Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

., Conservation Program Through Ex-Situ Cptive Breeding Of Primates at IPB Research Center Iskandar, Entang
Prosiding KPSDA Vol 1, No 1 (2015): Prosiding KPSDA 2015
Publisher : Prosiding KPSDA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1632.213 KB)

Abstract

., Conservation Program Through Ex-Situ Cptive Breeding Of Primates at IPB Research Center
KOMUNITAS HABITAT BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) PADA AREAL TERISOLASI DI KUALA SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR Atmoko, Tri; Mardiastuti, Ani; Iskandar, Entang
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) adalah primata endemik Borneo dan termasuk dalam endengered species menurut IUCN.  Habitat bekantan sebanyak 40% telah berubah fungsi dan hanya sekitar empat persen yangada di kawasan konservasi. Tujuan penelitian adalah memperoleh informasi tentang komunitas habitat dankondisi isolasinya di Kuala Samboja, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan dengan analisis vegetasimetode garis berpetak dan penggambaran profil habitat. Habitat dibagi tiga, yaitu komunitas rambai,komunitas rambai-riparian, dan komunitas riparian.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa habitat terisolasi dan terfragmentasi oleh pemukiman, jalan raya, kebun, areal penggembalaan ternak, kanal air, jembatan,bekas tambak, dan penambangan pasir. Tumbuhan penyusun habitat meliputi 79 jenis yang termasuk dalam71 marga dan 45 suku.  Komunitas rambai didominasi rambai laut. (Sonneratia caseolaris (L.) Engl.) pada semua tingkat vegetasi.  Komunitas rambai-riparian didominasi S. caseolaris pada tingkat pohon, sedangkanArdisia elliptica Thunb. dominan pada tingkat pancang dan semai. Komunitas riparian tingkat pohondidominasi Vitex pinnata L. sedangkan tingkat pancang dan semai didominasi Elaeocarpus stipularis Blume.Tumbuhan pakan utama bekantan adalah S. caseolaris dan V. pinnata, tapi sistem permudaan alaminyaberjalan tidak normal. Tajuk pohon pada komunitas riparian kontinyu sedangkan komunitas rambai danrambai-riparian diskontinyu.  Pembinaan habitat dapat dilakukan dengan rehabilitasi di tepi sungai dan lahantidur milik masyarakat.
POLA AKTIVITAS DAN STRATIFIKASI VERTIKAL OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis RAFFLES, 1821) DI FASILITAS PENANGKARAN SEMI ALAMI PULAU TINJIL, PROPINSI BANTEN Azhari, Purbatrapsila; Iskandar, Entang; Pamungkas, Joko
ZOO INDONESIA Vol 21, No 1 (2012): Juli 2012
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.996 KB)

Abstract

 Monyet ekor panjang merupakan jenis primata yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi untuk bertahan hidup pada berbagai tipe habitat yang berbeda. Kemampuan ini berkaitan dengan bagaimana jenis ini memanfaatkan sumberdaya yang terbatas di habitatnya selama waktu aktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pola aktivitas dan penggunaan strata vertikal oleh kelompok monyet ekor panjang yang sudah terhabituasi dengan baik di fasilitas penangkaran semi alami Pulau Tinjil, Propinsi Banten, Indonesia. Kelompok monyet ekor panjang diamati menggunakan metode Scan Sampling dengan interval lima menit antara bulan Maret dan September 2011. Berdasarkan hasil penelitian ini, kelompok monyet ekor panjang menggunakan waktu aktifnya paling banyak untuk berpindah (36,01%) dan beraktivitas paling banyak pada ketinggian 1-5 meter diatas tanah (31,98%). 
The Javan Gibbon (Hylobates moloch) Habitat Changes and Fragmentation in the Dieng Mountains, Indonesia Widyastuti, Salmah; Perwitasari-Farajallah, Dyah; Prasetyo, Lilik Budi; Iskandar, Entang
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 29 No. 2 (2023)
Publisher : Institut Pertanian Bogor (IPB University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7226/jtfm.29.2.150

Abstract

The endangered javan gibbon (Hylobates moloch) has been threaten by massive habitat loss and fragmentation in Java. The survival of the second largest population which inhabited unprotected Dieng mountains faced greater risk to habitat conversion and fragmentation. The landscape-level habitat monitoring using spatiotemporal quantification is crucial as a baseline data for javan gibbon conservation. Here, the land-use and land-cover (LULC) change of the Javan gibbon habitat during 1994–2009–2021 and its fragmentation in the Dieng mountains were quantified. This study revealed there were no significant decline in the total of forest. However, its quality was degraded in the interior of forest block. The forest has more fragmented from large patches into smaller patches and increased forest edge. The higher fragmentation happened in the areas that traversed by road. Six suitable forest blocks were identified with varying level of connectivity. Protection and restoration both in the forest and in the interior forest is immediate need, especially in the main forest block. The extra effort is also crucial in the connected forest but traversed by road. The blocks which closely isolated by road could be potentially reconnected by artificial canopy bridge, while the other distantly isolated block might need habitat restoration for corridor.
Perilaku Sepasang Cephalopachus bancanus di Kandang Konservasi Pusat Studi Satwa Primata, Bogor Wira, Dwi Wahyuda; Fadla, Ilma Nadya; Hiroyuki, Andi; Mayasari, Novi; Iskandar, Entang; Darusman, Huda Salahudin; Farajallah, Dyah Perwitasari
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 12 No. 1 (2024): Maret 2024
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.12.1.55-64

Abstract

Cephalopachus bancanus saat ini dikategorikan sebagai hewan rentan (vulnerable) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Penurunan populasi ini terjadi karena hilangnya habitat dan tingkat eksploitasi yang tinggi. Pemahaman perilaku Cephalopachus bancanus dalam konservasi dapat digunakan untuk menunjang perkembangbiakan satwa dalam kaitan mendukung upaya konservasi agar satwa endemik ini tidak menurun populasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur frekuensi perilaku sepasang Cephalopachus bancanus guna mendapatkan data dan informasi mengenai perilaku sepasang dalam kandang konservasi Pusat Studi Satwa Primata, Bogor. Penelitian perilaku pasangan yang teramati diantara lain: perilaku berkelompok, perilaku saling membersihkan diri, perilaku bertengkar, berselisih dan menghindar, perilaku bermain, perilaku seksual. Metode pengamatan yang digunakan adalah focal animal sampling dan instantaneous sampling dengan penilaian one-zerotime sampling. Hasil pengamatan selama 5 periode pengulangan waktu menunjukkan bahwa perilaku berkelompok mempunyai frekuensi paling tinggi yaitu 40% dengan durasi 134 menit, perilaku saling membersihkan diri menunjukkan frekuensi 37% dengan durasi 121 menit, perilaku bertengkar, berselisih dan menghindar menunjukkan frekuensi 18% dengan durasi 61 menit, perilaku bermain menunjukkan frekuensi 4% dengan durasi 12 menit, dan perilaku seksual menunjukkan hasil frekuensi paling rendah, yaitu 1% dengan durasi 4 menit. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu perilaku sosial sepasang Cephalopachus bancanus paling banyak dilakukan yaitu perilaku berkelompok dan paling sedikit dilakukan yaitu perilaku seksual.
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN EKOWISATA BEKANTAN DI HUTAN RAWA GELAM TAPIN KALIMANTAN SELATAN Agustine, Ratna; Alikodra, Hadi Sukadi; Iskandar, Entang
Media Konservasi Vol. 21 No. 2 (2016): Media Konservasi Vol. 21 No. 2 Agustus 2016
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.098 KB) | DOI: 10.29244/medkon.21.2.143-151

Abstract

Located in South Borneo, Gelam Swamp Forest is an important ecosystem area for the conservation of proboscis monkey (Nasalis larvatus). Due to its tourism  potential, the local government have launched this area of 90 hectare into proboscis monkey ecotourism in Tapin (SK Bupati Tapin No. 188.45/060/KUM/2014). Data of supply and demand needed to the ecotourism development. The research through questionnaires, observation and literature review have been conducted during December 2015 through  June 2016. These data were analyzed using descriptive, scoring, and supply-demand analysis, so that strategy was arranged by ecotourism development. Most of potential visitors have not  yet been informed about the proboscis monkey ecotourism in Tapin, but they were motivated to visit the ecotourism area. In addition, they were interested to see the various attractions offered by the management. Besides, they considered the existence of facility, accessibility and amenity. Therefore, this area should be developed by improvingthe aspects of supply and increasing the awareness of potential visitors’ for conservation. Keywords: demand, ecotourism, Gelam Swamp Forest, supply