Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Korelasi Hubungan Seksual Pra Nikah Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual Muhammad Riza Setiawan; Retno Indrastiti; Adetia Krisna
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 3, No 1 (2014): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.744 KB)

Abstract

Latar Belakang : Angka kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diderita masyarakat masih tinggi. Di Kota Semarang pada tahun 2007, terdapat 550 kasus kejadian IMS, tahun 2008, terdapat 481 kasus IMS, sedangkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kasus IMS, yaitu mencapai 2.471 kasus dari empat Puskesmas yang melakukan pelayanan pengobatan kasus IMS. Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dari hasil studi kasus yang dilakukan PKBI Jateng tahun 2002, didapatkan perilaku hubungan seksual pada mahasiswa sangat meningkat.Metode : Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional study. Populasi penelitian ini Mahasiswi S1 di Kota Semarang, sebanyak 55948 orang. Sampel penelitian ini 60 orang. Pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. Analisis univariat dilakukan secara deskriptif meliputi umur, hubungan seksual pra nikah, dan kejadian infeksi menular seksual. Analisis bivariat digunakan rasio prevalensi, dilanjutkan analisis Chi Square menggunakan tabel 2x2, meliputi hubungan seksual pra nikah (variabel bebas) dan kejadian infeksi menular seksual (variabel terikat).Hasil : Mahasiswi melakukan hubungan seksual pra nikah sebanyak (47%), tidak melakukan sebanyak (53%). Mahasiswi terkena IMS sebanyak (42%), tidak sebanyak (58%). Rasio Prevalensi diperoleh 2,04 dan confidence interval diperoleh 4,90. Maka melakukan hubungan seksual pra nikah memang sebagai penyebab terjadinya IMS (RP=2,04>1;CI=4,9>1). Nilai Fishers Exact p=0,036 (p=0,036<0,05) ada hubungan yang bermakna atau signifikan antara mahasiswi yang melakukan hubungan seksual pra nikah dan mahasiswi yang tidak melakukan hubungan seksual pra nikah dengan kejadian terkena IMS.Kesimpulan : Ada hubungan yang bermakna antara mahasiswi yang melakukan hubungan seksual pra nikah dan mahasiswi yang tidak melakukan hubungan seksual pra nikah dengan kejadian terkena Infeksi Menular Seksual (IMS).Kata Kunci : Infeksi Menular Seksual, Hubungan Seksual, Mahasiwi
Kejadian Ptiriasis Capitis Berbasis Tipe Pomade dan Frekuensi Penggunaannya Muhammad Riza Setiawan; Retno Indrastiti; Endah Susanti
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.414 KB)

Abstract

gangguan kulit kepala yang umum namun sering menjadi masalah bagi penderitanya, karena dapat mengurangi penampilanatau daya tarik dan membuat seseorang tidak percaya diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tipe danfrekuensi penggunaan pomade rambut dengan kejadian ketombe.Metode: Studi observasional analitik dengan desain case control yang dianalisis dengan Uji Pearson chi square dengantingkat kepercayaan 95% yang meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat terhadap variabel frekuensi,lama,volume dan tipe penggunaan pomade dengan kejadian ketombe. Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesionerdan observasi secara langsung. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel, terdiri 50 sampel kasus dan 50 sampelcontrol. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling.Hasil: Responden penelitian adalah 50 orang responden kasus dan 50 orang responden kontrol yang berjenis kelamin lakilakiusia 17 -25 tahun. Mayoritas pada masing-masing kategori antara lain : kategori frekuensi penggunaan pomade adalah<2x dalam 1 minggu (80%) dan tipe pomade adalah tipe 2 (36%). Terdapat hubungan antara frekuensi penggunaanpomade rambut dengankejadian ketombe (p=0, 000). Terdapat hubungan antatara tipe pomade dengan kejadian ketombe(p=0,000).Kesimpulan: terdapat hubungan antara frekuensi penggunaan dan tipe pomade terhadap kejadian ptiriasis kapitisKata kunci: ketombe, ptiriasis kapitis, frekuensi penggunaan pomade, tipe pomade
Pemakaian Jilbab Tidak Berhubungan Dengan Terjadinya Dermatitis Seboroik: Studi Crossectional Afiana Rohmani; Retno Indrastiti; Durotul Farida
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.939 KB)

Abstract

Latar Belakang:Pemakaian jilbab cenderung mengakibatkan suhu pada kulit kepala menjadi panas sehingga dapat terjadi kelembaban. Kelembaban merupakan faktor resiko terjadinya dermatitis seboroik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat dan lama pemakaian jilbab dengan kejadian dermatitis seboroik pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNIMUS.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional yang dianalisis dengan uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95%. Studi ini meliputi analisis univariat dan bivariat terhadap variabel riwayat pemakaian jilbab, lama pemakaian jilbab dengan kejadian dermatitis seboroik. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 59 sampel mahasiswi Fakultas Kedokteran UNIMUS.Hasil: Hasil analisis bivariat dari 59 sampel dengan uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan 5% (? = 0,05), variabel riwayat pemakaian jilbab dengan kejadian dermatitis seboroikdidapatkan (p = 0,068). Variabel lama pemakaian jilbab dengan kejadian dermatitis seboroikdidapatkan (p = 0,295).Simpulan: Tidak ada hubungan antara riwayat dan lama pemakaian jilbab dengan kejadian dermatitis seboroik pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNIMUS.Kata kunci : jilbab, dermatitis seboroik.
Efektivitas Pengobatan Kombinasi Rifampisin-Klaritromisin dengan MDT WHO terhadap Derajat Kesembuhan Pasien Lepra Tipe PB Fiska Rahmawati; Maya Dian Rakhmawatie; Retno Indrastiti
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 3, No 2 (2014): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.853 KB)

Abstract

Latar Belakang : Lama waktu pengobatan kusta membuat timbulnya permasalahan pada pelaksanaan program MDT (Multi Drug Therapy)-WHO, yaitu adanya pasien yang tidak patuh minum obat dan adanya resiko kemunculan resistensi. Pengobatan kombinasi rifampisin-klaritromisin dapat memperpendek durasi pengobatan kusta, oleh karena itu perlu dilakukan penilaian efektivitasnya untuk meningkatkan derajat kesembuhan pasien.Cara : Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Cara pengambilan sampel dengan cara total sampling, dengan memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi sehingga didapatkan 60 pasien kusta PB, yang terdiri atas 30 pasien dengan pengobatan MDT-WHO dan 30 pasien dengan pengobatan kombinasi rifampisin-klaritromisin. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square.Hasil :Sebanyak 25 dari 30 (83,3%) pasien yang mendapat pengobatan kombinasi rifampisin-klaritromisin sembuh,sedangkan pada pengobatan MDT-WHO sebanyak 11 dari 30 (36,7%) pasien yang sembuh. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.001 dan nilai OR = 8,6 artinya pasien yang mendapat pengobatan kombinasi rifampisin-klaritromisin mempunyai peluang 8,6 kali sembuh dibandingkan dengan pasien yang mendapat pengobatan MDT-WHO.Kesimpulan : Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan yaitu kombinasi rifampisin-klaritromisin lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan MDT-WO dalam meningkatkan derajat kesembuhan klinis pasien kusta PB. Kata Kunci : kombinasi rifampisin-klaritromisin, MDT-WHO, paucilbacillary
Faktor Prediktor Sindrom Stevens-Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik Retno Indrastiti; Andra Novitasari; Cyntia Arum
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.851 KB)

Abstract

Latar Belakang: Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dan Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) adalah penyakit mukokutaneus yang bersifatakut dan mengancam nyawa dengan karakteristik berupa nekrosis dan pelepasan dari lapisan epidermis yang luas dan mayoritasberhubungan dengan konsumsi obat. Faktor-faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab SSJ dan NET antara lain alergi obat, infeksi, danidiopatik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor prediktor SSJ dan NET.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan uji korelasi chi square.Hasil : Analisis bivariat dari 27 sampel antara lain 24 pasien SSJ dan 3 pasien NET diperoleh melalui total sampling yang memenuhikriteria inklusi, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan usia dengan kejadian SSJ dan NET(p=0.209), tidak ada hubungan riwayat atopidengan kejadian SSJ dan NET(p=1,000), tidak ada hubungan riwayat penggunaan obat dengan kejadian SSJ dan NET(p=0.690). (p>0.05)Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang meliputi usia,riwayat atopi, dan riwayat penggunaan obat tidakmempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian SSJ dan NET.Kata kunci: Sindrom Stevens-Johnson,Nekrolisis Epidermal Toksik,usia,atopi,obat
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik Retno Indrastiti; Ika Dyah Kurniati; Eka Oktaviani Saputri
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.952 KB)

Abstract

hidup individu yang terkena serta keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan luas lesi dengantingkat kualitas hidup penderita dermatitis atopik di RSUD Tugurejo Semarang.Metode: Studi observasional dengan desain cross sectional dengan Uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 95%.Penelitian ini menggunakan data primer dengan Indeks Kualitas Hidup Dermatologi (IKHD) dan rekam medis sebagai datasekunder. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan carapurposive sampling.Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, sebagian besar responden berusia lansia (70,0%) dengan jenis kelaminperempuan (56,7%) dengan luas lesi kategori berat (56,7%). Terdapat hubungan yang signifikan antara luas lesi dengankualitas hidup (p=0,049).Kesimpulan: Semakin berat luas lesi maka semakin besar pengaruhnya dengan kualitas hidup penderita.Kata kunci: dermatitis atopik, luas lesi, kualitas hidup.
Relationship Level Of Knowledge, Attitude And Behavior To The Incidence Of Scabies At The Al Fatih Klaten Modern Islamic Boarding School Melok Tin Hartini; Retno Indrastiti; Rina Purnamasari
Jurnal EduHealth Vol. 14 No. 04 (2023): Jurnal eduHealt, 2023, December
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Scabies is a skin disease that is most often found in densely populated environments such as Islamic boarding schools. This disease is caused by Sarcoptes scabiei homini. Education for students about scabies is necessary to increase awareness of hygiene behaviors. Education related to knowledge, attitudes and behavior to scabies has been carried out regularly every six months by the Dermatologist and Venereologist. This study aims to determine knowledge, attitudes and behavior to the incidence of scabies at Modern Islamic Boarding School Al Fatih, Klaten. This study used quantitative research design with a cross sectional design which was carried out in March 2023 at the Al Fatih Modern Islamic Boarding School, Klaten. The sample was 65 students were obtained by the total sampling method that met the inclusion criteria. Data obtained by direct examination and using a questionnaire. The diagnosis of scabies is made based on the criteria in the Regulation of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia No. 5 of 2014 concerning Guidelines for Clinical Practice for Doctors in Primary Health Care Facilities. The results of the study showed that 40% of the respondents experienced scabies. Bivariate analysis with Spearman's Rank correlation test for the knowledge variable obtained p-value 0.873 where there was no significant relationship between knowledge and the incidence of scabies. As many as 40% of students who had a positive attitude were diagnosed with scabies. The relationship between behavior and the incidence of scabies was found to be p -value 0.03 where there was a significant relationship between behavior and the incidence of scabies. Amount of 40%students had a positive attitude were diagnosed with scabies. There was no significant relationship between knowledge and the incidence of scabies. However, there was a significant relationship between behavior and the incidence of scabies at the Al Fatih Modern Islamic Boarding School, Klaten Regency.