Articles
Komparasi Morfologi Lambung Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) Berdasarkan Pola Pemberian Pakan Buah Kopi
Hiroyuki, Andi;
Novelina, Savitri;
Nisa?, Chairun
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 2 (2020): Juli 2020
Publisher : IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (888.21 KB)
|
DOI: 10.29244/avi.8.2.1-8
Musang luwak dikenal sebagai hewan yang menghasilkan biji kopi luwak dengan harga jual tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh konsumsi buah kopi terhadap morfologi lambung musang luwak. Sampel didapatkan dari lambung enam musang yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah musang luwak yang mengkonsumsi kopi (Mk) (n=3) dan kelompok yang tidak mengkonsumsi kopi (TMk) (n=3). Lambung yang telah terfiksasi kemudian diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk dan ukuran dari lambung. Pengamatan mikroskopik dilakukan menggunakan teknik histokimia yaitu melalui pewarnaan hematoksilin eosin (HE), alcian blue (AB), dan periodic acid Schiff (PAS). Hasil pengamatan menunjukan kondisi lambung yang relatif berbeda. lambung kelompok Mk memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan lambung kelompok TMk namun memiliki lipatan mukosa yang lebih sedikit, terutama pada bagian proksimal lambung. Kelenjar fundus lambung kelompok Mk menunjukan jumlah sel parietal yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok TMk. Pewarnaan AB dan PAS menunjukan sebaran karbohidrat netral yang lebih dominan pada permukaan kelenjar pilorus kedua kelompok perlakuan. Konsentrasi karbohidrat asam yang tinggi juga ditemukan pada kelenjar fundus kedua kelompok perlakuan. Karakteristik lambung ini diduga berhubungan dengan diet dan proses pencernaan pada saluran pencernaan musang luwak.
Gambaran Kesejahteraan Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus) di Annafi Bird Farm, Cirebon, Jawa Barat
Irfan, Mohamad;
Agustian, Dwi;
Hiroyuki, Andi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (5) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19087/imv.2020.9.5.683
Dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN) Redlist pada tahun 2019 status konservasi burung murai batu (Copsychus malabaricus) di dunia tergolong beresiko punah. Di Pulau Jawa murai termasuk burung langka. Penyebab utama kelangkaan dan kepunahan adalah rusaknya habitat dan perburuan untuk diperdagangkan, sehingga perlu adanya upaya konservasi salah satunya dalam bentuk kegiatan penangkaran agar keberadaanya tetap lestari. Annafi Bird Farm merupakan salah satu penangkar burung murai batu yang berada di Cirebon, Jawa Barat dalam pemanfaatannya perlu untuk memperhatikan kesejahteraan hewan. Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan. Penilaian terhadap penerapan kesejahteraan hewan dapat membantu pihak penangkar untuk lebih memperhatikan kesejahteraan satwa dari penanganan medis maupun non-medis. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kesejahteraan burung murai batu yang dikelola oleh penangkar Annafi Bird Farm. Sampel responden diambil menggunakan total sampling yaitu satu animal keeper yang bekerja di penangkaran. Selain itu dilakukan pengamatan pada 65 ekor burung dari seluruh kandang. Variabel yang diamati adalah kesejahteraan hewan dan program kesejahteraan hewan pada burung murai batu di penangkaran. Pengambilan data dilakukan menggunakan wawancara terstruktur dan lembar observasi checklist mengacu pada peraturan dirjen PHKA No. 6 Tahun 2011 yang diisi oleh peneliti dan pengelola kemudian data diolah secara deskriptif. Hasil didapatkan bahwa menurut peneliti memiliki skor 74,8 dan menurut pengelola 82. Skor tersebut termasuk kategori baik. Hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kesejahteraan murai batu yaitu pada dimensi bebas rasa sakit dan luka dan bebas bebas dari rasa takut dan tertekan.
Health management of beef cattle: A case study
Hartady, Tyagita;
Widyastuti, Rini;
Hiroyuki, Andi
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 31, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Brawijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21776/ub.jiip.2021.031.02.02
The reports about how are farmers able to prevent, identify and treat the animal diseases to not get worse while the production is still maintained, are limited. The application of the standard good farming practices is also not well documented. Therefore, to provide adequate information about beef cattle health management in smallholders, especially in Indonesia; this study was conducted at "Putra Nusa " Beef Cattle Group, located in Kalensari Hamlet, Kondangjajar Village, Cijulang District, Pangandaran Regency. The study was carried out by survey and observation to determine the farmers' level of knowledge about health, care and treatment of beef cattle. The result showed that farmers do not have a background in animal health, resulting in a lack of knowledge about beef cattle health management. Most breeders rely on natural ingredients to treat sick animals. Farmer's concern about vaccination and routine anthelmintic administration was only about 15% and 22%, respectively, contributed to the increase of helminthiasis cases (45%). Improve the knowledge about cattle diseases supported by the easy access to veterinarian will minimize the losses of breeders.
Komparasi Morfologi Lambung Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) Berdasarkan Pola Pemberian Pakan Buah Kopi
Andi Hiroyuki;
Savitri Novelina;
Chairun Nisa’
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 2 (2020): Juli 2020
Publisher : IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (888.21 KB)
|
DOI: 10.29244/avi.8.2.1-8
Musang luwak dikenal sebagai hewan yang menghasilkan biji kopi luwak dengan harga jual tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh konsumsi buah kopi terhadap morfologi lambung musang luwak. Sampel didapatkan dari lambung enam musang yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah musang luwak yang mengkonsumsi kopi (Mk) (n=3) dan kelompok yang tidak mengkonsumsi kopi (TMk) (n=3). Lambung yang telah terfiksasi kemudian diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk dan ukuran dari lambung. Pengamatan mikroskopik dilakukan menggunakan teknik histokimia yaitu melalui pewarnaan hematoksilin eosin (HE), alcian blue (AB), dan periodic acid Schiff (PAS). Hasil pengamatan menunjukan kondisi lambung yang relatif berbeda. lambung kelompok Mk memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan lambung kelompok TMk namun memiliki lipatan mukosa yang lebih sedikit, terutama pada bagian proksimal lambung. Kelenjar fundus lambung kelompok Mk menunjukan jumlah sel parietal yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok TMk. Pewarnaan AB dan PAS menunjukan sebaran karbohidrat netral yang lebih dominan pada permukaan kelenjar pilorus kedua kelompok perlakuan. Konsentrasi karbohidrat asam yang tinggi juga ditemukan pada kelenjar fundus kedua kelompok perlakuan. Karakteristik lambung ini diduga berhubungan dengan diet dan proses pencernaan pada saluran pencernaan musang luwak.
Gambaran Kesejahteraan Musang Luwak Tangkar (Paradoxurus hermaphroditus) Penghasil Biji Kopi Luwak Pegunungan Malabar, Jawa Barat
Dinda Purnomo Putri;
Novi Mayasari;
Andi Hiroyuki
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 10 No. 1 (2022): Maret 2022
Publisher : IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29244/avi.10.1.58-70
Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan salah satu jenis mamalia kecil seukuran kucing (cat-sized mammals) yang hidup di Asia Selatan dan Tenggara. Di Indonesia, musang jenis luwak kerap dimanfaatkan sebagai hewan untuk produksi biji kopi luwak. Dalam praktiknya, produksi biji kopi luwak ini sering ditemukan pelanggaran kesejahteraan hewan terhadap musang luwak sebagai hewan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas pemeliharaan musang luwak pada salah satu penangkaran yang berlokasi di daerah Pegunungan Malabar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Variabel yang diamati meliputi tingkat kesejahteraan musang luwak serta manajemen pemeliharaan dan pengelolaan yang diterapkan di penangkaran. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi tidak langsung, pengisian daftar pertanyaan campuran (tipe tertutup dan tipe terbuka), pengisian checklist serta studi literatur. Selanjutnya, data yang diperoleh diolah dan disajikan secara deskriptif dengan kategori penilaian akhir meliputi buruk (skor 1) hingga memuaskan (skor 5). Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai 88.7 dari peneliti dan 100 dari pengelola, dengan angka rata-rata sebesar 94.35. Skor yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam kategori ‘Sangat Baik’. Meski demikian masih terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan untuk menyempurnakan implementasi praktik kesrawan bagi satwa di penangkaran, terutama hal-hal yang berkaitan dengan aspek bebas dari rasa sakit, cedera, dan penyakit serta aspek bebas dari rasa takut dan tertekan.
Prevalensi malposisi pada embrio itik lokal jawa barat yang ditetaskan dengan sudut dan frekuensi pemutaran berbeda
Rini Widyastuti;
Dani Garnida;
Ade Riki Kartana;
Andi Hiroyuki
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 4 (2018): ARSHI Veterinary Letters - November 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (316.887 KB)
|
DOI: 10.29244/avl.2.4.65-66
Daya tetas telur itik selama proses penetasan dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah pengaturan sudut dan frekuensi pemutaran pada mesin tetas. Sudut dan frekuensi pemutaran yang tepat akan memberikan suhu yang merata pada permukaan telur sehingga embrio itik dapat berkembang secara sempurna, namun ketidaksesuaian sudut dan frekuensi pemutaran akan mengakibatkan malposisi yang berakibat pada rendahnya daya tetas telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek sudut dan frekuensi pemutaran terhadap posisi embrio itik selama minggu terakhir massa inkubasi pada itik lokal jawa barat. Sampel yang digunakan adalah 30 ekor butir telur fertile dari itik lokal yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan berdasarkan pada pengaturan sudut (SP) dan frekuensi pemutaran (FP) per hari. Kelompok T1; SP 45°, FP 8 kali, kelompok T2: SP 45°, FP 24 kali, Kelompok T3: SP 90° dengan FP 8 kali; Kelompok T4: SP 90°, FP 8 kali;kelompok T5: SP 180°, FP 8kali dan kelompok T6 : SP 180° FP 24 kali. Hasil meniunjukan bahwa terjadi malposisi pada kelompok perlakuanT1 dan T2, pesentase malposis tertinggi pada kelompok perlakuan T1 apabila dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (67,33%). Kejadian malposisi embrio itik dapat dikurangi dengan meningkatkan sudut dan frekuensi pemutaran. Pada T2 malposisi embrio turun menjadi 33,67% dan pada kelompok T3, T4,T5 dan T6 tidak ditemukan kejadian malposisi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi kejadian malposisi dapat diminimalisir dengan meningkatkan sudut dan frekuensi pemutaran selama masa inkubasi dalam mesin tetas embrio.
Kondisi Fertilitas Mencit Jantan yang Diberi Ekstrak Etanol Akar Alang-alang (Imperata cylindrica)
Dahlia Setiawan;
Andi Hiroyuki;
Mas Rizky A.A Syamsunarno;
Tyagita Hartady;
Alkaustariyah Lubis;
Rini Widyastuti
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 10 No. 2 (2022): Juli 2022
Publisher : IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29244/avi.10.2.142-147
Pengendalian populasi hewan umumnya dilakukan dengan sterilisasi. Namun biaya yang diperlukan cenderung mahal sehingga diperlukan tindakan lain untuk mengendalikan populasi hewan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai herbal yang digunakan untuk kontrasepsi alami hewan sedang dikembangkan. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemberian ekstrak etanol akar alang-alang menyebabkan penurunan bobot kelenjar testis, vesical seminalis dan epididimis sehingga menyebabkan penurunan produksi spermatozoa dan perubahan profil metabolit pada mencit jantan. Namun, pengaruh ekstrak etanol akar alang-alang terhadap morfometri fetus dari mencit betina dikawinkan dengan mencit jantan perlakuanbelum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol akar alang-alang hasil konsepsi mencit jantan pada mencit betina yang tidak diberi perlakuan. Mencit jantan diberi ekstrak etanol akar alang-alang selama 180 hari (Imperata cylindrica) 90 dan 115 mg/kg BB per oral kemudian dikawinkan dengan mencit betina yang tidak diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah fetus, berat badan dan panjang fetus pada kelompok perlakuan 90 dan 115 mg/kgBB. Pemberian ekstrak etanol akar alang-alang pada mencit jantan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah mencit betina yang bunting dan morfometri fetus yang dikandung mencit betina.
KARAKTERISTIK COLLUMNA VERTEBRALIS DAN COSTAE MUSANG LUWAK (Paradoxurus hermaphroditus)
Yasmi Purnamasari Kuntana;
Andi Hiroyuki;
Satria Ardi Tama
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 20, No 1 (2022): BIOTIKA JUNI 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24198/biotika.v20i1.38814
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor37/Permentan/KB.120/6/2015 tentang cara produksi kopi Luwak harus melalui pemeliharaan Luwak yang baik yaitu dengan mengikuti prinsip kesejahteraan hewan sehingga, hewan dapat dengan bebas mengekspresikan perilaku alamiahnya. Perilaku alamiah musang luwak dapat dilihat dengan cara mengamati bentuk anatomi skelet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik collumna vertebralis dan costae musang luwak yang dikaitkan dengan perilaku alamiahnya. Penelitian dilakukan di bawah pengawasan dan persetujuan Komisi Etik Penelitian UNPAD (No. 548/UN6.KEP/EC/2020). Subjek penelitian menggunakan musang luwak (P. hermaphroditus) jantan umur 3 tahun dengan bobot badan 3,6 kg berjumlah satu ekor yang didapatkan dari penangkaran yang telah tersertifikasi. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Parameter pengamatan meliputi anatomi skelet sumbu tubuh musang luwak. Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati bentuk dan ukuran. Data yang telah didapatkan dijelaskan secara deskriptif yang mengacu pada literatur anatomi anjing dan kucing. Penulisan data dilakukan dengan mengacu pada Nomina Anatomica Veterinaria. Hasil pengamatan menunjukan bahwa sumbu tubuh musang luwak, yaitu memiliki foramen alare pada os atlas, mempunyai stout triangular pada processus spinosus os axis, terdapat os vertebrae diaphragmatica, dan memiliki panjang ekor melebihi panjang tubuhnya yang merupakan ciri hewan arboreal. Karakteristik skelet sumbu tubuh musang luwak merupakan adaptasi terhadap perilaku musang luwak yang hidup secara arboreal dan suka berpindah tempat.
Perilaku Sepasang Cephalopachus bancanus di Kandang Konservasi Pusat Studi Satwa Primata, Bogor
Wira, Dwi Wahyuda;
Fadla, Ilma Nadya;
Hiroyuki, Andi;
Mayasari, Novi;
Iskandar, Entang;
Darusman, Huda Salahudin;
Farajallah, Dyah Perwitasari
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 12 No. 1 (2024): Maret 2024
Publisher : IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29244/avi.12.1.55-64
Cephalopachus bancanus saat ini dikategorikan sebagai hewan rentan (vulnerable) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Penurunan populasi ini terjadi karena hilangnya habitat dan tingkat eksploitasi yang tinggi. Pemahaman perilaku Cephalopachus bancanus dalam konservasi dapat digunakan untuk menunjang perkembangbiakan satwa dalam kaitan mendukung upaya konservasi agar satwa endemik ini tidak menurun populasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur frekuensi perilaku sepasang Cephalopachus bancanus guna mendapatkan data dan informasi mengenai perilaku sepasang dalam kandang konservasi Pusat Studi Satwa Primata, Bogor. Penelitian perilaku pasangan yang teramati diantara lain: perilaku berkelompok, perilaku saling membersihkan diri, perilaku bertengkar, berselisih dan menghindar, perilaku bermain, perilaku seksual. Metode pengamatan yang digunakan adalah focal animal sampling dan instantaneous sampling dengan penilaian one-zerotime sampling. Hasil pengamatan selama 5 periode pengulangan waktu menunjukkan bahwa perilaku berkelompok mempunyai frekuensi paling tinggi yaitu 40% dengan durasi 134 menit, perilaku saling membersihkan diri menunjukkan frekuensi 37% dengan durasi 121 menit, perilaku bertengkar, berselisih dan menghindar menunjukkan frekuensi 18% dengan durasi 61 menit, perilaku bermain menunjukkan frekuensi 4% dengan durasi 12 menit, dan perilaku seksual menunjukkan hasil frekuensi paling rendah, yaitu 1% dengan durasi 4 menit. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu perilaku sosial sepasang Cephalopachus bancanus paling banyak dilakukan yaitu perilaku berkelompok dan paling sedikit dilakukan yaitu perilaku seksual.
Penanganan fraktur simfisis os mandibula pada kucing domestik bunting
Gustina, Dianita;
Adni, Izza Nurul;
Iseki, Ernesta Quevara;
Muhana, Sulthon Aqil;
Baihaqie, Riefky Pradipta;
Hiroyuki, Andi
ARSHI Veterinary Letters Vol. 7 No. 3 (2023): ARSHI Veterinary Letters - August 2023
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29244/avl.7.3.49-50
Kucing domestik bunting ditemukan mengalami kecelakaan dan dibawa ke Rumah Sakit Hewan Cikole di Bandung. Pemeriksaan fisik menunjukkan suhu tubuh kucing 35,6℃ dan ditemukan adanya pendarahan pada bagian mata, hidung, dan mulut. Hasil pemeriksaan palpasi pada os mandibula dexter dan sinister menunjukkan tulang yang longgar dan palpasi pada bagian abdomen menunjukkan fetus yang masih bergerak. Hasil pemeriksaan radiografi kepala menunjukkan pada posisi dorsoventral terlihat tulang mandibula tepat pada bagian simfisis mandibula dexter dan sinister terpisah oleh tampilan batas yang radiolucent. Diagnosis kucing ini adalah fraktur simfisis os mandibula. Terapi dilakukan dengan tindakan bedah ortopedi melalui pemasangan kawat atau surgical wire untuk penyambungan kedua tulang mandibula dexter dan sinister. Pasca bedah, kucing diberikan antibiotik, antiinflamasi, dan multivitamin dengan pertimbangan khusus terhadap kondisi kebuntingan. Tulang mandibula dexter dan sinister sudah terfiksasi pada hari ke-8 pasca bedah.