Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KARAKTERISTIK MUTU KARET ALAM SIR 20CV MENGGUNAKANBAHAN PEMANTAP HIDRAZINE PADA SUHU PENYIMPANAN 60 °C Afrizal Vachlepi; Didin Suwardin
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 26, No 2 (2015): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.688 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v26i2.1600

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari stabilitas karet alam SIR 20CV menggunakan bahan pemantap hidrazine selama penyimpanan pada suhu 60 °C. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari dosis penggunaan bahan pemantap (hidrazine 0,1% b/b; 0,2% b/b 0,4% b/b; kontrol HNS dosis 0.15% b/b dan karet tanpa bahan pemantap/blanko) dan lama penyimpanan (0, 1, 4 dan 7 hari pada suhu 60 °C). Bahan pemantap diberikan pada karet alam sebelum diproses dalam mesin ekstruder. Karet alam disimpan dalam oven pada suhu 60 °C sesuai dengan perlakuan lama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan bahan pemantap mempengaruhi mutu karet alam selama penyimpanan pada suhu 60 °C. Perlakuan bahan pemantap hidrazine 0,4% b/b menghasilkan karet alam dengan mutu yang stabil/konstan selama penyimpanandibandingkan perlakuan lain. Karet alam dengan hidrazine 0,4%b/b memenuhi standar mutu SIR 20CV sesuai SNI 1903-2011 tentang SIR seperti PRI dan viskositas Mooney.Mutu karet alam yang menggunakan pemantap hidrazine 0,4 b/b yaitu nilai Po 31-32, PRI 63-74, SVI 1-3 dan ASHT maksimum 4.
Kajian pembuatan kompon karet alam dari bahan pengisi abu briket batubara dan arang cangkang sawit Afrizal Vachlepi; Didin Suwardin
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 26, No 1 (2015): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.952 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v26i1.696

Abstract

The purpose of this research was to study the effect of alternative fillers use such as palm shell charcoal and coal briquette ash to the vulcanization characteristics of rubber compound and physical properties of vulcanized rubber. This research was carried out in three stages, namely 1) the manufacture of dry blanket as raw rubber material for the solid compound, 2) preparation of alternative fillers, and 3) the making of rubber compound. The use of palm shell charcoal and briquette coal ash was mixed with carbon black fillers each around 20 phr in the compound making. Parameters observed such as technical quality, vulcanization characteristics and physical properties of vulcanized. The research results generally showed the alternative fillers palm shell charcoal (compound B) able to produce rubber vulcanized with better physical properties than coal briquette ash (compound A). Compound B in combination with of 20 phr palm shell charcoal and 20 phr carbon black produced vulcanized rubber with tensile strength approximately 134 kg/cm2, elongation at break 710%, specific gravity 1.134 g/cm3 and and tear resistance around 429 mm2/kg. Vulcanized rubber of compound A has hardness values (47 Shore A) and tear resistance (21.1 KN/m) which was larger and the optimum vulcanization time faster than palm shell charcoal.Keywords: fillers, rubber compound, and physical propertiesAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan bahan pengisi alternatif berupa arang cangkang kelapa sawit dan abu sisa pembakaran briket batubara terhadap karakteristik vulkanisasi kompon karet dan sifat fisik vulkanisat. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu 1) pembuatan blanket kering sebagai bahan baku pembuatan kompon, 2) penyiapan bahan pengisi alternatif, dan 3) pembuatan kompon karet. Penggunaan arang cangkang sawit dan abu briket batubara dicampurkan dengan bahan pengisi karbon hitam masing-masing sebanyak 20 phr pada pembuatan kompon. Parameter yang diamati berupa mutu teknis, karakteristik vulkanisasi dan sifat fisik vulkanisat. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahan pengisi alternatif arang cangkang kelapa sawit (kompon B) mampu menghasilkan vulkanisat dengan sifat fisik yang lebih baik dibandingkan abu briket batubara (Kompon A). Kompon B dengan kombinasi 20 phr arang cangkang kelapa sawit dan 20 phr karbon hitam menghasilkan vulkanisat dengan tegangan putus sekitar 134 kg/cm2, perpanjangan putus 710%, bobot jenis 1,143 g/cm3 dan ketahanan kikis sebesar 429 mm3/kg. Vulkanisat karet kompon A mempunyai nilai kekerasan (47 Shore A) dan ketahanan sobek (21,1 KN/m) yang lebih besar serta waktu vulkanisasi optimum yang lebih cepat dari kompon arang cangkang kelapa sawit.Kata kunci: bahan pengisi, kompon karet, sifat fisik
PRELIMINARY STUDY IN FINDING BIOELASTOMER BASED ON VEGETABLE OIL: DIMER ACID PREPARATION Mili Purbaya; Didin Suwardin
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 27, No 1 (2016): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.512 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v27i1.1259

Abstract

Dimer acid is the main material in the synthesis of bioelastomer. The preparation of dimer acid from vegetable oil such as crude palm oil and jatropha seed oil via Diels-Alder reaction were investigated. The dimer acid based vegetable oil was obtained by reacting vegetable oil with 12% by weight of  acrylic acid and 0.05 – 0.15% by weight of  iodine catalyst at temperature 191.25 – 247.5 oC for 1 – 2 hours. Dimer acids were analyzed using Fourier transform infrared spectroscopy, degree of acidity and acid value determination. The results show that the degree acidity (pH) of dimer acid from crude palm oil and jatropha seed oil were 2.18 – 2.35 and 2.46 – 2.56, respectively. The acid value of dimer acid from palm oil is 89.07 – 90.07 mg KOH/g sample and acid value of dimer acid from the jatropha seed oil is 63.80 – 80.43 mg KOH/g sample. Although the acid value is still lower than the commercial dimer acid (Empol 1016), the FTIR results showed that both dimer acids had some dicarboxylic acid functional groups as appeared in Empol 1016. So both vegetable oils have potential as a raw material for bioelastomer synthesis.
INHIBISI KOROSI OLEH HIDROKSILAMIN NETRAL SULFAT TERMODIFIKASI TERHADAP BAJA KARBON - (The Corrosion Inhibition by Modified Hydroxylamine Neutral Sulfate on Carbon Steel) Afrizal Vachlepi; Didin Suwardin
Biopropal Industri Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.874 KB) | DOI: 10.36974/jbi.v7i2.1316

Abstract

Production of natural rubber SIR 20CV requires Hydroxylamine Neutral Sulfate (HNS) as stabilizing agent which serves to stabilize viscosity of natural rubber. Several methods of HNS applications among others are spraying, soaking and mixing into the latex. The HNS use may cause corrosion of processing equipments. The aims of this research were to explore the charateristics of modified HNS as stabilizing agents to reduce the corrosion attack on carbon steel. Treatments were consisted of pure HNS and modified HNS. The method was weight loss method with planned interval test. Removal of corrosion products on metal specimen was done by chemical cleaning method based on ASTM G1-90. The results showed that weight loss percentage and corrosion rate of carbon steel by modified HNS were lower than pure HNS. Corrosion resistance criteria of carbon steel by modified HNS was classified as outstanding. Inhibition efficiency of corrosion by modified HNS reached around 98-99%.Keywords: corrosion, inhibition, modified HNS, natural rubber ABSTRAKProduksi karet alam SIR 20CV memerlukan hidroksilamine netral sulfat (HNS) sebagai bahan pemantap yang berfungsi menjaga viskositas karet alam stabil. Beberapa metode aplikasi HNS antara lain penyemprotan, perendaman dan pencampuran ke dalam lateks. Penggunaan HNS dapat menyebabkan korosi pada peralatan pengolahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui karakteristik inhibisi bahan pemantap HNS termodifikasi dalam mengurangi serangan korosi terhadap logam baja. Perlakuan yang diberikan terdiri atas HNS murni dan HNS termodifikasi. Metode yang digunakan adalah metode kehilangan berat dengan planned interval test. Penghilangan produk korosi pada spesimen logam baja karbon dilakukan dengan metode pembersihan kimia berdasarkan ASTM G1-90. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kehilangan berat dan laju korosi baja karbon oleh HNS termodifikasi lebih rendah dibandingkan HNS murni. Kriteria ketahanan korosi logam baja karbon oleh HNS termodifikasi tergolong luar biasa. Efisiensi inhibisi serangan korosi oleh HNS termodifikasi mencapai sekitar 98-99%.Kata kunci: HNS termodifikasi, inhibisi, karet alam, korosi
PENGGUNAAN BIOBRIKET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DALAM PENGERINGAN KARET ALAM Afrizal Vachlepi; Didin Suwardin
Warta Perkaretan Vol. 32 No. 2 (2013): Volume 32, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.053 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v32i2.38

Abstract

Biomassa merupakan sumber energi potensial yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar dari fosil. Biomassa dapat diubah menjadi briket arang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi seperti untuk proses pengeringan dalam pengolahan karet remah dan sit asap. Briket arang biomassa atau biobriket dibuat dari arang biomassa baik berupa bagian yang memang sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa atau limbah proses produksi/pengolahan agroindustri. Misalnya kayu, tempurung kelapa, arang tempurung kelapa sawit, limbah bambu, tandan buah kosong kelapa sawit, sekam padi, dan limbah batang tembakau dapat menjadi bahan baku untuk biobriket. Selain itu, limbah dari industri karet remah berupa tatal juga dapat dijadikan biobriket. Teknologi pembuatan biobriket banyak tersedia. Pembuatan biobriket memerlukan bahan penunjang seperti tanah liat, lem kanji, air, dan bahan pencampur lainnya. Komposisi bahan tersebut sangat tergantung dari jenis bahan baku untuk pembuatan biobriket. Sebelum dibuat biobriket, biomassa harus diubah terlebih dahulu menjadi arang, kemudian arang tersebut dihaluskan, dicampur dan dicetak dalam berbagai bentuk briket seperti silinder, kubus dan telur. Dari beberapa hasil penelitian, secara umum nilai kalor yang dihasilkan dari biobriket ternyata tidak berbeda nyata dibandingkan dengan briket batubara. Oleh karena itu, biobriket dapat digunakan sebagai bahan bakar proses pengeringan karet alam.
PENGERINGAN KARET REMAH BERBASIS SUMBER ENERGI BIOMASSA Afrizal Vachlepi; Didin Suwardin
Warta Perkaretan Vol. 33 No. 2 (2014): volume 33, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1658.286 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v33i2.55

Abstract

Produksi karet alam Indonesia terbesar berupa karet remah yang mencapai 93,4%. Pengeringan merupakan kritikal proses yang menentukan mutu akhir produk dan salah satu tahapan yang memerlukan energi cukup besar. Energi yang digunakan dalam industri umumnya bersumber dari energi fosil. Sayangnya ketersediaan sumber energi dari fosil semakin lama cenderung menurun. Oleh karena itu perlu sumber energi alternatif yaitu biomassa dari limbah industri pengolahan produk pertanian. Salah satu contohnya adalah industri pengolahan kelapa sawit. Biomassa dari industri ini berupa tandan kosong sawit (TKS) sebesar 4,8 juta ton, cangkang 1,5 juta ton dan sekitar 1,8 juta ton berupa serabut. Dalam pengeringan karet remah, biomassa dikonversi menjadi sumber energi panas dengan teknik gasifikasi dalam sistem unit pengering. Panas dari hasil pembakaran dipindahkan ke media pengering berupa udara panas. Keuntungan meng-gunakan biomassa sebagai sumber energi adalah dapat mengurangi biaya produksi, lebih ramah lingkungan, dan tersedia dalam jumlah yang banyak sehingga lebih terjamin dalam keberlangsungannya. Biaya penggunaan biomassa sebagai bahan bakar pengeringan karet remah sekitar Rp78 per kg karet kering.
KOROSIVITAS KOAGULAN ASAM SULFAT PADA PERALATAN DI PABRIK PENGOLAHAN KARET ALAM Afrizal Vachlepi; Didin Suwardin
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 1 (2016): Volume 35, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (882.323 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i1.80

Abstract

Salah satu tahapan penting dalam pengolahan karet alam adalah proses penggumpalan (koagulasi) yang memerlukan bahan penggumpal (koagulan). Survei yang dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan bahwa koagulan yang paling banyak digunakan petani adalah asam sulfat. Penggunaan asam sulfat sebagai koagulan karet alam dapat memicu terjadinya korosi pada peralatan di pabrik pengolahan karet alam karena sifatnya yang korosif. Aplikasi asam sulfat 2% sebagai koagulan meningkatkan laju korosi logam baja yang paling banyak digunakan sebagai bahan utama peralatan di pabrik pengolahan karet alam. Laju korosi logam baja dalam lingkungan asam sulfat tergolong korosi yang buruk/jelek. Untuk mengurangi dampak negatif yang disebabkan dari proses korosi logam baja perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian korosi. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan serangan korosi antara lain menggunakan koagulan tidak korosif, menggunakan peralatan dengan material khusus yang tahan terhadap serangan korosi dan menggunakan senyawa inhibitor yang mampu menghambat proses korosi.
JENIS BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PARAMETER MUTU KARET SPESIFIKASI TEKNIS Didin Suwardin; Mili Purbaya
Warta Perkaretan Vol. 34 No. 2 (2015): volume 34, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (768.074 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v34i2.256

Abstract

Koagulan merupakan salah satu faktor penting dalam pengolahan Bahan Olah Karet (bokar). Terkait dengan semakin ketatnya persyaratan konsumen terhadap spesifikasi mutu karet remah di masa mendatang, maka perbaikan mutu bokar harus mendapat perhatian yang lebih seksama. Upaya perbaikan mutu bokar mencakup penggalakkan penggunaan koagulan anjuran di tingkat petani. Aspek mengenai jenis koagulan yang dianjurkan dan pengaruhnya terhadap parameter mutu uji dalam SNI 1903:2011 merupakan fokus bahasan dalam tulisan ini. Landasan teori dan pengetahuan mengenai koagulan disajikan untuk meningkatkan pemahaman dalam aplikasinya sesuai anjuran. Di samping itu akan diuraikan mengenai kondisi permasalahan koagulan serta upaya solusi yang diperlukan untuk perbaikan mutu bokar secara menyeluruh di masa mendatang. Penerapan analisis kimia kualitatif mengenai koagulan yang digunakan sebagai pelengkap pengujian secara visual dalam SNI 1903: 2011, juga disajikan agar memberikan kepastian mengenai hasil monitoring bagi petugas di lapangan.