Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Risalah Fisika

Pengembangan Alat Ukur Indeks Bias Menggunakan Prisma Berongga dari Lembaran Kaca Komersial Biasa dan Laser He-Ne untuk Pengujian Kualitas Minyak Goreng Devi Susilayani, Nasrullah Idris, Sarina, Maswati,
Risalah Fisika Vol 1, No 2 (2017): Risalah Fisika ISSN 2548-9011
Publisher : Physical Society of Indonesia (PSI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.347 KB) | DOI: 10.35895/rf.v1i2.45

Abstract

Prisma berongga telah dibuat dari lembaran kaca komersial biasa sebagai instrumen optik sederhana dan murah untuk penentuan secara cepat kualitas minyak goreng dengan pengukuran indeks biasnya. Dimensi lembaran kaca komersial tersebut yang dijadikan sisi-sisi prisma tersebut adalah 10 cm × 10 cm dengan ketebalan 5 cm.  Pengukuran indeks bias minyak goreng dilakukan dengan memasukkan sampel minyak goreng ke dalam rongga prisma tersebut, kemudian dilewatkan berkas cahaya helium neon (He-Ne) dan diukur sudut deviasi berkas laser tersebut setelah lewat melalui prisma berongga tersebut. Indeks bias minyak goreng kemudian dihitung menggunakan besarnya sudut deviasi hasil pengukuran dan sudut apit prisma tersebut.  Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis, yaitu minyak goreng kualitas baik (minyak baru) dan minyak goreng kualitas rendah (minyak bekas pakai). Ditemukan bahwa indeks bias minyak goreng kualitas bagus (minyak goreng baru) adalah 1,5054. Sebagai pembanding, pengukuran indeks bias juga dilakukan untuk sampel air terdistilasi (aquades) dan ditemukan bahwa hasil pengukuran menggunakan prisma berongga yang dibuat dari kaca komersial biasa ini sangat dekat dengan hasil pengukuran menggunakan refraktometer Abbe. Ini menunjukkan bahwa indeks bias minyak goreng dapat diukur menggunakan prisma berongga yang dibuat dari kaca komersial biasa dengan akurasi yang relatif tinggi. Selanjutnya, telah ditemukan juga bahwa indeks bias minyak goreng kualitas rendah (bekas pakai) meningkat seiring meningkatnya frekuensi pemakaiannya, di mana minyak goreng yang telah dipakai tiga kali indeks biasnya adalah 1,5402. Hasil pengukuran indeks bias ini memperlihatkan bahwa indeks bias minyak goreng kualitas bagus (minyak baru) lebih rendah dibandingkan indeks bias minyak goreng kualitas rendah (minyak bekas pakai). Hal ini menyiratkan bahwa indeks bias minyak goreng semakin meningkat seiring penurunan kualitas minyak goreng sehingga dapat dikatakan bahwa indeks bias adalah sifat optik yang representatif untuk menyatakan kualitas minyak goreng. Hasil penerapan awal ini membuktikan prisma berongga yang dibuat dari lembaran kaca komersial biasa ini dapat digunakan sebagai instrumen optik sederhana untuk pengukuran secara cepat, murah, dan akurat indeks bias minyak goreng guna penentuan kualitasnya. Kata kunci: prisma berongga, kaca komersial, indeks bias, kualitas minyak goreng, laser He-Ne
Karakteristik Fisik Plasma dalam Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) Menggunakan Laser Neodymium:Yttrium-Aluminum-Garnet (Nd-YAG) Pada Sampel Daging Kerang Sungai Muliadi Ramli, Nasrullah Idris, Tjoet Nia Usmawanda, Herman, Kurnia Lahna,
Risalah Fisika Vol 2, No 1 (2018): Risalah Fisika ISSN 2548-9011
Publisher : Physical Society of Indonesia (PSI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.594 KB) | DOI: 10.35895/rf.v2i1.106

Abstract

Abstrak – Teknik LIBS akan dipakai untuk analisis sampel daging kerang sungai karena diperkirakan kerang sungai dapat memberi petunjuk mengenai polusi logam berat akibat limbah penambangan emas tradisional. Namun, karakteristik-karakteristik plasma LIBS yaitu suhu, densitas elektron dan derajat ionisasi, ditentukan oleh berbagai parameter termasuk jenis sampel. Daging kerang termasuk sampel yang rumit karena banyak mengandung air dan secara umum mengandung elemen-elemen organik utama sama (C, H, O, dan N). Studi ini dilakukan untuk mengestimasi suhu dan densitas elektron plasma yang dibangkitkan pada sampel daging kerang sungai. Perangkat LIBS utama yang digunakan dalam studi ini adalah sebuah laser Nd-YAG dan sebuah detektor optik kanal banyak. Sampel kerang sungai diambil dari Sungai Panga, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, Indonesia yang berhulu di pegunungan Gunong Ujeun, salah satu lokasi penambangan emas tradisional di Aceh Jaya. Estimasi suhu dan densitas elektron plasma dilakukan dengan plot Boltzmann menggunakan garis-garis emisi spektral besi, Fe. Ditemukan bahwa suhu plasma dan densitas elektron plasma cenderung berfluktuasi, namun demikian secara umum suhu dan densitas elektron plasma relatif lebih rendah dibandingkan suhu dan densitas plasma yang dibangkitkan dari sampel padat lainnya. Suhu dan densitas elektron plasma tersebut memenuhi kriteria Maxwell dan kriteria Mcwhriter untuk plasma laser berada dalam kondisi kesetimbangan termal lokal (local thermal equilibrium, LTE).Kata kunci: teknik sepektroskopi plasma laser, suhu plasma, densitas elektron plasma, daging kerang, laser Nd-YAG
Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Lingkungan Terhadap Visibilitas Fatamorgana di Landasan Pacu (Runway) Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh, Indonesia Idris, Tjoet Nia Usmawanda, Nasrullah
Risalah Fisika Vol 2, No 2 (2018): Risalah Fisika ISSN 2548-9011
Publisher : Physical Society of Indonesia (PSI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.553 KB) | DOI: 10.35895/rf.v2i2.108

Abstract

Abstrak – Telah dilakukan sebuah studi mengenai hubungan suhu dan tekanan udara lingkungan landasan pacu (runway) bandara terhadap visibilitas fatamorgana. Pengamatan fatamorgana dilakukan di landasan pacu Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) yang berlokasi di Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh, Indonesia. Waktu pengamatan kemunculan dan kehilangan fatamorgana adalah mulai dari sejak matahari terbit pada pagi hari hingga terbenam pada sore hari, yaitu mulai dari jam 07.00 WIB sampai 18.00 WIB dan dicatat tingkat visibilitasnya. Data suhu dan tekanan udara lingkungan didapatkan dari basis data yang dikumpulkan oleh Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh, Indonesia. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada saat cuaca cerah, fatamorgana telah muncul sejak matahari terbit dan terus menyebar dari jam 07.00 WIB sampai 13.00 WIB hingga mencapai keadaan paling tebal pada jam 13.00 WIB-15.00 WIB. Selanjutnya fatamorgana mengalami sedikit penyusutan pada jam 15.00 WIB-18.00 WIB, namun demikian masih tampak hingga matahari terbenam. Fatamorgana dapat hilang total bila hujan turun dengan cukup lebat. Sedangkan pada saat cuaca mendung atau gerimis, fatamorgana masih dapat diamati dengan jelas. Suhu terendah dimana fatamorgana masih dapat diamati adalah 26 ºC. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa perubahan suhu dan tekanan udara  rata-rata di lingkungan landasan pacu dapat mempengaruhi visibilitas fenomena fatamorgana melalui pengaruhnya pada gradien suhu udara di atas permukaan landasan pacu tersebut. Densitas udara lingkungan berbanding lurus terhadap suhu dan berbanding terbalik terhadap tekanan. Semakin tinggi densitas udara lingkungan, semakin tipis fatamorgana yang terlihat. Semakin rendah densitas udara lingkungan, maka fatamorgana yang muncul semakin tebal. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dan tekanan udara lingkungan adalah parameter yang baik yang menggambarkan visibilitas fatamorgana. Dengan demikian profil suhu dan tekanan udara lingkungan landasan pacu dapat diketahui melalui pengamatan fatamorgana pada landasan pacu bandara.Kata kunci: fatamorgana, visibilitas, suhu, tekanan, indeks bias udaraAbstract – A study about the relationship of the temperature and pressure of the surrounding air in the airpot runway to the visibility mirage was done. The location for the mirage observation is in Sultan Iskandar Muda (SIM) airport runway, located in Blang Bintang District, Aceh, Indonesia. Observation time of the mirage appearance and disappereance is started from sunrise to sunset, namely from 7.00 AM at the morning to 6.00 PM at the evening, and recorded its visibility level. Data for the air surrounding temperature and pressure used was taken from the database of the Blang Bintang Meteorological Station, located in the airport. The results show that during a sunny weather, mirage emerges since sunrise and continues to spread from 7.00 AM to 1.00 PM reaching the thickest level at 1.00 PM till 3.00 PM. The mirage then experiences a slight shrinkage at 3.00 PM–6.00 PM and still be observed until sunset. The mirage can be totally lost when rains heavily. While in a cloudy or drizzle weather, the mirage can still be observed clearly. The lowest temperature in which the mirage can still be observed was 26 ºC. The results also shows that the changes in temperature and pressure of the surrounding air in the runway environment can affect the visibility of the mirage phenomenon through its effect to the air temperature gradient above the runway surface since the air density is directly proportional to the temperature and inversely proportional to the pressure. The greater the air density, the thinner the mirage observed. The smaller the air density, the thicker the mirage is. This shows that the surrounding air temperature and pressure in the airport runway are good parameter representing the visibility of a mirage. Thus, the temperature and pressure profile of the air surrounding of the airport runway can be studied by observing a mirage in the airport.Key words: mirage, visibility, airport runway, temperature, pressure