Haryo Mustiko Dipoyono
Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pembuatan Cantilever Bridge Anterior Rahang Atas sebagai Koreksi Estetik Yusrina Sumartati; Haryo Mustiko Dipoyono; Erwan Sugiatno
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 2 (2012): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2833.704 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15543

Abstract

Latar belakang. Kehilangan gigi anterior rahang atas mengakibatkan gangguan fungsi fonetik dan estetik. Gangguan fungsi estetik menyebabkan pasie menjadi rendah diri. Kondisi ini dapat diatasi oleh dokter gigi, salah satunya dengan pembuatan cantilever bridge. Tujuan. Penulisan ini yaitu untuk memberi informasi bahwa pada kasus kehilangan gigi-gigi anterior rahang atas dengan space yang telah menyempit dan malposisi gigi dapat dibuatkan protesa berupa gigi tiruan cekat dengan desain cantilever bridge. Kasus dan perawatan. Laporan kasus ini membahas tentang pasien perempuan umur 39 tahun yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo, dengan keluhan merasa kurang percaya diri karena gigi depan rahang atas hilang sejak 5 tahun yang lalu akibat kecelakaan. Gigi-gigi anterior rahang atas yang masih ada mengalami malposisi akibat pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan yang tidak baik. Perawatan yang dilakukan adalah dengan pembuatan cantilever bridge pada gigi 11, 12, 13 dan 21, 22, 23. Kesimpulan. Gangguan fungsi estetik pada gigi anterior rahang atas dapat diatasi dengan pembuatan cantilever bridge. Background. Maxillary anteriortooth loss resulting in impaired function of phonetic and aesthetic. Impaired function of aesthetic cause patients to become self conscious. This condition can be treated by a dentist, one with a cantilever bridge. Purpose. To inform that in case of missing anterior teeth of the upper jaw with a space that has been narrowed, and malposition of teeth can be made prosthesis denture fixed bridge with a cantilever design. Case and treatment. This case report discusses the 39 years old female patient who came to he Dental Hospital Prof. Soedomo, with complaints of feeling less confident due to the maxillary front teeth missing since 5 years ago due to an accident. Anterior teeth of the upper jaw are still experiencing malposition due to the use of removable partial dentures are not good. The treatment is done is by cantilever bridge on teeth 11, 12, 13 and 21, 22, 23. Conclusion. Impaired function of the aesthetic in the maxillary anterior teeth can be solved by a cantilever bridge. 
Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Obturator Rahang atas pada Kasus Kelas III Arammany dengan Penguat Mini Dental Implant untuk Protesa Rahang Bawah F. Wihan Pradana; Haryo Mustiko Dipoyono; Titik Ismiyati
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 18, No 1 (2011): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4690.31 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.16481

Abstract

Latar belakang. Kasus Edentulous dengan defek maksilofasial pada geriatri merupakan kasus yang komplek dan menyangkut estetika serta fungsi rongga mulut. Penggunaan hollow bulb dan implant untuk memberikan retensi merupakan alternatif cara yang dapat digunakan dalam perawatan defek maksilofasial dan sisa lingir alveolar yang tipis. Tujuan. dari pembuatan protesa GTL ini ialah untuk mengembalikan fungsi pencernaan rongga mulut sehingga dapat mengembalikan kemampuan mencerna dan mengolah makanan. Pembuatan GTL diupayakan untuk dapat retentif dan stabil sehingga protesa dapat bermanfaat sebagai instrumen rehabilitatif dalam rongga mulut. Kasus. Pasien laki-Iaki usia 70 tahun datang ke klinik prostodonsia FKG UGM dengan keluhan gigi tiruan lengkap yang longgar dan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga makanan dan minuman dapat keluar dari hidung melalui lubang di area palatum yang timbul kurang lebih 2 bulan sebelum datang ke RSGM. Penanganan. Setelah dilakukan proses bedah pengangkatan tumor oleh Onkologis selanjutnya dilakukan perencanaan pembuatan GTL. Paska operasi pasien mengenakan GTL sementara dari GTL lama pasien yang diperbaiki. Proses selanjutnya ialah pembuatan GTL baru untuk mengganti GTL lama yang rusak. Setelah GTL selesai dibuat, dilakukan insersi dan dilanjutkan dengan pemasangan mini dental implant untuk rahang bawah. Satu minggu berikutnya dilakukan pemasangan metal housing implant pada fitting surface gigi tiruan lengkap rahang bawah sehingga implant dan gigi tiruan menjadi satu kesatuan gigi tiruan lengkap  dengan dukungan implant. Kesimpulan. Kontrol2 minggu dan satu bulan menunjukan implant masih stabil dan tidak ada keluhan pada pasien. Pasien dapat menggunakan gigi tiruannya untuk makan dan minum. Dari pemeriksaan subjektif diketanui bahwa dan makanan ataupun minuman tidak lagi keluar melalui hidung pasien.