Heriyanti Amalia Kusuma
Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kaitan ekstrakorona tipe ball pada kasus Kennedy klas I rahang bawah Rani Purba; Heriyanti Amalia Kusuma; Esti Tjahjanti
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.134 KB) | DOI: 10.22146/mkgk.32008

Abstract

Usaha peningkatan retensi dan stablisasi dalam menghasilkan keyamanan penggunaan gigi tiruan sebagian merupakan suatu tantangan bagi dokter gigi untuk menemukan suatu alternatif perawatan yang lebih baik dari penggunaan gigi tiruan sebagian konvensional, salah satunya yaitu gigi tiruan sebagian dengan retainer kaitan ekstrakorona tipe ball. Tujuan laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi tentang gigi tiruan sebagian dengan kaitan ekstrakorona tipe ball pada kasus Kennedy klas I rahang bawah. Pasien pria usia 41 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo ingin dibuatkan gigi tiruan baru. Pasien sebelumnya telah mengunakan gigi tiruan akrilik (RA) dan rahang bawah (RB), namun merasa tidak nyaman dengan gigi tiruannya terutama pada rahang bawah karena mengunakan plat akrilik melintang pada rahang bawahnya yang menggangu aktivitas lidah. Metode perawatan kasus ini yaitu pembuatan gigi tiruan sebagian rahang bawah dengan retainer kaitan ekstrakorona tipe ball; 1)Pencetakan model diagnostik, 2)Preparasi gigi penyangga, 3)Pencetakan model kerja dan pembuatan mahkota sementara, 4)Try in coping kaitan presisi RB, 5)Pencatatan hubungan RA-RB, 6)Prosesing laboratorium, 7)Insersi, 8)Kontrol. Gigi tiruan sebagian rahang bawah dengan retainer kaitan ekstrakorona tipe ball dapat digunakan pada kasus Kennedy klas I untuk meningkatkan retensi dan stabilisasi serta mencegah ungkitan yang akan menghasilkan kenyamanan bagi pasien.ABSTRACT: Ball extracoronal attachment on mandibular kennedy class I case. The effort for improving the retention and stabilization in the restoring comfort of using partial dentures is a challenge for dentists to find an alternative treatment that is better than the using of conventional partial denture, one of which is partial denture with ball ekstrakorona attachment. Purpose of this case report aims to provide the information of the partial denture with ball ekstrakorona attachment on mandibular Kennedy class I case. 41 year old male patient came to the clinic of RSGM Prof. Soedomo want to made a new denture. Patients had previously been using maxilla and mandibular acrylic denture, but felt uncomfortable with mandibular denture due to transverse acrylic plate on the mandibular which interfere the tongue activity. Treatment method of this case was mandibular partial denture with ball ekstrakorona attachment; 1)Jaw impression for diagnostic model, 2)Abutment preparation, 3)Working cast impression and temporary crown procedure, 4)Try in mandibular coping attachment, 5)Upper and lower jaw relation recording, 6)Laboratorium processing, 7)Insertion, 8)Control. Partial denture with ball ekstrakorona attachment could be used on mandibular Kennedy class I case to improve retention, stabilization, prevention the leverage and patient comfort.
Obturator Definitive Mandibula Post Hemimandibulectomy Sinistra Paul Sugiyo; Heriyanti Amalia Kusuma
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 2 (2012): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4285.563 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15541

Abstract

Latar Belakang. Operasi bedah pemotongan mandibula pada kasus tumor jinak maupun tumor ganas dapat menyebabkan deviasi mandibula. Tindakan perawatan bedah tergantung pada lokasi dan perluasan tumor mandibula, tindakan perawatan bedah tersebut meliputi bedah marginal, segmental, hemimandibulectomy, dan total mandibulectomy. Tujuan. Makalah ini menjelaskan tentang perawatan rehabilitasi dengan obturator definitive mandibula. Para klinisi harus menunggu masa penyembuhan yang sempurna sebelum disarankan untuk dibuatkan onturator definitive mandibula. Sejak awal penyembuhan diperlukan intervensi prostodontis untuk mencegah deviasi mandibula. Protesa ini membantu pergerakan mandibula secara normal tanpa terjadi penyimpangan pada fungsi bicara dan pengunyahan. Laporan Kasus. Pada bulan Maret 2012, pasien laki-laki, berumur 46 tahun datang ke RSGM Bagian Prostodonsia atas rujukan dari RS. Dr. Sardjito Bagian Bedah Mulut setelah dilakukan operasi tumor ameloblastoma mandibula sinistra (post hemimandibulectomy mandibula sinistra) dengan pemasangan plat rekonstruksi tiga bulan sebelumnya untuk dibuatkan obturator definitive mandibula. Pasien mengeluh bibir bawah sebelah kiri sering tergigit, fungsi bicara, fungsi pengunyahan, dan penampilannya terganggu. Hasil. Setelah dilakukan perawatan dengan memakai obturator definitive mandibula dalam kurun waktu 8 bulan, hingga saat ini hasil perawatan ini dapat mengembalikan fungsi bicara, fungsi pengunyahan, dan fungsi estetik sehingga pasien merasa lebih nyaman dan percaya diri. Kesimpulan. Deviasi mandibula setelah operasi hemimandibulectomy diatasi dengan bedah rekonstruksi menggunakan plat rekonstruksi, kemudian segera setelah penyembuhan perlu melibatkan prostodontis untuk pemasangan obturator definitive mandibula.  Background. Surgical restion of the mandible due to presence of benign or malignant tumor is the common cause of the mandibular deviation. Depending upon the location and extent of the tumor in the mandible, various surgical treatment modalities like marginal, segmental, hemimandibulectomy, or total mandibulectomy. Purpose. This study was to deteminated of rehabilitation treatment by mandible definitive obturator. The clinicians must wait for extensive period of the time for completion of healing before considering the definitive prosthesis. During this initial healing period prosthodontic intervention is required for preventing the mandibular deviation. This case report describes management of a patient who has undergone a reconstructed hemimandibulectomy with mandible definitive obturator. The prosthesis help patient moving the mandible normally without deviation during functions like speech, mastication, and aesthetic. Case Report. On March 2012, a 46 years old man was referred from Dr. Sardjito Hospital Oral Surgery Department to Department of Prosthodontics RSGM Faculty of Dentistry Gadjah Mada University Yogyakarta, for prosthetic rehabilitation following a hemimandibulectomy sinintra reconstructed with plate reconstruction three months ago. Patient felt speech function, masticatory function, and impaired performance, lower lip frequently bitten. Results. After treated while 8 months till now by mandible definitive obturator, patient felt more comfortable and confident with recovery function of speech, mastication, and aesthetic. Conclusion. The deviation of mandible after hemimandibulectomy was reconstructed by reconstruction plate surgery. During this initial healing period early prosthodontic intervention by mandible definitive obturator. 
Protesa Maksilofasial Dengan Hollow Bulb pada Kasus Klas I Aramany untuk Rehabilitasi Pasca Hemimaxillectomy Daniel Budi Santoso; M.Th. Esti Tjahjanti; Heriyanti Amalia Kusuma
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 18, No 1 (2011): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5011.547 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.16478

Abstract

Latar belakang. tindakan hemimaxillectomy akan menimbulkan terjadinya defect yang menyebabkan gangguan bicara (sengau), penelanan, pengunyahan, estetik dan kejiwaan. Tujuan. untuk menginformasikan cara rehabilitasi defect atau cacat pada wajah dengan protesa maksilofasial hollow bulb untuk mengembalikan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, estetik dan kejiwaan penderita. Kasus dan penanganan. pasien pria berusia 43 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo atas rujukan dari dokter THT RS. Dr. Sardjito. Saat datang pasien merasa terganggu dengan adanya pembengkakan di dalam mulut, kemudian dilakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif. Hemimaxillectomy dilakukan oleh dokterTHT RS. DR. Sardjito. Obturator pasca bedah dipasang segera setelah operasi. Dua minggu pasca operasi, dibuatkan obturator interim, kemudian dibuatkan protesa maksilofasial klas I Aramany dengan hollow bulb setelah 2 bulan pasca operasi. Hollow bulb adalah rongga yang dibuat pada protesa maksilofasial untuk menutup rongga mulut, rongga hidung dan defect. Pada waktu insersi diperiksa retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan pengucapan. Kontrol dilakukan 1 minggu dan 1 bulan setelah pemakaian. Hasil pemeriksaan dan evaluasi setelah 1 minggu dan 1 bulan setelah pemakaian protesa maksilofasial hollow bulb diketahui retensi, stabilisasi, oklusi dan pengucapan lebih baik. Kesimpulan. setelah menggunakan protesa maksilofasial hollow bulb pasca hemimaxillectomy, pasien dapat berbicara dan mengunyah dengan normal. Protesa maksilofasial hollow bulb juga dapat mengembalikan estetik yang hilang, membantu proses penyembuhan jaringan,serta psikologi pasien.
Protesa Maksilofasial dengan Hollow Bulb untuk Rehabilitasi Pasca Hemimaxillectomy Klas IV Aramany Farid Munandar; Heriyanti Amalia Kusuma; Endang Wahyuningtyas
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 18, No 1 (2011): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3541.874 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.16482

Abstract

Latar belakang. Tindakan operasi pembedahan pada daerah wajah akan mengakibatkan cacat wajah, gangguan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, estetik serta kejiwaan penderita dan dapat menimbulkan masalah pada rehabilitasinya. Tujuan. Penulisan laporan ini untuk menginformasikan bahwa defect atau cacat pada daerah wajah dapat direhabilitasi dengan pembuatan protesa maksilofasial dengan hollow bulb untuk mengembalikan fungsi. Kasus. Pasien laki-Iaki berusia 30 tahun datang ke RSGM atas rujukan dari RS. Dr. Sardjito. Saat datang pasien merasa terganggu dengan adanya defect didalam mulutnya. Operasi hemimaxillectomy telah dilakukan oleh dokter THT R.S Hasan Sadikin setahun yang lalu. Penanganan. Dilakukan pemeriksaan subyektif, obyektif, radiografi dan hasil diagnose terdapat defect klas IV Aramany. Rehabilitasi dapat dilakukan dengan pembuatan protesa maksilofasial dengan hollow bulb klas IV Aramany untuk mengembalikan fungsi dan menghindari akibat dari pasca operasi hemimaxillectomy lebih lanjut. Pemeriksaan retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan pengucapan dilakukan pada waktu insersi, begitu pula pada saat kontrol 1 minggu dan 1 bulan setelah pemakaian tidak ada keluhan. Kesimpulan. Pemakaian protesa maksilofasial dengan hollow bulb ini dapat berguna sebagai alat rehabilitasi yang dapat mengembalikan fungsi bicara dan mengunyah, estetik dan membantu proses penyembuhan jaringan dan psikologi penderita.