Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Rekonstruksi Hutan Purba di Kawasan Karst Gunungsewu dalam Periode Sejarah Manusia Lies Rahayu Wijayanti Faida; Sutikno Sutikno; Chafid Fandeli; Sunarto Sunarto
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 5, No 2 (2011)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.6 KB) | DOI: 10.22146/jik.1852

Abstract

Penelitian ini dilakukan di kawasan karst Gunungsewu yang terletak di wilayah kabupaten Gunungkidul, ai Kanigoro hingga Wediombo. Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu (1) menemukenali sejarah flora yang menghuni karst Gunungsewu dan (2) merekonstruksi profil hutan-purba berdasarkan periode sejarah manusia. Pendekatan Paleoetnoforestri digunakan metode dasar untuk rekonstruksi hutan, yang berpijak pada hukum uniformitas dan pendekatan analogi. Analisis polen dan pentarikhan radio karbon menjadi alat untuk rekonstruksi hutan selama periode sejarah kebudayaan manusia pada kala Holosen. Perolehan data di analisis secara komparatif dan asosiatif untuk mendapatkan jawaban secara kausatif, sehingga dapat ditarik kesimpulan induktif tentang kondisi hutan purba. Umur lapisan pengendapan polen dinyatakan dengan BP (Before the Present). Pernyataan umur dengan BP ini biasa digunakan dalam mempelajari sejarah kebumian, dan secara Internasional ditetapkan tahun 1950 sebagai titik awal. Untuk mempelajari sejarah kebudayaan manusia digunakan skala Sebelum Masehi-Masehi (SM-M), yang didasarkan pada kelahiran Kristus sebagai titik awal dalam kalender Masehi. Penelititan ini menghasilkan varisai tiga tipe flora dari jaman prasejarah hingga saat ini, yaitu tipe hutan bagian bawah pada 16.894±440 hingga 9.296±140 tahun BP (18.844-11.246 SM), tipe hujan tropika pada 9.296±140 hingga 1.753±90 tahun BP (11.246-3.703 SM), dan tipe hutan monsun pada 1.753±90 tahun BP hingga tarikh modern (3.703 SM - 1950 M). Kelompok flora Euphorbiaceae merupakan kelompok flora yang masa penghuniannya paling lama, yaitu ditemukan pada 16.894±440 tahun BP hingga sekarang, sedangkan kelompok Moraceae yang saat ini dikenal sebagai flora identitas kawasan karst ditemukan pada 9.296±440 tahun BP. Rekonstruksi profil hutan purba pada jaman prasejarah manusia menunjukkan bahwa hutan pegunungan bagian bawah pernah menghuni kawasan karst sejak sebelum periode Keplek, kemudian memasuki periode Keplek hingga Ngrijangan berubah dihuni oleh hutan hujan tropis, dan pada periode Klepu berubah menjadi tipe monsun. Tipe monsun ini terus berlangsung hingga jaman sejarah, bahkan sampai dengan saat ini. Ciri kebudayaan prasejarah yang subsistem dapat menjelaskan, bahwa bukan faktor antropogenik yang menyebabkan bukan tipe flora, merupakan karena perubahan iklim yang dipicu oleh berakhirnya zaman es yang menandai berakhir kala Pleistoten.Kata kunci: Analisis polen, hutan purba pentarikhan karbon, zaman prasejarah, situs palentologiReconstruction of Paleoforest in Gunungsewu Karst Area in the Period of Human HistoryAbstractThis research was carried out in Gunungsewu Karst area, Gunungkidul District from Kanigoro to Wediombo. The main objectives of this research are (1) to identify floristic history and (2) to reconstruct the palaeoforest profiles in the area. Palaeoecobotanical approach is used as the basis for the reconstruction of palaeoforest. Descriptive-explanatory methods were used to explore, interpret, and reconstruct floristic tracks from pollen analysis, radiocarbon dating, vegetation analysis, and also human cultural history. Explanatory approach was used to describe collected data, to compare, to find association, and to explain the research finding. Hypothetical tests were done by deductive-inductive logics, using general theories for basic foundation to be verified by facts from the fields. This research resulted in three types of flora from Prehistoric times to the present, that is tropical mountainous forest of 16,894±440 - 9,296±140 years BP, tropical rainforests in 9,296±140 - 1,753±90 years BP, and monsoonal forests in 1,753±90 years BP until now. The Euphorbiaceae was the oldest flora occupied the area, existed between 16,894±440 years BP until now, while the Moraceae which is known as the karstic floral identity began to be found since 9,296±140 years BP. Reconstruction of palaeoforest in human prehistory provides information that the tropical mountain forests had inhabited the area before the era of Keplek, then entering the era of Keplek until Ngrijangan the tropical rainforest occupied this area. In the era of Klepu, the forest has been turned into the monsoon type and this type persists through history until now. Cultural traits of prehistoric subsistence can explain that change in the types of flora is not caused by anthropogenic factors, but due to climate change triggered by the ice age expiration that marked the end of the Pleistocen.
STUDI AGIHAN KUALITAS AIR TANAH BEBAS BERDASARKAN TIPE PENGGUNAAN LAHAN PERSAWAHAN DAN PERTAMBAKAN DI PULAU KARIMUNJAWA (The Study of Unconfined Groundwater Quality Distribution Based on the Types of Nonirrigated Rice Field and Fish Pond Land Uses) Mario M. Cabral; Sutikno Sutikno; Soenarso Simoen
Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol 12, No 2 (2005): Juli
Publisher : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jml.18635

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan karena adanya fakta bahwa konversi lahan pertanian menjadi tambak ikan tidak dikelola dengan baik dan diduga bahwa hal tersebut mempengaruhi pada proses penurunan kualitas air tanah. Variabel penelitian adalah kualitas unconfined ground water sebagai variabel independen dan penggunaan lahan sebagai variabel dependen. Metode proporsional purposive sampling dipilih dalam penelitian ini dan data dianalisis dengan menggunakan hydrochemical types classification. Penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan unconfined ground water, perubahan komposisi kimiawi air dan kualitas unconfined ground water dalam setiap penggunaan lahan sawah non irigasi dan tambak ikan. Perbedaan ini didasarkan pada dua tipe hydrochemical yaitu F2-(CaHCO3)2(+) dan MgCl2(-) yang masing-masing ditemukan pada penggunaan lahan tersebut. Hal ini berarti bahwa kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya intrusi air laut ke dalam tambak ikan yang ditunjukkan oleh sifat air laut. ABSTRACTThe research is carried out due to the fact that the conversation of agricultural land into fish pond are not well managed, and it is supposed that it will influence the deterioration of groundwater quality. The research variables include unconfined ground water quality taken as an independent variable and land uses as dependent variables. Proportional purposive sampling method was chosen and the data were be analyzed using hydrochemical types classification. This research indicates that there are the unconfinied groundwater distinction, hydrochemical composition changing and unconfined groundwater quality on each nonirrigated rice field and fish pond land uses. These distinctions are based on two hydrochemical types of F2-(CaHCO3)2(+) and MgCl2(-) which are found respectively on nonirrigated rice field and fish pond land uses. It means that there are affected by sea water instrusion into fish pond showed by sea water properties.