Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Diaspora Bugis dan Perkembangan Perdagangan Kopra di Sumatera pada Awal Abad XX Amilda Sani
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol 20 No 1 (2020): Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/tamaddun.v20i1.5790

Abstract

tulisan ini membahas hubungan antara keberadaan diaspora Bugis dan sistem perdagangan kopra dan kelapa di sumatera pada awal abad XX. keberhasilan disapora bugis membangun sistem perdagangan di sumatera sangat erat hubungannya dengan rantai perdagangan yang mereka miliki dan kegiatan ekspansi mereka dalam rangka memperluas kepemilikan lahan di daerah-daerah baru. pengaruh dari ekspansi ini adalah berkembangnya komersialisasi ekonomi dan perkembangnya kota-kota perdagangan. untuk mengamankan rantai perdagangan tersebut mereka membangun perkebunan kelapa untuk menghasilkan kopra, pilihan ini berbeda dengan orang-orang melayu yang memilih menanam tanaman karet. kegagalan berkembangnya sistem perdagangan kopra sebagai komoditas perdagangan penting di sumatera tidak dapat dilepaskan dari kebijakan politik pemerintah kolonial Belanda. Hal ini dipengaruhi oleh peran yang diambil oleh para pedagang Bugis yang memainkan peran oposisi terhadap pemerintah kolonial Belanda, dan mereka membangun rantai perdagangan dengan pedagang Cina dan Inggris, dengan dikembangkannya Singapura sebagai pelabuhan utama di malaka untuk mengurangi dominasi Batavia. situasi politik ini menunjukkan bahwa perdagangan komoditas tidak dapat dipisahkan dari kebijakan politik pada masa itu.
AKULTURASI PADA MASA UMAYYAH DAN ABBASIYYAH: KAJIAN BUDAYA TERHADAP TULISAN DUDUNG ABDURRAHMAN Fransisca, Malia; Ris’an Rusli; Amilda Sani; Sidik Fauji
An-Nas Vol. 8 No. 2 (2024): AN-NAS: Jurnal Humaniora
Publisher : Fakultas Syariah dan Adab Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32665/annas.v8i2.3017

Abstract

This article aims to give us an idea that cultural acculturation has been going on for a long time. The type used in this research is library research. The result of this study is that from the perspective of Dudung Abdurrahman, the pattern of multiculturalism in this classical period has three characteristics. First, the Muslim community in the classical period was based on Arabic and Islamic culture which grew while maintaining existing cultures and rooted in the al-'Ashabiyyah al-Qabaliyyah tradition. Second, the pattern of the Muslim community that developed in Arabism politics. Third, the pattern of multiculturalism is more clearly demonstrated by the role of non-Arab communities in the context of the development of Islamic culture and civilization, as developed by the Abbasid dynasty.
Malay Islam and Nusantara Islam (Tracking 13 Centuries Of Islam And Malay Synergy For Strengthening Indonesian Indonesia) Hayatul Islami; Ris’an Rusli; Amilda Sani
International Journal of Islamic Education, Research and Multiculturalism (IJIERM) Vol 5 No 1 (2023)
Publisher : The Islamic Education and Multiculturalism Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47006/ijierm.v5i1.192

Abstract

Malay Islam has become an important part of the development of Islam in Indonesia. Various changes in the face of Islam in Indonesia are caused by various interactions from one region to another. This article attempts to trace Malay Islam to build an Indonesian spirit with various other Islamic traditions. This study uses literature studies to analyze genealogically various synergies and relationships between Malay Islam in the local context and Islam in the archipelago nationally. Obtaining data is taken from literature sources that have been published or not yet published, articles, journals, research reports and relevant writings. Data analysis is used with data sorting and data verification stages. This article concludes that the integration of Islam, Malay and the Archipelago has actually built a strong synergy in building a place where both are present, namely the archipelago. On the one hand, the process of Islamization of the archipelago gave confidence and strength to build brotherhood between nations in this archipelago, from Sabang to Meruke.