequate. Periodontal disease in pregnant women is associated with premature birth, low birth weight, and preeclampsia. Objective: To determine the level of women of childbearing age regarding oral health during pregnancy at the Makassar District Health Center, East Jakarta. Research Methods: This type of research is analytic with a cross-sectional research design. The number of respondents in this study was 101 respondents using a purposive sampling method. Data collection was carried out through questionnaires and data were analyzed using the Chi-Square proportion test. Results: The results of the Chi-Square test between the level of knowledge of women of childbearing age regarding oral health during pregnancy based on age, occupation, and marital status showed insignificant results (p>0.05) while the results of the Chi-Square test based on education level, SES, and history of pregnancy showed significant results (p<0.05). Conclusion: Most women of childbearing age, who visit the Makassar sub-district health center, East Jakarta, have low knowledge about oral health during pregnancy. The knowledge of women of childbearing age at the Makassar district health center, East Jakarta, is related to their education background, SES, and history of pregnancy.
Peningkatan Kapasitas Kader Kesehatan Melalui Edukasi dalam Pencegahan dan Penatalaksanaan Stunting di Kelurahan Cengkareng Timur Helwiah Umniyati; Azzahara, Natasya; Nazla Antar; Adela Putri Amanda; Natasya Mutiara Hati; Achmad Said Agil; Mega Suhartini; Reza Bimantoro; Nur Afifah Inayah; Haikal Kamil; Anisa Mauliasyah
Info Abdi Cendekia Vol. 8 No. 1: Juni 2025
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/iac.v8i1.172

Abstract

Masalah gizi seperti stunting merupakan tantangan utama dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal, khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kader kesehatan di Kelurahan Cengkareng Timur melalui penyuluhan terkait pencegahan stunting. Metode yang digunakan adalah pretest dan posttest untuk mengevaluasi pemahaman kader sebelum dan sesudah intervensi, dengan pendekatan edukasi partisipatif. Sebanyak 44 kader kesehatan yang mayoritas berusia paruh baya dan berpendidikan SMA dilibatkan dalam program ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman kader kesehatan setelah intervensi, dengan rata-rata peningkatan nilai sebesar 17,05 poin berdasarkan hasil uji Paired Samples T-Test (p < 0,05). Grafik pretest dan posttest juga memperlihatkan peningkatan signifikan pada sebagian besar kader. Program ini terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman kader terkait pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan, intervensi gizi, dan peran kader dalam pencegahan stunting. Keberhasilan program ini memberikan dasar untuk pengembangan strategi berkelanjutan guna mendukung percepatan penurunan prevalensi stunting di wilayah tersebut.