G.M.A. Sasmita
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TETARING DENGAN INOVASI MATERIAL DAN MEMPUNYAI NILAI ESTETIKA N. Gunantara; G.M.A. Sasmita; N.K.A. Dwijendra; A.A.D.P. Dewi; I.M. Mataram
Buletin Udayana Mengabdi Vol 20 No 1 (2021): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.251 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2021.v20.i01.p07

Abstract

In carrying out the ceremony at the Sindetan Temple, Les Village, we always keeps his tetaring. The tetaring that is installed is usually made of materials, namely bamboo, slepan (coconut leaves), and rope. In making the tetaring, a lot of manners are needed and have expertise in making tetaring. In addition, the cost of making the tetars is quite expensive and takes a long time. After completing the piodalan, the tetaring is dismantled where the materials cannot be reused for the next piodalan ceremony. This is because these materials will spoil quickly. The solution to this problem is in the form of innovation in making tetaring from materials that are more durable and stronger. The materials to be used are iron and cloth. This iron is used as a substitute for bamboo and cloth is used as a substitute for slepan and rope. The Service Team has designed the tetaring that will be made so that it has aesthetic value to be seen. In addition, the tetaring will be made easy and comfortable to use and can be assembled and assembled. Tetaring can be dismantled, meaning that if it is to be used, it will be easy to install and vice versa when it is finished, it will be easy to dismantle. The tetaring design is then realized and has been supervised in the process. The tetaring that have been made are installed at Sindetan Temple and then handed over to the Sindetan Temple board. This will provide effectiveness and efficiency for the Pura Sindetan boarding house. So that the manners of Pura Sindetan don't bother anymore thinking about tetaring when there is a piodalan ceremony.
TEKNOLOGI PENGAWETAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK PENGERAJIN BAMBU TRADISIONAL BERORIENTASI EKSPOR DI DESA BELEGA GIANYAR I.M.S. Negara; I.N. Simpen; G.M.A. Sasmita
Buletin Udayana Mengabdi Vol 16 No 3 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1128.066 KB)

Abstract

Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah (1) dihasilkan bambu awet yang ramah lingkungan (biodegradable) sebagai bahan baku kerajinan bambu berorientasi ekspor, dengan cara gravitasi di mitra Setiana Bamboo Furniture dan (2) meningkatkan mutu dan kualitas hasil kerajinan bambu untuk bisa bersaing di pasaran lokal, nasional bahkan internasional, sehingga kelangsungan industri mitra dapat dipertahankan dan tentunya juga pendapatan perajin bambu menjadi meningkat. Untuk pencapaian tujuan tersebut, peningkatan mutu dan kualitas produk kerajinan bambu akibat terserang kumbang bubuk, maka bahan baku kerajinan perlu diawetkan sebelum dilakukan proses pengerjaan lebih lanjut menggunakan bahan pengawet biodegradable khitosan, yang disolasi dari kulit udang limbah restoran seafood. Proses pengawetan yang dilakukan sifatnya mengganti cairan (zat pati) yang disukai oleh kumbang bubuk dengan larutan pengawet khitosan. Dari hasil pelaksanaan kegiatan IbM, mitra saat ini telah memiliki alat pengawetan cara gravitasi dengan pengerjaan yang relatif mudah dan cepat serta dengan bahan pengawet khitosan yang aman dan ramah lingkungan serta larutan pengawet dapat ditampung kembali untuk dimanfaatkan ulang (reuse). Secara umum, masalah yang dihadapi sebelum pelaksanaan IbM, dapat teratasi.
PEMBANGUNAN WC UMUM DI PURA DADIA TUTUAN DESA LES KECAMATAN TEJAKULA BULELENG N. Gunantara; G.M.A. Sasmita; N.K.A. Dwijendra; A.A.D.P. Dewi; I.M. Mataram
Buletin Udayana Mengabdi Vol 19 No 1 (2020): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1199.432 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2020.v19.i01.p18

Abstract

Pura merupakan tempat yang disucikan oleh umat Hindu. Sehingga keberadaannya tidak dilengkapi dengan WC (Water Closet) umum. Hal ini disebabkan WC umum dianggap mengotori pura. Tetapi dengan perkembangan bangunan di sekitar areal pura maka disekeliling areal pura sudah ada rumah-rumah penduduk dimana sebelumnya masih berupa lahan kosong atau lahan pertanian. Dengan demikian para pemedek yang berada di pura apabila ingin buang air kecil akan mengalami kesusahan mencari tempat. Sementara ini, para pemedek yang berada di pura untuk melakukan persembahyangan atau ada kegiatan lain, apabila ingin buang air kecil terpaksa pinjem WC di rumah penduduk. Kejadian ini sudah dilakukan sejak dari dulu. Apabila hal ini terus dilakukan maka akan menggangu yang punya rumah serta para pemedek merasa tidak nyaman. Kondisi ini terjadi juga di Pura Dadia Tutuan. Solusi dari permasalahan ini maka krama warga dadia sesuai dengan hasil paruman maka berinisiatif untuk membangun WC umum yang khusus untuk tempat buang air kecil bukan untuk buang air besar. Prajuru dan Krama Pura Dadia Tutuan melaksanakan pertemuan untuk membahas dan memutuskan letak lokasi WC umum tersebut bertepatan dengan Hari Raya Galungan. Letak lokasi WC umum berada tepat di sebelah Pura Dadia Tutuan. Pemilihan lokasi ini karena tanah/area tersebut dimiliki oleh salah satu Krama Pura Dadia dimana tanah tersebut masih kosong dan pemilik sudah menyetujui pada pertemuan tersebut. Pembanguan WC Umum sudah dilakukan oleh warga Krama Pura Dadia Tutuan yang sudah ditunjuk pada pertemuan. Hasil Bangunan WC Umum tersebut sudah diserahkan kepada Krama Pura Dadia Tutuan melalui Prajuru, Warga, dan Tim Pengabdian. Kata kunci: Pura Dadia Tutuan, Desa Les, desain, implementasi, WC umum
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TETARING BALE GONG DENGAN BAHAN KUAT DAN SENI N. Gunantara; G.M.A. Sasmita; N.K.A. Dwijendra; I.M. Mataram; I.K.G. Harsana
Buletin Udayana Mengabdi Vol 21 No 2 (2022): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.669 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2022.v21.i02.p10

Abstract

Bale Gong is a very important building in the temple. This is because every ceremony at the temple is accompanied by a gamelan gong. In every piodalan ceremony at Sindetan Temple always make a tent for the Bale Gong. Tents that are installed are usually made of materials that are easily damaged, namely bamboo, coconut leaves, and tie rope. In making these tents, it takes a lot of people who have expertise and cost of making the tent is quite expensive. After completing the ceremony, the tent is dismantled where the materials cannot be reused at the next piodalan ceremony. This is because these materials will break down quickly. The solution to this problem and at the same time is the goal of this service is in the form of innovation in making tents from strong and durable materials. The materials that will be used are iron and cloth. This iron is used instead of bamboo and cloth is used instead of slepan and tie rope. The final result of this service is has designed and made tent that are strong, aesthetic, comfortable, and easy to assemble and disassemble. The tents that have been made are installed in Bale Gong and then handed over to the residents of Sindetan Temple. Keywords: Bale Gong, Sindetan Temple, tent, design, strong, aesthetic.