Tujuan: Tanggal 17 Mei 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menerima laporan dari Rumah Sakit Islam Yogyakarta adanya pasien yang mengalami gejala mual, muntah, diare, lemas, nyeri perut dari PT. X Indonesia sebanyak 36 orang. Penyelidikan dilakukan untuk mengkonfirmasi KLB, menentukan faktor risiko dan upaya pengendalian. Metode: Penyelidikan ini menggunakan cohort retrospektif. Kasus adalah karyawan PT. X Indonesia yang mengkonsumsi makan siang tanggal 16 Mei 2017 pukul 12:00 WIB dan mengalami dua atau lebih gejala; diare atau mual atau keringat dingin atu pusing disertai gejala lainnya mulai tanggal 16-18 Mei 2017 setelah mengkonsumsi makan siang. Penemuan kasus secara active case finding dan pengumpulan data melalui wawancara di PT X Indonesia dan observasi. Sampel makanan dan fases dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Hasil: Penyelidikan menemukan 218 kasus keracunan makanan. Kasus terbanyak pada laki-laki (73,36%) dengan dominasi umur <20 tahun (80%). Gejala yang dirasakan diare (80,73%), mual (59,17%), dan keringat dingin(50,45%). Keracunan makan terjadi 16-18 Mei 2017 dan puncaknya 17 Mei 2017 pukul 04.01-08.00 WIB. Penularan keracunanan makanan terjadi secara common soure. Analisis menunjukkan bahwa makanan penyebab KLB yaitu ayam bumbu bali (RR=4,02; p= 0,000; CI= 1,0-3,1). Hasil observasi diketahui suplayer ayam merupakan suplayer baru. Dan hasil pemeriksaan laboratorium ayam bumbu bali positif Stapyloccocus aureus. Simpulan: Terjadi KLB keracunaan makanan di PT X Indonesia 16-18 Mei 2017 disebabkan oleh ayam bumbu bali yang terkontaminasi oleh bakteri Stapyloccocus aureus. Proses memasak, kebersihan dan penyimpanan makanan pada suhu ruangan menjadi penyetus keracuanan makanan. Rekomdasi yang dapat dilakukan dengan monitoring berkala dalam proses pembuatan makanan.
Copyrights © 2018