Konflik politik sejak tumbangnya orde baru yang digantikan dengan era reformasi sampai sekarang tidak kunjung selesai. Berbagai lontaran pernyataan dari satu pihak kepada pihak yang lain terus berlangsung. Pernyataan-pernyataan elit politik yang menghiasi surat kabar hampir setiap hari dijumpai. Kondisi tersebut akan mempengaruhi masyarakat yang setiap hari dibanjiri oleh informasi konflik politik, dan membentuk “negative public mood”. Masyarakat mau tidak mau akan menganalisis peristiwa dengan caranya sendiri sebagai hasilnya mereka akan bersikap dan berperilaku politik terhadap stimulasi politik tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini meliputi kota-kota : Medan, Palembang,Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makasar (Ujung Pandang). Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling, meliputi unsur-unsur yang ada di masyarakat, yaitu : Mahasiswa, Cendekiawan, Pegawai Negeri, Pegawai Perusahaan swasta, Pengusaha, Pedagang, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat umum lainnya. Berbagai konflik politik yang terjadi di Indonesia menyebabkan masyarakat sulit untuk menentukan sikapnya terhadap partai politik yang ada sekarang. Sikap masyarakat terbagi ke dalam berbagai kelompok partai politik. Dengan kondisi demikian, tidak adapartai politik yang dominan, dan kemungkinan adanya peningkatan pada perilaku politik masyarakat yang tidak memihak kemabapun juga. Kata kunci : Perilaku politik, elit politik, konflik politik, dan quota sampling