Chory Angela Wijayanti
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Representasi Timur (The Orient) Dalam Video Klip Coldplay “Hymn For The Weekend” Lina Andriani; Agusly Irawan Aritonang; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.135 KB)

Abstract

Video clip “Hymn For The Weekend” was made by Coldplay released in 2016. In the video clip Coldplay takes India as the background for the shoot. Coldplay is a group of British bands who describes orientalism in India, which also once a British colony through the video clip "Hymn For The Weekend".
Representasi Ras Kaukasoid dan Ras Negroid Dalam Film Eye In The Sky Justianus Joshua Sumanti; Agusly Irawan Aritonang; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.561 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Ras Kaukasoid dan Ras Negroid direpresentasikan di dalam film Eye In the Sky. Dengan genre film drama-thriller arahan Gavin Hood memperlihatkan bagaimana Ras Kaukasoid dan Ras Negroid digambarkan. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang dipergunakan adalah semiotika televisi John Fiske dengan 3 level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Berdasarkan kode-kode tersebut peneliti menemukan perbedaan atau ketimpangan dalam penggambaran Ras Kaukasoid dan Ras Negroid yang ada dalam film Eye In the Sky. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana ideologi Poskolonialisme tergambar secara menyeluruh melalui penggambaran Ras Kaukasoid lebih superior dalam aspek kehidupan bermasyarakat dibandingkan Ras Negroid yang digambarkan jauh tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dalam hal pendidikan, ekonomi, teknologi dan taraf hidup. Penelitian ini menguatkan ideologi Poskolonialisme dalam film Eye In The Sky.
Representasi Feminisme Dalam Film “The Intern” Andreas Setya Wibowo; Ido Prijana Hadi; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.684 KB)

Abstract

Feminisme merupakan gerakan kesetaraan sejak abad 18 yang menuntut kesamaan dan keadilan hak antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang. Bukan hanya dalam kalangan masyarakat saja, namun gerakan feminisme sudah merambah ke dalam dunia perfilman. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat bagaimana representasi feminisme yang terdapat dalam film “The Intern”. Jenis peneltian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode semiotika televisi John Fiske yang terdiri dari tiga level, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Subtema yang digunakan untuk menganalisa yaitu pemimpin perempuan yang memiliki intelektualitas, perempuan cepat mengambil tindakan bijaksana, perempuan sebagai sosok superior, pekerja keras, dan bijaksana, yang terakhir perempuan berkarir masih menjadi kritik sosial di masyarakat. Hasil dari penelitian dalam film “The Intern” terdapat ideologi feminisme gelombang pertama dengan menggambarkan pertukaran posisi perempuan degan laki-laki di ranah publik. Dimana perempuan dapat mengambil keputusan untuk berkarir. Pada aspek kepemimpinan perusahaan, perempuan digambarkan sebagai pemimpin yang memiliki intelektualitas tinggi dan memiliki otoritas dalam sebuah perusahaan. Selain itu, perempuan juga ingin terus mempertahankan karir walaupun dihadapkan pada pelbagai permasalahan yang ada.
Analisis isi pesan bullying dalam serial Netflix “13 Reasons Why” Lisyeana Prawiyadi; Agusly Irawan Aritonang; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.56 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk bullying yang terdapat dalam serial Netflix “13 Reasons Why”. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori bullying dengan indikator bullying verbal, bullying fisik, bullying relasional, bullying seksual verbal, bullying seksual fisik, dan bullying seksual relasional yang dicetuskan oleh Barbara Coloroso (2006); bullying emosional atau psikologis oleh Marcel Lebrun (2009); dan cyberbullying oleh Chisholm (2014). Selain itu ada pula variabel tambahan yakni tempat terjadinya bullying. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti mengoding dan menganalisis pesan bullying dalam seluruh populasi yakni sebanyak 13 episode, yang diuraikan seluruhnya menjadi satuan scene. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam serial Netflix “13 Reasons Why”, bentuk bullying yang paling banyak dimunculkan adalah bullying verbal dan relasional dengan jumlah yang sama. Bullying verbal paling banyak muncul karena dilakukan dengan cara komunikasi sehingga begitu mudah dilakukan, tanpa terdeteksi. Sedangkan bullying relasional juga banyak terdapat karena merupakan jenis yang paling sulit dideteksi dari luar sehingga sulit dicegah atau ditangani. Bullying sebagian besar terjadi ketika tidak ada pengawasan yang memadai dan tingkat kesadaran (awareness) guru dan murid di sekolah yang masih rendah terhadap bullying.
Analisis Isi Kekerasan dalam Film Animasi Despicable Me 3 Poppy Wahyuni; Chory Angela Wijayanti; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.148 KB)

Abstract

Dengan adanya fenomena film animasi anak yang menampilkan kekerasan dan beredar di masyarakat, penelitimenemukan satu film animasi yang menarik untuk diteliti yaitu Despicable Me 3.Film ini menimbulkan konspirasi Freemason dan menimbulkan pro kontra dalm masyarakat, namun mampu meraih beberapa penghargaan dan berada di puncak Box Office Amerika dan bioskop Indonesia pada juli 2017, hingga meraih 3,8 juta penonton dalam dua pekan. Dengan menggunakan metode analisis isi, peneliti menghitung frekuensi dan jenis atau bentuk kekerasan yang muncul dalam film ini supaya dapat mengetahui bentuk kekerasan apa beserta frekuensinya yang muncul dalam film dnegan rating Semua Umur (SU). Dari penelitian ini ditemukan frekuensi kekerasan fisik menduduki yang tertinggi yaitu sebanyak 45 kali dari total 66 kali muncul adegan kekerasan dalam 28 scene dengan total scene 78.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa film ini menampilkan kekerasan meskipun memiliki rating Semua Umur (SU) yang berarti dapat dikonsumsi oleh anak dibawah umur.
Representasi Feminisme Dalam Film “Hidden Figures” Cindy Ayu Monica; Ido Prijana Hadi; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1535.607 KB)

Abstract

Feminisme merupakan sebuah fenomena yang terjadi sejak lama dan masuk kedalam kehidupan masyarakat di era ini. Feminisme tidak hanya beredar dalam masyarakat tetapi ditampilkan pula kedalam dunia perfilman. Penelitian ini menggambarkan bagaimana representasi Feminisme dalam Film Hidden Figures. “ Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode semiotika John Fiske. Subjek dalam penelitian ini adalah film “Hidden Figures”,sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Representasi Feminisme.Hasil penelitian ini menemukan bagaimana representasi feminisme terjadi melalui film“Hidden Figures”. secara keseluruhan, film “Hidden Figures” ingin menyampaikan, adanya feminisme multikultural yang terjadi pada tahun tersebut. Yang mana tidak hanya perempuan yang ditindas oleh laki-laki tetapi perempuan kulit putih menindas perempuan kulit hitam. Perempuan dalam film ini juga menampilkan sosok perempuan yang dapat melawan adanya dikriminasi ras sesama gender yang membedakan kulit putih dengan kulit hitam dengan melalui kecerdasaan dan kemampuan yang mereka miliki.
Proses Komunikasi Interpersonal antara Suster dan Lansia Dalam Memberikan Pelayanan di Panti Jompo Hargodedali Surabaya Andre Christian; Desi Yoanita; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.28 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh suster S.W dan lansia A.S di panti jompo Hargodedali Surabaya. Panti jompo ini berlokasi di Jalan Manyar Kartika IX No. 22-24 Surabaya. Didirikan oleh sosok Pejuang Wanita ’45 Jawa Timur dan diprakarsai oleh almarhumah Ibu R. Soedarijah Soerodikoesoemo. Peneliti menggunakan teori proses komunikasi interpersonal dan menggunakan elemen – elemen komunikasi interpersonal yaitu : sumber – penerima, encoding – decoding, pesan, hambatan, channel, konteks, etika, dan kompetensi. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan, dan triangulasi sumber, teori. Hasil penelitian menunjukan proses komunikasi interpersonal yang efektif antara suster S.W dan lansia A.S dalam memberikan pelayanan..
Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 Lukas Hartono; Chory Angela Wijayanti; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.694 KB)

Abstract

Film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss: Part 1 merupakan film komedi Indonesia yang cukup digemari dimasyarakat hal itu ditandai dengan adanya prestasi sebagai film terlaris sepanjang perjalanan perfilman di Indonesia. Akan tetapi film tersebut tidak terlepas dari adanya muatan pesan kekerasan yang timbul didalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk kekerasan dan jenis kelamin pelaku dan juga korban kekerasan yang terdapat dalam film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan definisi kekerasan milik Weiner, Zahn dan Sagi dengan indikator kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan seksual, kekerasan finansial, kekerasan spiritual, dan kekerasan fungsional yang diutarakan oleh Poerwandari. Selain itu untuk indikator jenis kelamin pelaku dan korban kekerasan dengan indikator laki-laki, dan perempuan yang terdapat dalam Sunarto. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, kekerasan psikologis menjadi indikator kekerasan yang mendominasi dalam film ini sejumlah 49 pesan kekerasan dari seluruhan adegan dan 64% dari keseluruhan pesan kekerasan. Jenis kelamin pelaku serta korban kekerasan keduanya didominasi oleh pemeran berjenis kelamin laki-laki. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki terjadi sebanyak 70 kali dan tindak kekerasan yang dialami korban kekerasan adalah sebanyak 66 kali dalam total keseluruhan adegan.
Representasi Peran Gender Dalam Video Musik Taylor Swift The Man Yohana Alexandra; Chory Angela Wijayanti; Megawati Wahjudianata
Jurnal e-Komunikasi Vol 9, No 2 (2021): VOL 9, NO 2 SEPTEMBER 2021
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena mengenai bagaimana perempuan masih sulit untuk mencapai posisi penting karena diidentikkan dengan peran gender feminin, masih ada di zaman modern ini. Video musik The Man merupakan video musik asal Amerika Serikat yang bertemakan women empowerment namun dengan menggunakan pria sebagai tokoh utama. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penggambaran peran gender dalam video musik The Man. Metode yang digunakan adalah semiotika John Fiske yang terbagi menjadi 3 level, yaitu: level realitas, level representasi, dan level ideologi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif guna mendeskripsikan tanda dan lambang yang ada dalam video musik The Man. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa peran gender yang muncul mengarah pada kombinasi antara peran gender tradisional dan masa kini, di mana tokoh laki-laki selain berperan di sektor publik juga mampu untuk berperan dalam sektor domestik. Sedangkan tokoh perempuan mampu berperan di sektor publik namun masih memiliki sifat yang mengarah pada peran gender feminin. Ideologi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah patriarki, dan feminisme
Representasi Kekerasan Dalam Film “The Secret Life Of Pets” Fransisca Prayogo; Chory Angela Wijayanti; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.714 KB)

Abstract

Sebagai salah satu media komunikasi massa, film dapat memberikan manfaatnya dalam berbagai materi ajar. Film animasi secara khusus dianggap oleh orang tua sebagai film yang aman untuk anak, Namun sangat disayangkan bahwa film animasi sebenarnya bisa memaparkan tindakan – tindakan kekerasan dan dapat ditiru oleh anak – anak. Film “The Secret Life of Pets” yang merupakan film unggulan dari Illumination Entertaiment di tahun 2016 tentunya tidak luput untuk di kaji. Dimana tujuan penelitian ini nantinya untuk mengetahui representasi kekerasan dalam film “The Secret Life of Pets”. Kekerasan itu sendiri adalah semua bentuk tindakan, intensional atupun pembiaran dan kemasa bodohan yang menyebabkan pihak lain mengalami luka, sakit, penghancuran, dan bukan hanya artian fisik. Dengan menggunakan penelitian semiotika dibantu dengan kode – kode televisi John Fiske, peneliti dapat menemukan lima kategori kekerasan yakni, kekerasan sebagai upaya melindungi, kekerasan sebagai bagian dari naluri, kekerasan sebagai ekspresi kekecewaan, kekerasan yang terjadi tanpa disadari, dan kekerasan yang dilakukan secara legal. Selain itu kekerasan juga didasari karena adanya ideologi feminisme radikal, dan liberalisme utilitarian.