Sholeh Khudin
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Corak Pemikiran Kalam Ulama SUMSEL Abad ke-19 dan Awal Abad ke-20 Sholeh Khudin
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol 20 No 2 (2020): Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/tamaddun.v20i2.6760

Abstract

Penelitian ini membahas tentang corak pemikiran kalam ulama Sumatera Selatan abad ke 19 dan awal abad ke 20 yang bertujuan untuk mengungkap pemikiran dan gagasan kalam ulama Sumatera Selatan abad ke 19 dan awal abad 20. Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan mampu menguraikan secara jelas mengenai corak pemikiran kalam ulama Sumsel abad 19 dan awal abad 20. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah intelektual dengan merekonstruksi tradisi dan gerakan intelektual. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini merujuk pada penelitian kualitatif, yakni wawancara mendalam, riset partisipatif, pengamatan, dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis menyimpulkan. Pertama, corak pemikiran kalam ulama Sumatera Selatan abad ke 19 M dan awal abad ke 20 M, para ulama membagi sifa-sifat 20 Allah menjadi dua sifat yakni istighna sifa-sifat yang hanya dimiliki Allah SWT dan sifat iftiqar yang dibutuhkan makhluk. Kedua, setelah membahas sifat-sifat Tuhan, para ulama Sumatera Selatan membahas iman kepada rasul-rasul-Nya, mengimani sepuluh malaikat, mengimani kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi, mempercayai keberadaan hari kiamat, dan keberadaan qadha dan qadar.
Dinamika Kelas Sosial Masyarakat Di Kesultanan Palembang Darussalam Pada Masa Transisi Lian Fitriana Sari; Mohammad Syawaludin; Sholeh Khudin
Tanjak: Sejarah dan Peradaban Islam Vol 1 No 1 (2021): Tanjak: Jurnal Sejarah dan Peradaban Islam
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.386 KB) | DOI: 10.19109/tanjak.v1i1.7385

Abstract

Stratification and social class are two different things but are very often used interchangeably. Class has a narrower meaning than social stratification. if class is more specific then stratification has a broader meaning because it refers more to the division of a group of people or society at their respective levels. And this belongs to the layers that exist in society. Something similar like this of course also happened to the people of the Sultanate of Palembang Darusslam. Moreover, Palembang has a strategic location which makes its port so that it can be said to be in the international arena which makes traders from outside also come. So it does not rule out if the European nation is interested in both agricultural products and areas from Palembang. This research tries to be able to better explain the social conditions that existed in society during the Palembang Darussalam sultanate during the transition period to be precise. So the researchers hope that this can be a way of knowing more about the history of the Palembang Darussalam sultanate in transition and also being one of the categories of preservation of Palembang history
Mangalap Boru Dalam Perkawinan Masyarakat Desa Tapus Mulya Kecamatan Padang Gelugur Kebupaten Pasaman Timur Lupita Purnama Sari; Sri Suriana; Sholeh Khudin
Tanjak: Sejarah dan Peradaban Islam Vol. 4 No. 1 (2024): Tanjak: Jurnal Sejarah dan Peradaban Islam
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islamm UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/tanjak.v4i1.22132

Abstract

Penelitian ini berupaya untuk menganalisis dalam upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tapus Kampung Suka Mulya Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Timur  mengenai Tradisi Mangalap Boru. Dalam pelaksanaannya ada beberapa  proses dilakukan dalam tradisi mangalap boru yang dipimpin oleh Hatobangon setempat.   Dalam mangalap boru tersebut menggunakan beberapa tahapan dalam prosesnya seperti Mangirit Boru,Manyapai Boru, Padomos Hata, Patobang Hata, Manulak Sere, Akad Nikah, Acara Pesta, Mangalehen Mangan, Horja Haruan Boru, Makobar Boru, Mangupa, Horja Pabuat Boru dan Mangalap Boru. Dalam upacara ini bertujuan untuk  landasar adat dan agama dan dijauhkan dari keburukan. Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaiaman proses tradisi Mangalap boru  dan di Tapus Kampung Suka Mulya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dalam menganalisa menggunakan deskriptif kualitaif yaitu peneliti melakukan penelitian langsung ke masyarakat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, yaitu dengan wawancara, dan melakukan penelitian melalui dokumentasi. Proses dalam pelaksanaan upacara mangalap boru yaitu berawal keluarga laki-laki menjemput penganti perempuan utuk di bawa kerumahnya. Nilai Islam yang terkandung dalam upacara mangalap boru yaitu pertama : nilai Aqidah yaitu adanya pembacaan kalimat Syahadat yang merupakan nilai Aqidah, kedua nilai ibadah yaitu dengan pembacaan do’a dalam upacara  mangalap boru, ketiga nilai akhlaq yaitu adanya kebersamaan masyarakat dalam otong royong agar tetap tetap pesta dan proses mangalap boru berjalan dengan baik  dan menjalin silaturahmi yang baik antar sesama masyarakat.
Respon Masyarakat Kalidoni Palembang terhadap Penari Wanita Pegon dalam Kesenian Kuda Lumping Oktiviona Suci; Sri Suriana; Sholeh Khudin
Tanjak: Sejarah dan Peradaban Islam Vol. 4 No. 2 (2024): Tanjak: Jurnal Sejarah dan Peradaban Islam
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islamm UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/tanjak.v4i2.23919

Abstract

This research discusses a phenomenon in the Kuda Lumping art where there are female dancers called female pegon dancers. This phenomenon can contain various responses from the surrounding community. This research is qualitative research with a phenomenological approach. The primary data used in this research was obtained directly from the field through an interview process with the head of the Rt and the administration section of the Kalidoni sub-district office. The theory used in this research is the phenomenological theory by Edmund Husserl. The results of this research show that Kalidoni District has the art of Kuda Lumping in which there is a phenomenon of female Pegon dancers. Pegon female dancers, Kuda Lumping art, have changed the rules and appearance of Kuda Lumping art, especially in Kalidoni District, and is one of the traditional arts which in its development has received various responses from the community, both positive and negative, and some factors influence people's interest and there are impacts. or the influence of female pegon dancers.