Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Studi Keragaman Genetik Dua Puluh Galur Inbred Jagung Manis Generasi S7 Purwito Djoko Yuwono; Rudi Hari Murti; Panjisakti Basunanda
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 18, No 3 (2015): December
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.915 KB) | DOI: 10.22146/ipas.7919

Abstract

Penelitian ini mengevaluasi keragaman genetik dua puluh galur inbred jagung manis populasi S7.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi keragaman genetik dua puluh galur inbred, heritabilitas dalam arti luas, korelasi genetik dan analisis lintasan, dan jarak genetik antar galur inbred jagung manis. Percobaan lapangan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan perlakuan dua puluh galur inbred dan tiga ulangan. Analisis data menggunakan ANOVA, korelasi genetik, dan analisis klaster. Koefisien keragaman genetik yang diperoleh mengindikasikan adanya keragaman genetik antar galur yang diuji. Heritabilitas menunjukkan nilai yang tinggi pada semua variabel kecuali jumlah baris biji. Karakter panjang tongkol dan diameter tongkol memiliki korelasi dan pengaruh langsung yang tinggi terhadap bobot tongkol. Analisis klaster menghasilkan tiga kelompok pada nilai koefisien similarity 70%. Kelompok yang memiliki koefisien similarity paling rendah memiliki jarak genetik terjauh dan dianjurkan sebagai tetua untuk pembuatan hibrida dengan heterosis tinggi.
Theoretical Gain of S2 Family Selection Rudi Hari Murti; Nasrullah Nasrullah
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 7, No 2 (2000): November
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ipas.59420

Abstract

-
Studi Keragaman Genetik Dua Puluh Galur Inbred Jagung Manis Generasi S7 Purwito Djoko Yuwono; Rudi Hari Murti; Panjisakti Basunanda
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 18, No 3 (2015): December
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ipas.7919

Abstract

Penelitian ini mengevaluasi keragaman genetik dua puluh galur inbred jagung manis populasi S7.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi keragaman genetik dua puluh galur inbred, heritabilitas dalam arti luas, korelasi genetik dan analisis lintasan, dan jarak genetik antar galur inbred jagung manis. Percobaan lapangan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan perlakuan dua puluh galur inbred dan tiga ulangan. Analisis data menggunakan ANOVA, korelasi genetik, dan analisis klaster. Koefisien keragaman genetik yang diperoleh mengindikasikan adanya keragaman genetik antar galur yang diuji. Heritabilitas menunjukkan nilai yang tinggi pada semua variabel kecuali jumlah baris biji. Karakter panjang tongkol dan diameter tongkol memiliki korelasi dan pengaruh langsung yang tinggi terhadap bobot tongkol. Analisis klaster menghasilkan tiga kelompok pada nilai koefisien similarity 70%. Kelompok yang memiliki koefisien similarity paling rendah memiliki jarak genetik terjauh dan dianjurkan sebagai tetua untuk pembuatan hibrida dengan heterosis tinggi.
Theoretical Gain of S2 Family Selection Rudi Hari Murti; Nasrullah Nasrullah
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 7, No 2 (2000): November
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ipas.59420

Abstract

-
SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS values provide good estimation of the chlorophyll content for Hevea brasiliensis Müll. Arg. Leaves Andi Nur CAHYO; Rudi Hari MURTI; Eka Tarwaca Susila PUTRA; Tri Rini NURINGTYAS; Denis FABRE; Pascal MONTORO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 88, No 1 (2020): April, 2020
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v88i1.369

Abstract

Measurement of chlorophyll content using destructive methods is not efficient due to a large number of samples, cost, and time needed. Estimationof chlorophyll content by nondestructive methods using handheld chlorophyll meter may be considered to improve efficiency. This research aimed to determine the formula to convert SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS values (relative indicator of chlorophyll content) to estimated (absolute) rubber leaves chlorophyll content. Twenty leaves of rubber plant were measured using SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS at the same time to determine SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS values. The measured leaves were then collected to determine the chlorophyll content using a standard laboratory procedure. Regression and correlation analyses (among 3 methods) were conducted using SAS v.9 software. The results showed that between SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS values were closely correlated, hence both of the devices can substitute each other to estimate rubber leaf chlorophyll content. In addition, the relationship between atLEAF CHL PLUS and SPAD-502 values with actual chlorophyll content of rubber clone SP 217, PB 260, GT1, and all clones (general) were significant with high coefficient of determination (R2) as well as low Root Mean Square Error (RMSE) and Coefficient of Variation (CV). Therefore, by using formula determined in this study, both atLEAF CHL PLUS and SPAD-502 can be suggested for accurate, fast, and non-destructive estimation of chlorophyll content of rubber plant leaf.
MITIGASI KEKERINGAN PADA PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis Müll. Arg.) MELALUI PENDEKATAN PHYTOBIOME Andi Nur Cahyo; Rudi Hari Murti; Eka Tarwaca Susila Putra
Warta Perkaretan Vol. 39 No. 1 (2020): Volume 39, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.957 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v39i1.663

Abstract

El-Nino menimbulkan dampak musim kemarau yang berkepanjangan di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kekeringan yang terjadi pada saat musim kemarau dapat menurunkan produksi karet hingga 50%. Mitigasi untuk meminimalisir dampak kekeringan tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan phytobiome. Pendekatan phytobiome diharapkan dapat meningkatkan ketahanan tanaman karet terhadap kekeringan baik dengan mekanisme drought tolerance maupun drought avoidance. Selain itu, dengan lingkungan biotik dan abiotik yang mendukung, lengas tanah juga semakin tersedia untuk tanaman. Upaya mitigasi dengan pendekatan phytobiome dilakukan secara komprehensif baik terhadap tanaman, lingkungan hidup tanaman, maupun organisme yang hidup di sekitar tanaman tersebut. Mitigasi dampak kekeringan terhadap tanaman karet dengan pendekatan phytobiome dapat dilakukan dengan perakitan dan adopsi klon-klon unggul toleran kekeringan, penggunaan root trainer untuk memperbaiki arsitektur akar, aplikasi senyawa osmoregulator, aplikasi asam humat, irigasi, penggunaan LCC sebagai mulsa, pembuatan rorak, dan inokulasi jamur mikoriza atau DSE. Penelitian tentang upaya mitigasi tersebut pada tanaman karet masih tergolong minim, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut agar pertumbuhan dan produksi karet tetap stabil selama terjadi kekeringan.
DAMPAK KEKERINGAN TERHADAP PROSES FISIOLOGIS, PERTUMBUHAN, DAN HASIL TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Müll. Arg.) Andi Nur Cahyo; Rudi Hari Murti; Eka Tarwaca Susila Putra
Warta Perkaretan Vol. 39 No. 1 (2020): Volume 39, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1348.613 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v39i1.664

Abstract

Indonesia adalah produsen karet terbesar kedua di dunia dengan luas areal penanaman mencapai 3,66 juta ha dan produksi sebesar 3,68 juta ton karet kering pada tahun 2017.  Produktivitas perkebunan karet di Indonesia tergolong belum optimal. Salah satu penyebabnya adalah curah hujan yang rendah pada musim kemarau dan fenomena El-Nino yang menyebabkan kekeringan. Efek kekeringan adalah terjadinya defisit air pada tanaman, sehingga tekanan turgor menurun dan memicu ketidaknormalan fungsi organ tanaman. Parameter fisiologis tanaman yang dipengaruhi oleh kekeringan misalnya tekanan osmotik dan turgor, konduktansi stomata, fotosintesa, transpirasi, respirasi, dan aktivitas antioksidan. Efek kekeringan yang dominan pada proses fisiologis tanaman adalah perubahan konduktansi stomata. Menutupnya stomata ini dipicu oleh hormon asam absisat (ABA) yang diproduksi di akar dan dibawa ke daun sebagai informer stomata ketika terjadi cekaman kekeringan. Konduktansi stomata juga sangat mempengaruhi besarnya fotorespirasi. Selain itu penutupan stomata juga mengakibatkan penurunan asimilasi CO2, sehingga dalam paparan cahaya yang berlebihan, over reduksi pada pusat reaksi fotosintesa PSII terjadi dan reactive oxygen species (ROS) misalnya superoksida, hidrogen peroksida, hidroksil radikal, dan oksigen singlet terbentuk. Tanaman yang toleran kekeringan beradaptasi terhadap kondisi cekaman kekeringan secara fisiologis dengan beberapa mekanisme, diantaranya adalah melalui peningkatan produksi hormon ABA, penutupan stomata, osmoregulasi, dan produksi antioksidan. Beberapa klon karet yang relatif toleran terhadap cekaman kekeringan adalah klon RRIM 600 dan GT1. Pada akhirnya, kekeringan yang terjadi akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman.
SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS values provide good estimation of the chlorophyll content for Hevea brasiliensis Müll. Arg. Leaves Andi Nur CAHYO; Rudi Hari MURTI; Eka Tarwaca Susila PUTRA; Tri Rini NURINGTYAS; Denis FABRE; Pascal MONTORO
Menara Perkebunan Vol. 88 No. 1 (2020): 88 (1), 2020
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v88i1.369

Abstract

Measurement of chlorophyll content using destructive methods is not efficient due to a large number of samples, cost, and time needed. Estimationof chlorophyll content by nondestructive methods using handheld chlorophyll meter may be considered to improve efficiency. This research aimed to determine the formula to convert SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS values (relative indicator of chlorophyll content) to estimated (absolute) rubber leaves chlorophyll content. Twenty leaves of rubber plant were measured using SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS at the same time to determine SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS values. The measured leaves were then collected to determine the chlorophyll content using a standard laboratory procedure. Regression and correlation analyses (among 3 methods) were conducted using SAS v.9 software. The results showed that between SPAD-502 and atLEAF CHL PLUS values were closely correlated, hence both of the devices can substitute each other to estimate rubber leaf chlorophyll content. In addition, the relationship between atLEAF CHL PLUS and SPAD-502 values with actual chlorophyll content of rubber clone SP 217, PB 260, GT1, and all clones (general) were significant with high coefficient of determination (R2) as well as low Root Mean Square Error (RMSE) and Coefficient of Variation (CV). Therefore, by using formula determined in this study, both atLEAF CHL PLUS and SPAD-502 can be suggested for accurate, fast, and non-destructive estimation of chlorophyll content of rubber plant leaf.