Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Rekayasa Industri (JRI)

Analisis Penjadwalan Proses Packing Arumanis Dengan Menggunakan Metode CDS (Campbell Dudeck Smith) dan NEH (Nawas, Enscore,and HAM) Studi Kasus di UMKM Arumanis Haji Ardi Sleman : Penjadwalan Proses Packing Arumanis Dengan Metode CDS dan NEH Puji Asih; Iva Mindhayani; Tatak Prakasa
Jurnal Rekayasa Industri (JRI) Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/jri.v4i1.629

Abstract

ABSTRACT UMKM Arumanis Haji Ardi is a household industry that produces sweet arum located in Berbah, Sleman, D.I. Yogyakarta. Companies often have difficulty meeting consumer demand in a timely manner. The problem of improper delivery schedule of the order is caused by scheduling the packing process which often experiences delays. The purpose of this research is to find out the comparison of completion time, and know the methods that can complete the production process at the shortest. Campbell Dudeck Smith's scheduling method is a scheduling process based on the smallest working time, and having the advantage of being able to provide many scheduling alternatives. The Nawas, Enscore, and Ham method is that scheduling or assignments with a larger total process time should be given greater priority than the smaller total process time. Given the importance of the proper scheduling process, the author wants to do a scheduling analysis of the Packing process using the Campbell Dudeck Smith and Nawas, Enscore, and Ham methods. The results of the research comparison of scheduling time applied by the company have a sequence of 1-2-3-4 with a makepan of 44,395,142.92 seconds. Campbell Dudeck Smith was 4-3-2-1 with 44,335,921.922 seconds. Scheduling with nawas, Enscore, and Ham method has a sequence of 2-1-3-4 with makespan 44,515.921.12 seconds. The most appropriate method used is the Campbell Dudeck Smith method because it has the smallest makespan which is 44,335,921.12 seconds with a percentage of comparison between cds and NEH methods is 0.4%. Keywords: Scheduling, Packing, Campbell Dudeck Smith, Nawas, Enscore, and Ham
Perancangan Mesin Perontok Padi Portabel Menggunakan Pendekatan Biomekanika Suhartono - Suhartono; Iva Mindhayani; Ilmardani Rince Ramli
Jurnal Rekayasa Industri (JRI) Vol. 5 No. 1 (2023)
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/jri.v5i1.906

Abstract

Mesin perontok padi yang berada di ekowisata Geopark Gunung Sewu Patuk Gunung Kidul sebagian besar masih menggunakan pedal tunggal tradisional yang terbuat dari sepeda atau becak yang tidak terpakai. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya cidera otot ypadaa petani setelah bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi mesin perontok padi tradisional tersebut agar dapat mengurangi risiko terjadinya cidera otot, dapat meningkatkan produktivitas dan terlihat menarik oleh pengunjung. Metode penelitian menggunakan analisis biomekanika dari gaya-gaya yang dihasilkan oleh masing-masing segmen tubuh yang berpengaruh. Hasil penelitian terdapat koreksi desain mesin pada bentuk dan dimensi mesin antara lain; penambahan pedal, handle, sadel, setang dan roda fleksibel (yang dapat diatur ke atas dan ke bawah). Berdasarkan analisis fisiologis, energi yang dibutuhkan sebesar 2.633387 Kkal/menit dimana dapat dikategorikan beban ringan dan membutuhkan istirahat 5-6 menit. Sedangkan hasil analisis biomekanika pada mesin lama menunjukkan berat yang ditanggung oleh kaki penyangga oleh setiap segmen tubuh adalah 1902.719 N, sedangkan mesin hasil perbaikan memiliki beban lebih kecil yaitu 974.793 N. Gaya minimum yang terjadi pada setiap segmen adalah 288,907 N pada lengan dan bahu, 22,171 N pada bagian belakang, 254,541 N pada kaki mengayuh, dan 147,736 N pada pijakan kaki, sehingga dinyatakan bahwa itu lebih kecil dari standar NIOSH (1981) yang direkomendasikan sebesar 3400 N. Jadi, berdasarkan analisis antropometri, aspek ergonomis, dan biomekanik yang dikoreksi dari mesin perontok lebih baik dan lebih ergonomis daripada mesin lama. Dengan menggunakan desain mesin ini, masalah cedera otot dapat diatasi sehingga pekerjaan menjadi lebih aman, nyaman, sehat, efektif, dan efisien. Wisatawan dapat belajar lebih baik dan lebih banyak orang tertarik untuk mencobanya ketika musim panen tiba.
Analisis Kualitas Produksi Flends Menggunakan Metode Six Sigma dan FMEA Nanda Dwi Purnomo; Iva Mindhayani; Intan Permatasari; Suhartono
Jurnal Rekayasa Industri (JRI) Vol. 5 No. 2 (2023)
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/jri.v5i2.1178

Abstract

Mitra Rakatama Mandiri adalah perusahaan yang bergerak pada bidang pengecoran logam dan non logam yang memproduksi komponen untuk peralatan pertanian, dan komponen kontruksi. Permasalahannya adalah masih ditemukan produk yang tidak sesuai dengan ketentuan atau cacat pada produk Flends. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian kualitas produk di PT. Mitra Rekatama Mandiri, untuk mengetahui tingkat kecacatan yang dominan dan faktor penyebab kecacatan produk Flends. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Six Sigma dan Failure Modes Effect Analysis (FMEA).) Hasil penelitian menunjukan bahwa pengendalian kualitas produk Flends di PT. Mitra Rekatama Mandiri menujukan keadaan stabil dan terkendali secara statistik terlihat dari peta kontrol p. Berdasarkan nilai sigma, proses produksi Flends di PT. Mitra Rekatama Mandiri berada di level 1,487 sigma dengan jumlah kecacatan sebesar 8.526 DPMO, yang menunjukan keadaan stabil. Jenis kecacatan yang paling dominan berdasarkan hasil diagram pareto, terjadi pada proses produksi Flends adalah cacat keropos yaitu sebanyak 68.784 pcs dengan nilai prosentase sebesar 36,87 % dari total kecacatan yaitu sebanyak 141 unit. Faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan produk Flends adalah manusia, berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode FMEA menghasilkan nilai RPN tertinggi yaitu operator kurang teliti dengan nilai 448.