Rosyadi, Imron
Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Potensi Imunologi Serbuk Umbi Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) Terhadap Tikus Wistar yang Diinduksi Streptozotocin Imron Rosyadi; Bambang Hariono
Jurnal Sain Veteriner Vol 35, No 2 (2017): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7719.851 KB) | DOI: 10.22146/jsv.34664

Abstract

Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat penurunan kadar hormon insulin yang diproduksi kelenjar pankreas. Banyak obat alternatif yang digunakan untuk mengatasi maupun mencegah penyakit diabetes melitus, salah satunya adalah umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) yang mengandung senyawa polisakarida tinggi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh serbuk umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose.) terhadap kadar dan respon imun tikus Wistar  yang diinduksi streptozotocin.Tikus yang digunakan adalah tikus Wistar sebanyak 25 ekor jantan, umur sekitar 2 bulan, dengan berat badan 180-250 gram. Tikus dibagi 5 kelompok secara acak masing-masing  5 ekor. Tikus kelompok I, II dan III dibuat diabetes dengan induksi dosis tunggal streptozotocin intraperitoneal 40 mg/kg bb yang dilarutkan dalam buffer sodium sitrat 0,1 M. Tikus diabetes kelompok I diterapi dengan serbuk umbi tanaman Sarang Semut dosis A (18 mg/200 g bb/tikus/ekor/hari/PO) selama 21 hari dan tikus diabetes  kelompok II diterapi dengan serbuk umbi tanaman Sarang Semut dosis B (9 mg/200 g bb tikus/ekor/hari/PO) selama 21 hari. Tikus diabetes kelompok III diberi perlakuan 0,5 mL NaCl fisiologis/200 g bb tikus/ekor/hari/PO selama 21 hari sebagai kontrol positif diabetes. Kelompok IV diberi serbuk umbi tanaman Sarang Semut dosis A (18 mg/200 g bb tikus/ekor/hari/PO) selama 21 hari untuk mengetahui efek dari Sarang Semut itu sendiri.  Kelompok V diberi perlakuan 0,5 mL NaCl fisiologis/200 g bb tikus/ekor/hari/PO) selama 21 hari sebagai kontrol negatif. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0, 7, 14 dan 21 terhadap setiap kelompok tikus. Di akhir penelitian, dilakukan uji respon imunologik terhadap fungsi leukosit yaitu uji lazy leucocyte syndrome.Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk umbi Sarang Semut mampu menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki fungsi imunologik leukosit.  Pemberian serbuk Sarang Semut dosis A (18 mg/200 g bb tikus/ekor/hari/PO) memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dosis B (9 mg/200 g bb tikus/ekor/hari/PO). Disimpulkan bahwa serbuk umbi Sarang Semut memiliki potensi sebagai antidiabetes melitus dan mampu meningkatkan respon imunologik.
Kajian Kliniko-patologik dan Antimikroba Ekstrak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Christin Marganingsih Santosa; Imron Rosyadi; Dinar Arifianto; Salasia Isrina Oktavia Siti
Jurnal Sain Veteriner Vol 37, No 2 (2019): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.715 KB) | DOI: 10.22146/jsv.40445

Abstract

The phytochemical components of avocado seeds (Persea americana Mill) consist of alkaloids, flavonoids, tannins and saponins, so that they have the potential as antibacterials. The aim of this study was to determine the ability of Persea americana Mill extract to inhibit the growth of Staphylococcus aureus through inhibition zone observation and the ability to accelerate wound healing infected by S. aureus through observation of wound closure and cytopathology.  Persea americana Mill were extracted using maceration method with 70% ethanol. The activities of this extract were tested by diffusion disc agar method. Biomedical tests were carried out on anaestetic Wistar rats whose were S. aureus infected wounds  and treated with Persea Americana Mill extract. Based on the results of the antimicrobial test, avocado seed extract has a inhibitory effect on the growth of S. aureus at a concentration of 6.25% and best at a concentration of 100% compared to the control. Tests in experimental rats showed the effect of wound healing on the 2rd day after giving the extract Persea americana Mill ointment, faster than the control, which was need 4 days of wound closure. Cytopathology results showed that leukocyte activity was more prominent in rats treated with avocado seed extract compared to control rats. Avocado seeds as byproducts have the potential to be new herbal medicines that can be used as antimicrobials of S. aureus which have been confirmed to be resistant to various antibiotics.
Analisis kadar fibrinogen sebagai biomarker diabetik pada tikus wistar yang diinduksi streptozotocin Imron Rosyadi; Ella Romadhona; Ajeng Tyas Utami; Yayik Nur Hijrati; Christin Marganingsih Santosa
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 1 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Februari 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.709 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.1.3-4

Abstract

Penyakit diabetes mellitus adalah serangkaian proses penyakit yang bermula dari kerusakan jaringan terutama di pankreas dimana awalnya ditandai dengan munculnya protein fase akut. Pada mamalia, konsentrasi protein fase akut yang dominan adalah serum amyloid A protein, C-reaktive protein dan fibrinogen. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi protein fase akut fibrinogen untuk digunakan sebagai biomarker pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin. Tikus yang digunakan adalah tikus Wistar jantan sebanyak 20 ekor, umur sekitar 2 bulan dengan berat badan 180-250 gram. Tikus dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok 10 ekor tikus sebagai kelompok perlakuan (I) dan kelompok kontrol (II). Kelompok I dipuasakan selama 24 jam kemudian diinjeksi streptozotocin 1 kali dengan dosis 40 mg/kg bb yang dilarutkan dalam bufer sodium sitrat 0,1 M pH 4,0. Tikus diambil darahnya pada jam ke-0, 6, 12, 24, 48, 60, 72, 84 dan 96  post induksi diabetes untuk diperiksa kadar konsentrasi protein fase akut fibrinogen Hasil penelitian rata-rata kadar fibrinogen pada jam ke-0 dan ke-6 yaitu sebesar 0,57±0,06 mg/mL dan 0,60±0,35 mg/mL masih dalam range normal, kemudian mulai meningkat terus berturut-turut di jam ke-12 sebesar 0,6±0,4 mg/mL, jam ke-24 0.93±0,46 mg/mL, jam ke-36 1,1±0,1 mg/mL, jam ke-48 1,13±0,81 mg/mL, jam ke-60 1,17±0.40 mg/mL, jam ke-72 1,47±0,06 mg/mL, jam ke-84 1,6±0,1 mg/mL dan jam ke-96 1,8±0,1 mg/mL. Hasil dari penelitian ini menunjukkan protein fase akut fibrinogen dapat dijadikan sebagai salah satu marker pada tikus yang diinduksi diabetes mellitus.
Gambaran kadar gula darah tikus wistar diabetes hasil induksi streptozotocin dosis tunggal Imron Rosyadi; Ella Romadhona; Ajeng Tyas Utami; Yayik Nur Hijrati; Christin Marganingsih Santosa
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 3 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.254 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.3.41-42

Abstract

Penyakit diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kadar gula darah tikus wistar yang diinduksi diabetes dengan streptozotocin. Tikus yang digunakan adalah tikus Wistar jantan sebanyak 20 ekor, umur sekitar 2 bulan dengan berat badan 180-250 gram. Tikus dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok 10 ekor tikus sebagai kelompok perlakuan (I) dan kelompok kontrol (II). Kelompok I dipuasakan selama 24 jam kemudian diinjeksi streptozotocin 1 kali dengan dosis 40 mg/kg bb yang dilarutkan dalam bufer sodium sitrat 0,1 M pH 4,0. Tikus diambil darah pada jam ke-0, 6, 12, 24, 48, 60, 72, 84 dan 96  post induksi diabetes untuk diperiksa kadar gula darah. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar gula darah tikus masih dalam keadaan normal pada jam ke-0 sebesar 90,6±15,88 gr/dL dan jam ke-6 126±11,73 gr/dl lalu menurun pada jam ke-12 sebesar 48,4±6,26 gr/dL dan meningkat tajam sebesar 348,3±33,17  gr/dL pada jam ke-24 sampai akhir penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan streptozotocin dapat menginduksi tikus menjadi diabetes mellitus.