Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Pembuatan Prothesa Telinga dengan Metode Pencetakan Tiga Lapis Fathurrahman, Helmi; Ismiyati, Titik; Saleh, Suparyono; Dipoyono, Haryo Mustiko
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Defek telinga unilateral ataupun bilateral dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya trauma, kelainan pertumbuhan, atau prosedur pengangkatan kanker. Kondisi ini akan mempengaruhi psikologis pasien karena telinga merupakan organ vital yang membentuk estetika wajah. Salah satu perawatan rehabilitasi pada defek telinga adalah dengan pembuatan protesa telinga. Tahapan penting dari pembuatan protesa telinga adalah mendapatkan cetakan yang akurat untuk membuat pola malam. Teknik pencetakan dalam pembuatan prothesa telinga diantaranya metode reversible hydrocolloid dengan sendok cetak malam, irreversible hydrocolloid dengan sendok cetak kaku dan metode pencetakan tiga lapis. Keunggulan teknik pencetakan tiga lapis adalah mudah di lakukan dan akurasi hasil pencetakan yang baik. Tujuan laporan kasus ini adalah mengaplikasikan teknik pencetakan tiga lapis dalam pembuatan prothesa telinga.Perawatan dilakukan pada seorang pria berusia 14 tahun yang mengalami defek kongenital telinga dextra (unilateral). Langkah pertama dalam pembuatan prothesa yaitu pencetakan telinga normal dan defek, dilanjutkan pembuatan pola malam dan basis protesa, kemudian tahap try in pola malam, processing silikon, dan insersi. Prosedur pencetakan telinga dengan teknik tiga lapis yaitu mengaplikasikan irreversible hidrocolloid pada regio post aurale (lapisan pertama), regio pra aurale, permukaan internal, (lapisan kedua), dan permukaan luar telinga (lapisan ketiga). Hasil pencetakan telinga dengan teknik tiga lapis adalah tiga lapisan irreversible hidrocolloid yang solid dan mudah untuk dipisahkan sehingga menjamin akurasi hasil pengecoran. Kesimpulan laporan kasus ini adalah teknik pencetakan tiga lapis dapat diaplikasikan dalam pembuatan prothesa telinga.ABSTRACTS: Triple Layer Impression Method For Auricular Prosthesis. An unilateral or bilateral auricular defect can be caused by several factors including trauma, congenital malformation or surgical removal of neoplasm. These condition will affect patient psycologic because ear is a vital part of facial aesthetic. One of rehabilitation care of auricular defect is an auricular prosthesis. Important stage of making auricular prosthesis is to obtain accurate impression to make wax pattern. Impression technique including method of reversible hydrocolloid with wax collar, irreversible hydrocolloid with rigid tray and triple layer impression method. The excellence of the triple layer impression technique are easy to do and accuracy of good impression result. The aim of this case report is to apply triple layer impression method in the making of auricular prosthesis. The treatment was done in 14 years old male patient with chief compain of congenitally defect of external dextra ear. First step of making auricular prosthesis is making an impression of defect area and opposite ear, making prothesa basis and wax pattern, try in the wax pattern, sillicone processing, and insertion the prothesa. Triple layer impression method was done in three step, first the impression material was injected to post aurale region (first layer), than injected to internal surface of ear (second layer). Subsequently, the third layer of impression material was partially filled into the tray and external surface of ear.The result of triple layer impression method in the making of auricular prosthesis is triple layer of solid irreversible hydrocolloid but separatable completly. Conclusion of this case report is the triple layer impression method is suitable for making an auricular prosthesis.
Protesa Mata: Rehabilitasi Pasien Waskitho, Arief; Sugiatno, Erwan; Ismiyati, Titik
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 20, No 2 (2013)
Publisher : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kasus kehilangan bola mata dapat menimbulkan masalah fungsi, psikis, dan estetik. Salah satu perawatan rehabilitatif pada kasus ini   adalah dengan protesa mata. Tujuan pembuatan protesa mata adalah untuk mempercepat penyembuhan fisik dan psikis serta memperbaiki estetik. Pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo FKG UGM dengan kondisi kehilangan mata sebelah kanan akibat trauma 3 tahun yang lalu.Pemeriksaan soket mata menunjukkan konjungtiva yang sehat dan tidak terdapat infeksi. Rencana perawatan adalah pembuatan protesa mata non fabricated berbahan resin akrilik. Prosedur perawatan dilakukan dengan tahap-tahap yaitu pencetakan mata dengan sendok cetak mata perorangan dan pengisian hasil cetakan dilakukan 2 tahap. Pembuatan model malam sklera, mencoba pola malam sklera, membuat sklera akrilik, mencoba sklera akrilik, dan penentuan lokasi dan diameter iris, melukis iris dan pupil, penyelesaian protesa mata, serta insersi protesa mata, pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah retensi, stabilisasi, dan kenyamanan protesa mata. Kontrol setelah 1 minggu protesa mata menunjukkan hasil yang baik, tidak ada keluhan rasa sakit, dan tidak ada peradangan. Pasien lebih percaya diri dan nyaman dengan protesa mata ini karena bentuknya sesuai soket mata. Pemakaian protesa mata dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien sehingga dapat diterima dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Maj Ked Gi; Desember 2013; 20(2): 178–183.
The effect of paint types toward iris color changes of ocular prosthetics Sarjono, Gunawan Sri; Ismiyati, Titik; Wahyuningtyas, Endang
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 6, No 1 (2020): April
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.38706

Abstract

Ocular prosthetics are mainly created to meet the aspect of esthetic consideration. The paint application in ocular prosthetics construction is remaining an option for Prosthodontist. This study aims to examine the effect of types of paint toward iris color change of the ocular prosthetics. Three black types of paint: oil paint (Maries Oil Color, China), automotive paint (Avian, Indonesia), and acrylic paint (Sakura, Japan) were used to paint paper disc to produce 27 iris ocular prosthetics. Chromameter was used to examine the first and the final color after acrylic processing using themicrowave. The measurement results in the process using Commission Internationale de l’Eclairage. One-way ANOVA test showed significant differences between the three types of paints on ocular prosthetics (p<0.05). The LSD test revealed that oil paint groups had more significant results than the automotive paint group and acrylic paint group, while the automotive paint group did not have significant differences with the acrylic paint group (p>0.05). Thus, it is conclusive that oil paint influences the iris color change of the ocular prosthetics.
Acrylic resin removable partial overdenture with bare root on extruded 45 Rosa Sharon Suhono; Endang Wahyuningtyas; Titik Ismiyati; Heriyanti Amalia Kusuma
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.599 KB) | DOI: 10.22146/mkgk.49227

Abstract

Bare root overdenture is a denture supported by a dome-shaped endodontic treated teeth with height 2-3 mm above the gingival surface. All prepared area of 45 was filled with composite material. The abutment teeth resisted the alveolar bone resorption process and maintains the height of alveolar crest, in order to support the retention and stability of removable partial denture (RPD). The aim of this case study was to investigate the treatment of acrylic resin RPD with bare root overdenture on extrusion tooth 45. A 54 years old male patient with loss of teeth 18, 17, 15, 14, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 38, 37, 36, 35, 32, 31, 44, 46 was presented in Prof. Soedomo Dental Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Tooth 45 was extruded thus promoted locked occlusion. This case management was comprised of anamnesis, clinical examination, study model impression, design of RPD with bare root overdenture on tooth 45, endodontic treatment, dome-shaped preparation, filling with composites material cover the entire surface of prepared tooth 45, working model impression, determination of maxilla-mandibular relation, artificial teeth arrangement, try-in denture, insertion, and control. Evaluation after insertion showed good retention and stability, established good occlusion and satisfied aesthetic by using the RPD with bare root overdenture on tooth 45. At control appointment, patients described comfortable feeling because the use of bare root overdenture could maintain the denture stability and retention, and there was no locked occlusion when RPD was used. In this reported case, the RPD with bare root overdenture on extruded 45 repaired occlusion and aesthetic of patient and did not lock the occlusion. ABSTRAKBare root overdenture adalah gigi tiruan yang didukung oleh gigi yang telah dirawat endodontik dan dipreparasi dengan bentuk dome-shaped setinggi 2-3 mm di atas permukaan gingival serta dilakukan penambalan komposit menutupi seluruh area yang dipreparasi. Adanya gigi pendukung dapat menghambat proses resorpsi tulang alveolar dan tinggi processus alveolaris dapat dipertahankan dalam menunjang retensi dan stabilitas gigi tiruan lepasan. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengkaji perawatan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) resin akrilik dengan penyangga bare root pada gigi 45 ekstrusi. Pasien laki-laki berusia 54 tahun dengan kehilangan gigi 18, 17, 15, 14, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 38, 37, 36, 35, 32, 31, 44, 46 datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Gigi 45 ekstrusi, sehingga mengakibatkan oklusi terkunci. Penatalaksanaanpasien dilakukan sebagai berikut: anamnesa, pemeriksaan klinis, perawatan endodontik dan preparasi serta penambalan dengan komposit pada gigi 45, pembuatan desain GTSL resin akrilik dengan penyangga bare root gigi 45, pencetakan model kerja, menentukan relasi maksila – mandibula, penyusunan gigi, percobaan protesa malam, insersi, dan kontrol. Insersi menunjukkan retensi, stabilisasi, oklusi, dan estetis baik pada GTSL dengan bare root gigi 45.Hasil kontrol menunjukkan pasien merasa nyaman kerena penggunaan bare root overdenture dapat mempertahankan stabilitas gigi tiruan dan oklusi tidak terkunci saat GTSL berfungsi. Dari kasus yang dilaporkan dapat disimpulkan GTSL dengan penyangga bare root pada gigi 45 ekstrusi dapat memperbaiki fungsi oklusi dan estetis yang baik, serta tidak mengakibatkan oklusi terkunci.
Gigi tiruan lengkap kerangka logam sebagai alternatif perawatan pasien dengan refleks muntah Ardhianing Hardita; Heriyanti Amalia Kusuma; Titik Ismiyati; Erwan Sugiatno
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.61408

Abstract

Refleks muntah merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang normal untuk mencegah benda asing masuk ke dalam trakea, faring, atau laring. Ada beberapa tingkatan refleks muntah pada pasien yaitu dari ringan hingga berat. Pasien dengan refleks muntah ringan jika diberi stimulus dapat merasa mual namun dapat mengkontrol respon tersebut. Pasien yang memiliki refleks muntah lebih berat menunjukkan respon yang berlebihan ketika diberi stimulus fisik atau psikologis, pada kategori ini pasien mungkin tidak dapat menerima Tindakan pencetakan, prosedur operatif, atau insersi gigi tiruan. Permukaan basis gigi tiruan akrilik yang halus jika dilapisi oleh saliva mengakibatkan sensasi licin sehingga timbul refleks muntah dan mual pada pasien. Basis gigi tiruan lengkap yang dibuat dari bahan kerangka logam memiliki kekasaran pada permukaan palatal seperti rugae palatina dan lebih tipis sehingga lebih nyaman digunakan oleh pasien. Penggunaan kerangka logam sebagai basis gigi tiruan lengkap dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi refleks muntah pasien. Tujuan laporan kasus ini yaitu mengkaji kemampuan gigi tiruan lengkap kerangka logam untuk mengurangi refleks muntah pada pasien. Kasus: Pasien laki-laki, 58 tahun datang dengan keluhan kesulitan menggunakan gigi tiruan yang lama karena refleks muntah yang dialami pasien. Pemeriksaan intraoral menunjukkan daerah tidak bergigi pada seluruh rahang atas dan bawah pasien. Tata laksana kasus: Anamnesa, pemeriksaan klinis, dan rehabilitasi protesa gigi tiruan lengkap kerangka logam pada rahang atas dan bawah. Kesimpulan: Gigi tiruan lengkap kerangka logam dapat mengurangi refleks muntah pada pasien.
Penatalaksanaan defek residual rigde posterior mandibula dengan overdenture kaitan magnet Sradha Putra; Titik Ismiyati; Suparyono Saleh; Heriyanti Amalia Kusuma
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65685

Abstract

Overdenture merupakan perawatan yang dapat diterima oleh pasien lanjut usia dengan satu gigi atau lebih yang tersisa dalam rongga mulut. Kehilangan dimensi vertikal oklusi pasien dapat menyebabkan gigi posterior yang tersisa menekan residual rigde pada rahang antagonis sehingga terjadi defek tulang alveolar. Defek residual rigde rahang bawah mengganggu retensi gigi tiruan. Kaitan magnet pada overdenture dapat menambah retensi gigi tiruan. Tujuan laporan ini memberikan pemilihan perawatan mengenai defek residual rigde posterior mandibula akibat tekanan gigi 16 dengan menggunakan overdenture kaitan magnet. Pasien perempuan berusia 64 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo untuk dibuatkan gigi tiruan. Pasien kehilangan gigi 17, 15, 14, 11, 21, 22, 24, 25, 26, 27 pada rahang atas. Pada rahang bawah, hanya tersisa gigi 45 dan terjadi kehilangan oklusi gigi posterior yang menyebabkan gigi 16 meninggalkan defek residual rigde pada regio 46 posterior mandibula kanan. Tatalaksana kasus perawatan saluran akar gigi 45, dekaputasi mahkota gigi berbentuk dome shaped, penggambilan guta percha sesuai dengan panjang keeper, sementasi keeper. Setelah insersi gigi tiruan dilakukan pemasangan kaitan magnet pada permukaan fitting surface. Kesimpulan overdenture kaitan magnet dapat meningkatkan retensi gigi tiruan pada defek residual rigde pada posterior mandibula.
Perawatan gigi tiruan lengkap menggunakan overdenture magnet, coping dan bare root sebagai retensi Gene Rizky Natalia Gunawan; Titik Ismiyati; Haryo Mustiko Dipoyono; Herijanti Amalia Kusuma
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65735

Abstract

Overdenture adalah jenis gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan lengkap yang didukung oleh akar gigi atau implan. Overdenture merupakan salah satu pilihan perawatan untuk meningkatkan retensi pada gigi tiruan. Di samping untuk membantu meningkatkan retensi, overdenture dapat meningkatkan stabilisasi gigi tiruan, dan mengurangi resorpsi tulang secara signifikan yang terjadi karena pencabutan gigi. Jenis-jenis overdenture antara lain overdenture bare root, overdenture magnet, telescopic overdenture, overdenture bar dan overdenture coping. Overdenture magnet berupa magnet yang dilekatkan pada basis gigi tiruan dan keeper yang disementasi pada gigi penyangga. Magnet memiliki kekuatan retentif untuk menahan keeper di tempatnya. Coping sebagai pegangan overdenture dapat meningkatkan retensi melalui gaya gesek yang ditimbulkan antara coping dan gigi tiruan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengkaji peningkatan retensi gigi tiruan overdenture dengan pegangan coping, magnet dan bare root pada gigi tiruan lengkap rahang bawah. Pada pemeriksaan klinis terdapat kehilangan gigi 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22, 23, 24, 25, 26 pada rahang atas dan 37, 36, 35, 34, 32, 42, 43, 44, 45, 46, 47 pada rahang bawah. Gigi anterior rahang bawah yang tersisa yaitu gigi 31, 41,dan 43 telah ekstrusi. Tatalaksana kasus: gigi 31 sebagai penyangga coping, gigi 41 sebagai penyangga bare root, dan gigi 43 sebagai penyangga overdenture magnet. Penggunaan overdenture dengan kaitan coping, magnet dan bare root dapat meningkatkan retensi pada gigi tiruan lengkap rahang bawah.
Protesa Mata: Rehabilitasi Pasien Arief Waskitho; Erwan Sugiatno; Titik Ismiyati
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 20, No 2 (2013): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.458 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.7957

Abstract

Kasus kehilangan bola mata dapat menimbulkan masalah fungsi, psikis, dan estetik. Salah satu perawatan rehabilitatif pada kasus ini adalah dengan protesa mata. Tujuan pembuatan protesa mata adalah untuk mempercepat penyembuhan fisik dan psikis serta memperbaiki estetik. Pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo FKG UGM dengan kondisi kehilangan mata sebelah kanan akibat trauma 3 tahun yang lalu.Pemeriksaan soket mata menunjukkan konjungtiva yang sehat dan tidak terdapat infeksi. Rencana perawatan adalah pembuatan protesa mata non fabricated berbahan resin akrilik. Prosedur perawatan dilakukan dengan tahap-tahap yaitu pencetakan mata dengan sendok cetak mata perorangan dan pengisian hasil cetakan dilakukan 2 tahap. Pembuatan model malam sklera, mencoba pola malam sklera, membuat sklera akrilik, mencoba sklera akrilik, dan penentuan lokasi dan diameter iris, melukis iris dan pupil, penyelesaian protesa mata, serta insersi protesa mata, pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah retensi, stabilisasi, dan kenyamanan protesa mata. Kontrol setelah 1 minggu protesa mata menunjukkan hasil yang baik, tidak ada keluhan rasa sakit, dan tidak ada peradangan. Pasien lebih percaya diri dan nyaman dengan protesa mata ini karena bentuknya sesuai soket mata. Pemakaian protesa mata dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien sehingga dapat diterima dalam kehidupan sosial bermasyarakat.  Ocular Prosthesis: Patient Rehabilitation. The loss of eyeballs may lead to problems in function, psychology, and aesthetics. One of rehabilitative treatments for this case is by making prosthesis eyes. The purpose of this treatment is to heal the physical and psychological function quickly and to fix the aesthetics. A 50-year-old male patient who came to RSGM Prof. Soedomo FKG UGM’s Prostodontia Clinic complained that he lost his right eye because of traumatic injury 3 years ago. After checking the eye socket up, it was found that his conjunctiva lining was healthy, and there was no infection. The treatment plan was to make non-fabricated ocular prosthesis from acrylic resin. For the treatment procedure, the steps are as follow: minting the individual eye by using minted spoon and pouring the minting result of the eye by two phases; making the model of wax sclera followed by trying on the wax sclera pattern to the patient eye socket and making an acrylic version of sclera followed by trying on the acrylic sclera to the eye socket, and then determining the location and iris diameter to draw the iris and pupil. The finishing process of the eye prosthesis is by inserting the eye prosthesis to the patient eye socket. The checkup is needed to know the retention, stabilization and fitting the eye prosthesis. After medical check-up during a week, the eye prosthesis showed the good result, absence of pain and inflammation. The patient was more confident psychologically and comfortable using this eye prosthesis because the shape was compatible with the eye socket. Using eye prosthesis can improve the patients’ confidence as they can be accepted in social life.
Pembuatan Prothesa Telinga dengan Metode Pencetakan Tiga Lapis Helmi Fathurrahman; Titik Ismiyati; Suparyono Saleh; Haryo Mustiko Dipoyono
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 21, No 1 (2014): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1793.759 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.8776

Abstract

Defek telinga unilateral ataupun bilateral dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya trauma, kelainan pertumbuhan, atau prosedur pengangkatan kanker. Kondisi ini akan mempengaruhi psikologis pasien karena telinga merupakan organ vital yang membentuk estetika wajah. Salah satu perawatan rehabilitasi pada defek telinga adalah dengan pembuatan protesa telinga. Tahapan penting dari pembuatan protesa telinga adalah mendapatkan cetakan yang akurat untuk membuat pola malam. Teknik pencetakan dalam pembuatan prothesa telinga diantaranya metode reversible hydrocolloid dengan sendok cetak malam, irreversible hydrocolloid dengan sendok cetak kaku dan metode pencetakan tiga lapis. Keunggulan teknik pencetakan tiga lapis adalah mudah di lakukan dan akurasi hasil pencetakan yang baik. Tujuan laporan kasus ini adalah mengaplikasikan teknik pencetakan tiga lapis dalam pembuatan prothesa telinga.Perawatan dilakukan pada seorang pria berusia 14 tahun yang mengalami defek kongenital telinga dextra (unilateral). Langkah pertama dalam pembuatan prothesa yaitu pencetakan telinga normal dan defek, dilanjutkan pembuatan pola malam dan basis protesa, kemudian tahap try in pola malam, processing silikon, dan insersi. Prosedur pencetakan telinga dengan teknik tiga lapis yaitu mengaplikasikan irreversible hidrocolloid pada regio post aurale (lapisan pertama), regio pra aurale, permukaan internal, (lapisan kedua), dan permukaan luar telinga (lapisan ketiga). Hasil pencetakan telinga dengan teknik tiga lapis adalah tiga lapisan irreversible hidrocolloid yang solid dan mudah untuk dipisahkan sehingga menjamin akurasi hasil pengecoran. Kesimpulan laporan kasus ini adalah teknik pencetakan tiga lapis dapat diaplikasikan dalam pembuatan prothesa telinga.Triple Layer Impression Method For Auricular Prosthesis. An unilateral or bilateral auricular defect can be caused by several factors including trauma, congenital malformation or surgical removal of neoplasm. These condition will affect patient psycologic because ear is a vital part of facial aesthetic. One of rehabilitation care of auricular defect is an auricular prosthesis. Important stage of making auricular prosthesis is to obtain accurate impression to make wax pattern. Impression technique including method of reversible hydrocolloid with wax collar, irreversible hydrocolloid with rigid tray and triple layer impression method. The excellence of the triple layer impression technique are easy to do and accuracy of good impression result. The aim of this case report is to apply triple layer impression method in the making of auricular prosthesis. The treatment was done in 14 years old male patient with chief compain of congenitally defect of external dextra ear. First step of making auricular prosthesis is making an impression of defect area and opposite ear, making prothesa basis and wax pattern, try in the wax pattern, sillicone processing, and insertion the prothesa. Triple layer impression method was done in three step, first the impression material was injected to post aurale region (first layer), than injected to internal surface of ear (second layer). Subsequently, the third layer of impression material was partially filled into the tray and external surface of ear.The result of triple layer impression method in the making of auricular prosthesis is triple layer of solid irreversible hydrocolloid but separatable completly. Conclusion of this case report is the triple layer impression method is suitable for making an auricular prosthesis.
Penangan Pasien dengan Riwayat Stroke dengan Gigi Tiruan Lengkap Overdenture Anak Agung Istri Putri; Endang Wahyuningtyas; Titik Ismiyati
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 2 (2012): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4924.274 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15517

Abstract

Latar belakang. Pada kondisi sistemik tertentu yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pencabutan seperti pada pasien dengan riwayat stroke perawatan dengan overdenture merupakan alternatif yang paling tepat. Overdenture adalah gigi tiruan lengkap atau sebagian yang didukung oleh mucoperiostium dan beberapa gigi atau akar gigi asli yang telah dilakukan perawatan saluran akar, untuk menghambat proses resobsi tulang alveolaris sehingga retensi dan stabilisasi gigi tiruan lengkap dapat ditingkatkan. Tujuan. Laporan kasus ini untuk mengetahui penanganan pasien dengan riwayat stroke dengan Gigi Tiruan Lengkap (GTL) overdenture. Kasus. Pasien wanita, 58 tahun dating atas kemauan sendiri ke RSGM Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, ingin dibuatkan gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah, karena gigi tiruan yang dipakai sebelumnya sudah tidak nyaman diapakai mengunyah, pasien dengan riwayat stroke, saat ini masih dalam perawatan. Gigi yang masih tinggal adalah gigi 28, gigi 42 dan gigi 43, oleh karena merupakan kontra indikasi pencabutan, maka gigi yang masih tinggal tidak dicabut dan direncanakan sebagai gigi penyangga GTL overdenture dengan kaitan coping pada gigi 28, kaitan magnet pada gigi 42 dan base root pada gigi 43, selanjutnta diinsersikan GTL overdenture rahang atas dan rahang bawah, yang diperiksa: retensi, stabilisasi, oklusi, estetika dan fonetik. Kontrol dilakukan 1 minggu kemudian diperiksa keluhan pasien saat memakai GTL: pada pemeriksaan subyektif dan obyektif, diperiksa retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan fonetik. Hasil. Perawatan GTL overdenture dengan menggunakan gigi yang masih tinggal dengan kombinasi penyangga overdenture pada pemeriksaan subyektif pasien merasa lebih nyaman, pada pemeriksaan obyektif overdenture dapat meningkatkan retensi, stabilisasi, oklusi, estetika, fonetik. Kesimpulan. Pemakaian GTL overdenture dapat meningkatkan retensi, stabilisasi, oklusi, estetika dan fonetik. Overdenture merupakan perawatan pilihan untuk pasien dengan keadaan sistemik tertentu yang tidak mungkin dilakukan pencabutan. Background. In certain systemic conditions that do not allow for such revocation in patients with a history of stroke care with overdenture is the most appropriate treatment alternative. Overdenture is a complete or partial dentre supported by mucoperiostium and several teeth or tooth roots that have been carried out root canal treatment to inhibit the process of alveolar bone resobtion so retention and stabilization of a complete denture can be improved. Purpose. Of this case report to determine the management of patients with a history of stroke with Complete Denture (CD) overdenture. Case. The patient was a woman, 58 years old to come on their own to the Hospital Soedomo Faculty of Dentistry, University of Gadjah Mada, want to made a denture maxilla and mandible, as previously worn dentures that are nor comfortable to wear chew, patients with a history of stroke, while still in treatment. Teeth that remain are 28 teeth, tooth 42 and tooth 43, is contraindicated because of the revocation, the teeth that are left are not revoked and planned as CD overdenture abutment coping with regard to the teeth 28, the magnetic connection of the teeth 42 and the base root on tooth 43, the next is inserted CD overdenture maxillary and lower jaw, which examined: retention stabilization, occlusion, aesthetics and phonetics. Controls performed 1 week later examined patient complaints when using CD the subjective and objective examination, examined retention, stabilization, occlusion, esthetics and phonetics. Results. CD overdenture treatment using gear that is still living with the combination of buffer overdenture on a subjective examination of the patient feel more comfortable, the overdenture objective examination can improve retention, stabilization, occlusion, esthetics, phonetics. Conclusion. CD overdenture usage can increase retention, stabilization, occlusion, aesthetics, and phonetics. Overdenture is the treatment of choice for patients with certain systemic conditions that are nor possible revocation.
Co-Authors A. Azhindra Abdullah, Johari Yap Adella Syvia Maharani Alma’ruf, Fattah Anak Agung Istri Putri Angeline Antony Arie Sigit Nuryanto Arief Waskitho Ayu Rahayu Christine Anita Wardaningrum Endang Wahyuningtyas Erriza, Vania Erwan Sugiatno Erwan Sugiatno Erwan Sugiatno Erwan Sugiatno Erwan Sugiatno, Erwan Esti Tjahjanti F. Wihan Pradana Gene Rizky Natalia Gunawan Gene Rizky Natalia Gunawan Gunawan Sri Sarjono Hardita, Ardhianing Haris, Amnan Haryo Mustiko Dipoyono Haryo Mustiko Dipoyono Haryo Mustiko Dipoyono Haryo Mustiko Dipoyono Haryo Mustiko Dipoyono Haryo Mustiko Dipoyono Haryo Mustiko Dipoyono Haryo Mustiko Dipoyono, Haryo Mustiko Helmi Fathurrahman, Helmi Herijanti Amalia Kusuma Heriyanti Amalia Kusuma Heriyanti Amalia Kusuma I Gede Made Hadi Nugraha Arisukra I Gede Putu Sukrasena Sugiantara Ihwanul Aziz Intan Ruspita Kevin Christopher Kawilarang M Th Esti Tjahjanti Maria Theresia Esti Tjahjanti Marsetyawan H.N.E. Soesatyo Murti Indrastuti Murti Indrastuti Murti Indrastuti Najwa, Rizqa Naufal, Muhammad Agnaf novita sari, dian Ollive, Gabriella Maria Pradama, Daffa Evan Pramudya Aditama Pramudya Aditama Putri Dhianita Pratiwi R. Rochmadi Revalina, Aurelia Dias Nanda Rizki Nor Amelia Rochmadi Rochmadi Rosa Sharon Suhono Rosa Sharon Suhono, Rosa Sharon Rudy S Rudy S Sarjono, Gunawan Sri Soesatyo, Marsetyawan Heparis Nur Ekandaru Sradha Putra Sri Budi Barunawati Suparyono Saleh Suparyono Saleh Suzy Ratna Dinarti Trida Ridho, Fariz Widowati Siswomihardjo Wijaya, Wina M. Windriyatna Windriyatna