Rieski Prihastuti
Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kejadian luar biasa makan siang di PT X Indonesia kecamatan Kalasan kabupaten Sleman Yogyakarta tahun 2017 Vivin Fitriana; Rieski Prihastuti; Adi Isworo; Riris Andono Ahmad
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 34, No 5 (2018): Proceedings the 3rd UGM Public Health Symposium
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.11 KB) | DOI: 10.22146/bkm.37617

Abstract

Tujuan: Tanggal 17 Mei 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menerima laporan dari Rumah Sakit Islam Yogyakarta adanya pasien yang mengalami gejala mual, muntah, diare, lemas, nyeri perut dari PT. X Indonesia sebanyak 36 orang. Penyelidikan dilakukan untuk mengkonfirmasi KLB, menentukan faktor risiko dan upaya pengendalian. Metode: Penyelidikan ini menggunakan cohort retrospektif. Kasus adalah karyawan PT. X Indonesia yang mengkonsumsi makan siang tanggal 16 Mei 2017 pukul 12:00 WIB dan mengalami dua atau lebih gejala; diare atau mual atau keringat dingin atu pusing disertai gejala lainnya mulai tanggal 16-18 Mei 2017 setelah mengkonsumsi makan siang. Penemuan kasus secara active case finding dan pengumpulan data melalui wawancara di PT X Indonesia dan observasi. Sampel makanan dan fases dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Hasil: Penyelidikan menemukan 218 kasus keracunan makanan. Kasus terbanyak pada laki-laki (73,36%) dengan dominasi umur <20 tahun (80%). Gejala yang dirasakan diare (80,73%), mual (59,17%),  dan keringat dingin(50,45%). Keracunan makan terjadi 16-18 Mei 2017 dan puncaknya 17 Mei 2017 pukul 04.01-08.00 WIB. Penularan keracunanan makanan terjadi secara common soure. Analisis menunjukkan bahwa makanan penyebab KLB yaitu ayam bumbu bali (RR=4,02; p= 0,000; CI= 1,0-3,1). Hasil observasi diketahui suplayer ayam merupakan suplayer baru. Dan hasil pemeriksaan laboratorium ayam bumbu bali positif Stapyloccocus aureus. Simpulan: Terjadi KLB keracunaan makanan di PT X Indonesia 16-18 Mei 2017 disebabkan oleh ayam bumbu bali yang terkontaminasi oleh bakteri Stapyloccocus aureus. Proses memasak, kebersihan dan penyimpanan makanan pada suhu ruangan menjadi penyetus keracuanan makanan. Rekomdasi yang dapat dilakukan dengan monitoring berkala dalam proses pembuatan makanan.
Surveillance system evaluation of non-communicable diseases through integrated community-based intervention called ‘Posbindu PTM’ in Wonosobo district, Central Java province, Indonesia Rieski Prihastuti; Trisno Agung Wibowo; Misinem Misinem
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 34, No 5 (2018): Proceedings the 3rd UGM Public Health Symposium
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.495 KB) | DOI: 10.22146/bkm.37633

Abstract

Purpose: Non-communicable diseases are leading cause of the global death, especially from cardiovascular disease, cancers, chronic obstructive pulmonary disease, and diabetes. Prevention and primary detection of non-communicable disease in Indonesia were done through integrated community-based intervention called ‘Posbindu PTM’. Implementation of ‘Posbindu PTM’ needed to be evaluated to determine each component in the non-communicable disease surveillance systems. Methods: This study was descriptive. Respondent were programmer in district health office and programmer in 24 primary health care in Wonosobo. Surveillance system evaluation that used was programs evaluation based on WHO (structure, main function, support function and quality of surveillance system). Results: The weakness of ‘Posbindu PTM’ in Wonosobo were lack of knowledge in the regulation, networking, collaborating, risk factor detecting and reporting; not availability of technical guidebook; low training participant; low monitoring and evaluation activity; also complex reporting system. There was 84% ‘Posbindu PTM’ that had not reported on time and 87,50 % programmer had not done the analysis, interpretation, and dissemination. This was related to the completeness of the report caused too many data that needed to be collected and affect the timeliness of the report. Conclusion: Strengthening ‘Posbindu PTM’ should be done in the reporting system aspect, especially in the timeliness and analysis of the report. Monthly reminder and refreshing in reporting system were done to improve the reporting system aspect.