Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Adsorption Isotherm of Cr(VI) Using Mg/Al Hydrotalcite with Molar Ratio 2:1 Bayu Wiyantoko; Puji Kurniawati; Tri Esti Purbaningtias
EKSAKTA: Journal of Sciences and Data Analysis VOLUME 14, ISSUE 1, February 2014
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hydrotalcite is a material which is used in various application and one of them as an adsorbent of Cr(VI). Hydrotalcite was synthesized using co-precipitation method with Al(NO­3)3.9H2O and Mg(NO3)2.6H2O as raw materials. This research aim to study the initial concentration and adsorption isotherm of Cr(VI) by using Mg/Al hydrotalcite in 180 minutes contact time. The Optimum initial concentration of Cr(VI) was 675 mg/L with 55,57 mg/g adsorption capacity. Isotherm adsorption was studied using Langmuir and Freundlich model. Based on the result, the adsorption of Cr(VI) fitted well with Langmuir isotherm model by 0,997 coefficient of determination
Decreasing in Acid Number of Patchouli Oil by Different Natural Adsorbent and Variation of Contact Time Tri Esti Purbaningtias; Bayu Wiyantoko; Puji Kurniawati; Mustika Kusuma Sari
EKSAKTA: Journal of Sciences and Data Analysis VOLUME 14, ISSUE 1, February 2014
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One way for improving (of improving atau to improve) the quality of patchouli oil was to reduce the acid number. Acid number could be reduced with the use of natural adsorbents. The decreasing percentage acid number of patchouli oils using adsorbents zeolites, bentonite, rub ash, and activated carbon, respectively 4.71 %; 1.45%; 7,84%; and 4.64%. The contact time could influence the decrease in acid number of patchouli oil. The longer the contact between adsorbent and oil could caused a decrease in acid number. Maximum contact time for rub ash was 15 hours with a maximum adsorption capacity of 14,34% for 0.1 gram adsorbent
IDENTIFIKASI DINI PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR GANODERMA sp. PADA TANAMAN KELAPA SAWI Elina Olivia; Bayu Wiyantoko; Ismiyati Ismiyati
Jurnal Konversi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.11.2.7

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi dini penyakit busuk pangkal batang atau yang sering disebut dengan BPB yang disebabkan oleh jamur Ganoderma pada tanaman kelapa sawit. Hasil komoditas tanaman kelapa sawit memiliki prospek pengembangan yang cukup tinggi bagi industri terkait, sehingga beberapa upaya dilakukan guna untuk meningkatkan hasil produksi perkebunan. Akan tetapi produktivitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya penyakit busuk pangkal batang atau yang sering disebut dengan penyakit BPB. Penyakit ini disebabkan oleh jamur patogenik Ganoderma sp, untuk ituperlu adanya identifikasi dini sebaran dari penyakit BPB. Identifikasi sebaran penyakit BPB dilakukan dengan dua metode yaitu Analisa secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan uji kualitatif dilakukan dengan cara menguji sampel pada instrument NIRS (Near Infrared Spectroscopy), sedangkan uji kuantitatifmenggunakan metode gravimetri yang tujuannya untuk mengetahui kadar selulosa dan lignin pada sampel. Sampel berupa batang dari tanaman kelapa sawit yang mana ada dua kategori yaitu batang yang terserang penyakit BPB (batang sakit) dengan yang tidak terserang BPB (batang sehat). Berdasarkan identifikasi bentuk spektrum NIRS menyatakan bahwa terdapat perbedaan spektrum yang signifikan didaerah bilangan 4200-4400 cm-1, 5500-7000 cm-1 dan 7300-10000. Terdapat persamaan bentuk spektrum di daerah bilangan gelombang 5250 cm-1 7190 cm-1. Hasil penentuan kadar menggunakan metode gravimetri menyatakan bahwa rata-rata kadar selulosa dan lignin pada sampel batang sehat sebesar 45,30% dan 9,36%, sedangkan pada sampel batang sakit sebesar 37,89% dan 11,15%. Berdasarkan Independent T-test yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian pada perbedaan sampel memberikan hasil kadar yang berbeda secara signifikan, karena nilai sig 2-tailed < 0,05 dan menggunakan selang kepercayaan sebesar 95%.