Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Konsep Sharing Data Dalam Sistem Informasi Geografis Roos Akbar
Journal of Regional and City Planning Vol. 4 No. 8 (1993)
Publisher : The Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bagian terpenting dan tersulit dalam membangun suatu sistem informasi geografis adalah menyiapkan basis data. Dana awal yang dibutuhkan biasanya mencapai 5-11 kali biaya yang harus dikeluarkan saat membeli perangkat lunak dan perangkat keras sistem informasi geografis (Stan Aronof, 1989; lihat juga Roos Akbar, 1993).Data yang dibutuhkan untuk membangun basis data dalam suatu sistem informasi geografis biasanya tidak bersumber hanya pada suatu institusi pembuat data. Data yang dibutuhkan biasanya tersebar pada berbagai institusi, baik berupa data yang masih mentah maupun data yang sudah diolah dalam bentuk informasi.Penyebaran data pada berbagai institusi terkadang menimbulkan permasalahan tersendiri, antara lain berupa:- sulitnya memperoleh data yang dibutuhkan (proses perijinan),- konsistensi data yang tidak terjaga antara satu institusi dengan institusi lainnya,- ketidaksesuaian definisi setiap data yang digunakan antara institusi penyediaatau pembuat data dengan pengguna data,- dan sebagainya.Adanya 'trade-off' dalam pengumpulan data "dimana data yang dikumpulkan dengan ketelitian tinggi dan dapat sesuai dengan kebutuhan hampir semua pengguna data akan menjadi sangat mahal (bahkan dalam beberapa hal adalah tidak mungkin) dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dengan biaya yang relatif murah, tetapi hanya dapat digunakan pada tingkat umum saja meng akibatkan kebutuhan data untuk perencanaan harus dapat dijabarkan secara rinci. Bukan hanya untuk kepentingan perencanaan saja, tetapi sudah lebih jauh lagi menyangkut pengembangan perkotaan atau wilayah.
GIS : Sebuah Kebutuhan Mendesak Roos Akbar
Journal of Regional and City Planning Vol. 4 No. 9a (1993): Edisi Khusus Februari
Publisher : The Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

.
Sistem Informasi Perkotaan: Bagian Dari Manajemen Perkotaan Roos Akbar
Journal of Regional and City Planning Vol. 4 No. 9b (1993): Edisi Khusus Juli
Publisher : The Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada saat ini, peran komputer dalam perencanaan kota relatif kurang dibandingkan dengan penggunaannya pada disiplin lain seperti pada bussiness dan engineering (TAJ. Kim, L.L. Wiggins, J.R. Wright, 1990). Lebih banyak buku mengenai sistem informasi untuk akuntansi dibandingkan untuk perencanaan perkotaan. Sebagai salah satu kemungkinan penjelasannya, Dueker (1982) mengutip bahwa the distinctive nature of data used in urban planning-public goods and services- is that they are indivisibie and therefore more difficult to describe discretely for computer processing (Sang Yun Han, Tschangho John Kim, 1990).Namun dengan perkembangan Sistem informasi Geografis yang berbasiskan komputer lebih dari 25 tahun yang lalu yang kemudian lebih berkembang pesat pada 10 tahun terakhir ini (Roos Akbar, 1993) menyebabkan penggunaan komputer dalam perencanaan menjadi semakin penting dan juga semakin mendesak. Bukan hanya paket-paket analisis numerical (kuantitatif) seperti SPSS, Alloc, Statgraf dan sebagainya, namun penggunaan komputer untuk pemetaan dan analisis keruangan menjadi mutlak. Bukan hanya karena kecepatan dalam proses perhitungan dan analisis, tetapi juga karena konsistensi data yang tersimpan dapat terjaga, proses monitoring dan updating yang mudah dan juga karena kemampuannya dalam menggabungkan dan mengolah data dalam jumlah yang besar.Perencanaan kota yang pada dasawarsa 70-80-an lebih menitikberatkan pada perencanaan yang 2 dimensi, pada dasawarsa 5363-an ini dihadapkan pada masalah pengembangan atau manajemen perkotaan. Perencanaan yang dulu lebih dititikberatkan pada aspek fisik semata dirasakan kurang dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara spesifik oleh suatu kota, termasuk didalamnya kekurangmampuan dalam menggali dan mengembangkan produktivitas perkotaan. Pertumbuhan kota-kota besar yang cenderung semakin meluas bukan lagi merupakan isyu terhadap besaran kota yang optimum, tetapi lebih bergeser pada aspek manajemen perkotaan.Salah satu bagian terpenting dalam manajemen perkotaan adalah data atau informasi yang dapat menggambarkan keseluruhan kinerja dari suatu perkotaan, sehingga keputusan yang diambil atau kebijaksanaan yang akan diterapkan pada kota tersebut sudah memperhitungkan semua informasi yang ada dan benar. Sistem informasi Perkotaan kemudian. menjadi suatu solusi yang dapat diandalkan untuk menggabungkan antara kecepatan perkembangan kemampuan komputer dalam perencanaan kota baik dari segi analisis numerik maupun analisis keruangan dengan tuntutan untuk dapat melihat aspek perkotaan secara utuh dan lengkap dalam manajemen perkotaan.
Aplikasi Sistem Informasi Geografis: Land Use Accounting System Roos Akbar
Journal of Regional and City Planning Vol. 4 No. 9 (1993)
Publisher : The Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan sistem informasi geografis saat ini telah menunjukkan suatu fenomena yang menarik. Tidak hanya dalam pengembangan perangkat lunak maupun perangkat keras, namun yang lebih penting lagi adalah dalam aplikasi sistem informasi geografis tersebut untuk kepentingan perencanaan tata ruang.Rangkaian tulisan tentang Sistem Informasi Geografis yang disajikan berseri dalam Jurnal PWK, telah menunjukkan bahwa perkembangan teknologi tersebut menuntut suatu persiapan perangkat peraturan dan administratif yang berbeda.Kesulitan"”kesulitan dalam menyiapkan basis data yang dimulai dari penyiapan peta dasar, keseragaman sistem proyeksi, klasifikasi yang dipergunakan dalam hal peta penggunaan tanah dan sebagainya, menyebabkan pemanfaatan sistem informasi geografis sebagai suatu 'tool' harus dilihat dan dipertimbangkan dalam suatu spektrum yang luas.Peran pemerintah, swasta maupun perguruan tinggi mutlak diperlukan untuk sampai pada suatu kerangka tata informasi geografis yang baik dan benar.Tulisan berikut ini merupakan sebuah kerangka pemikiran dalam penyusunan Land Use Accounting System dalam pekerjaan Urban Fringe Area Planning Studies sebagai salah satu komponen Jakarta Urban Development Project III (JUDP III)
Tinjauan Ulang Potensi Sense of place dalam Pelestarian Kawasan Pusaka Perkotaan Christin Dameria; Roos Akbar; Petrus Natalivan Indradjati; Dewi Sawitri Tjokropandojo
TATALOKA Vol 22, No 3 (2020): Volume 22 No. 3, August 2020
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.22.3.379-392

Abstract

Urban heritage conservation planning seeks to produce place experience with historical characteristics to bring sense of place that is a relation between human and place. However heritage urban planning that focuses on the sense of place actually gets criticized for being stuck in place-making purposes only and ignores the human dimension. The study of the sense of place potential in the urban heritage conservation is indeed still limited even though this potential needs to be studied futher because urban heritage place have cultural significant values which should be conserved by involving human dimensions. This paper is a literature review that intends to explore others sense of place potential related to human dimensions that can be used to successfully urban heritage conservation. In urban heritage conservation, besides being beneficial for place-making, it was found that the sense of place also has the potential as guidance information in the urban heritage spatial planning, factors that influence the participation of local residents to be involved in urban heritage planning and factors related to heritage conserving behavior.