Daniel Budiana
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Penerimaan penonton perempuan terhadap stereotip gender feminim pada film kartini Kevin Vielden Minanlarat; Ido Prijana Hadi; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.029 KB)

Abstract

Pada norma masyarakat di Indonesia mengenai hak-hak yang didapat oleh kaum adam dan hawa, sebagian besar akan berpihak pada posisi laki-laki dan semakin merugikan peran serta posisi dari perempuan. Setelah banyaknya penindasan dan stereotip terhadap kaum feminim, maka lahirlah stereotipe baru. Hal tersebut ditandai dengan munculnya pergerakan feminisme di seluruh dunia. Adapun pergerakan ini ditandai dengan kampanye yang didalamnya termasuk film. Meskipun masyarakat sekarang yang majemuk, tetapi terdapat film yang masih mengangkat kisah penindasan tradisional kaum feminim. Salah satunya melalui kisah pahlawan nasional Indonesia yaitu Kartini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerimaan penonton perempuan terhadap stereotip gender feminim pada film Kartini. Selain itu, metode penelitian yang digunakan adalah reception analysis dengan menggunakan paradigma encoding-decoding. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka hasil penelitian yang diperoleh adah Mellisa dan Kustivah berada pada penerimaan dominant, sedangkan Barbalina memiliki penerimaan negotiated. Adapun penerimaan mereka dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni Feel of experience, frame of reference, komunikasi sosial, significant others, serta konteks yang dimiliki setiap informan seperti budaya, pekerjaan, dan pendidikan.
Analisis Isi Kekerasan dalam Film Animasi Despicable Me 3 Poppy Wahyuni; Chory Angela Wijayanti; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.148 KB)

Abstract

Dengan adanya fenomena film animasi anak yang menampilkan kekerasan dan beredar di masyarakat, penelitimenemukan satu film animasi yang menarik untuk diteliti yaitu Despicable Me 3.Film ini menimbulkan konspirasi Freemason dan menimbulkan pro kontra dalm masyarakat, namun mampu meraih beberapa penghargaan dan berada di puncak Box Office Amerika dan bioskop Indonesia pada juli 2017, hingga meraih 3,8 juta penonton dalam dua pekan. Dengan menggunakan metode analisis isi, peneliti menghitung frekuensi dan jenis atau bentuk kekerasan yang muncul dalam film ini supaya dapat mengetahui bentuk kekerasan apa beserta frekuensinya yang muncul dalam film dnegan rating Semua Umur (SU). Dari penelitian ini ditemukan frekuensi kekerasan fisik menduduki yang tertinggi yaitu sebanyak 45 kali dari total 66 kali muncul adegan kekerasan dalam 28 scene dengan total scene 78.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa film ini menampilkan kekerasan meskipun memiliki rating Semua Umur (SU) yang berarti dapat dikonsumsi oleh anak dibawah umur.
Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 Lukas Hartono; Chory Angela Wijayanti; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.694 KB)

Abstract

Film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss: Part 1 merupakan film komedi Indonesia yang cukup digemari dimasyarakat hal itu ditandai dengan adanya prestasi sebagai film terlaris sepanjang perjalanan perfilman di Indonesia. Akan tetapi film tersebut tidak terlepas dari adanya muatan pesan kekerasan yang timbul didalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk kekerasan dan jenis kelamin pelaku dan juga korban kekerasan yang terdapat dalam film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan definisi kekerasan milik Weiner, Zahn dan Sagi dengan indikator kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan seksual, kekerasan finansial, kekerasan spiritual, dan kekerasan fungsional yang diutarakan oleh Poerwandari. Selain itu untuk indikator jenis kelamin pelaku dan korban kekerasan dengan indikator laki-laki, dan perempuan yang terdapat dalam Sunarto. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, kekerasan psikologis menjadi indikator kekerasan yang mendominasi dalam film ini sejumlah 49 pesan kekerasan dari seluruhan adegan dan 64% dari keseluruhan pesan kekerasan. Jenis kelamin pelaku serta korban kekerasan keduanya didominasi oleh pemeran berjenis kelamin laki-laki. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki terjadi sebanyak 70 kali dan tindak kekerasan yang dialami korban kekerasan adalah sebanyak 66 kali dalam total keseluruhan adegan.
Representasi Kekerasan Dalam Film “The Secret Life Of Pets” Fransisca Prayogo; Chory Angela Wijayanti; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.714 KB)

Abstract

Sebagai salah satu media komunikasi massa, film dapat memberikan manfaatnya dalam berbagai materi ajar. Film animasi secara khusus dianggap oleh orang tua sebagai film yang aman untuk anak, Namun sangat disayangkan bahwa film animasi sebenarnya bisa memaparkan tindakan – tindakan kekerasan dan dapat ditiru oleh anak – anak. Film “The Secret Life of Pets” yang merupakan film unggulan dari Illumination Entertaiment di tahun 2016 tentunya tidak luput untuk di kaji. Dimana tujuan penelitian ini nantinya untuk mengetahui representasi kekerasan dalam film “The Secret Life of Pets”. Kekerasan itu sendiri adalah semua bentuk tindakan, intensional atupun pembiaran dan kemasa bodohan yang menyebabkan pihak lain mengalami luka, sakit, penghancuran, dan bukan hanya artian fisik. Dengan menggunakan penelitian semiotika dibantu dengan kode – kode televisi John Fiske, peneliti dapat menemukan lima kategori kekerasan yakni, kekerasan sebagai upaya melindungi, kekerasan sebagai bagian dari naluri, kekerasan sebagai ekspresi kekecewaan, kekerasan yang terjadi tanpa disadari, dan kekerasan yang dilakukan secara legal. Selain itu kekerasan juga didasari karena adanya ideologi feminisme radikal, dan liberalisme utilitarian.
Penggambaran Kekerasan Rasisme Dalam Film Detroit Filbert Bagus Setiawan; Ido Prijana Hadi; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.897 KB)

Abstract

Fenomena rasisme merupakan isu yang selalu kencang berhembus di masyarakat. Bahkan fenomena ini juga terdapat dalam dunia perfilman. Film Detroit yang menceritakan kisah nyata kerusuhan rasial di Detroit tahun 1967. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kekerasan rasisme digambarkan dalam film Detroit. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang dipergunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes dengan signifikasi dua tahap yaitu denotasi – konotasi dan mitos. Hasil penelitian ini memperlihatkan penggambaran kekerasan rasisme di dalam film Detroit. Pertama kekerasan rasisme dalam film ini dapat digambarkan dengan kekerasan fisik dengan senjata api dan kekerasan fisik tanpa senjata api yang dilakukan oleh polisi kulit putih. Selain kekerasan fisik peneliti menemukan adanya kekerasan verbal yang ada dalam film ini. Kekerasan verbal dalam film ini dihadirkan melalui umpatan-umpatan khas antar ras yang bertujuan untuk menghina ras lain.