Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Penataan Kawasan Wisata Torosiaje Serumpun di Kabupaten Pohuwato dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi Zulkifli Abdullah; Sri Sutarni Arifin; Muhammad Rijal Syukri
JAMBURA Journal of Architecture Vol 3, No 2 (2021): JJoA : Desember 2021
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1494.528 KB) | DOI: 10.37905/jjoa.v3i2.11650

Abstract

Ecotourism is an activity of environmentally friendly tourism by emphasizing aspects of nature conservation, empowerment of multiple factors (societal, economic, and cultural) as well as aspects of learning and education. Pohuwato is a regency in Gorontalo with such a diverse tourism type and possesses a huge potential in the tourism sector. Torosiaje cluster is one of the regions located in Popayato district, Pohuwato regency—a region that is now a tourist village. In addition to having maritime potentials, this area also has the mangrove potential spanning 7.420 Ha. The region experienced a decline in width due to land conversion by the public, which is now ponds as well as the source of firewood and building materials. The Village has ecological potentials and natural resources, but they are managed poorly. Thus, the development of an ecotourism site is required. Arranging the Tourist Area of Torosiaje cluster is the early stage to improve tourism necessities so that tourist accommodation for all tourist activities is needed.This research aims to design supporting facilities and infrastructure without damaging the environment based on the function of the mangrove ecotourism area. The application of the Ecological Architecture concept was devoted to the arrangement of the circulation area while maintaining and preserving the environment both in terms of the use of materials that do not damage nature and the proper use of energy based on the conservation area. Ecological architecture is a reciprocal relationship between living creatures and the environment. Keywords: Tourism Area, Mangrove Ecotourism, Ecological Architecture
REDESAIN PONDOK PESANTREN HUBULO Nurul Ilma Maku; Sri Sutarni Arifin; Muh. Rijal Syukri
JAMBURA Journal of Architecture Vol 3, No 2 (2021): JJoA : Desember 2021
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1932.308 KB) | DOI: 10.37905/jjoa.v3i2.11082

Abstract

Pondok Pesantren Hubulo adalah kawasan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal berupa Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah serta pendidikan non formal. Pondok Pesantren Hubulo ini terletak di Desa Kramat, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. Sejak berdiri pada tanggal 12 September tahun 1987, Pesantren Hubulo terus mengalami peningkatan jumlah siswa sehingga kebutuhan ruang juga semakin besar. Selain itu sirkulasi dalam site belum tertata dengan baik antara jalur pemisah santri putra dan santri putri yang mengakibatkan permasalahan yang bertolak belakang dengan prinsip dasar keislaman. Berdasarkan data dari Pondok Pesantren Hubulo menyebutkan kebutuhan mendesak saat ini yaitu berupa hunian, yang terdiri dari asrama dan rumah dinas guru dan ustadz, ruang kelas, laboratorium, gedung serbaguna, dan gudang arsip. Redesain Pondok Pesantren Hubulo menerapkan konsep Arsitektur Islam sebagaimana ditentukan oleh hukum syariah, tanpa batasan terhadap fungsi dan tempat, namun pada karakter Islami dalam hubungannya dengan desain bentuk serta dekorasi.
Penataan Hunian Kawasan Bantaran Sungai Bone Kota Gorontalo Andika Ali; Sri Sutarni Arifin; Elvie F. Mokodongan
Jurnal Teknik Vol 16 No 1 (2018): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2367.84 KB) | DOI: 10.37031/jt.v16i1.52

Abstract

Kota akan selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, baik secara fisik maupun non fisik. Perkembangan kota selalu dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi dilingkungannya, seperti yang terjadi di bantaran sungai biasanya identik dengan sampah, kotor, dan kawasan kumuh. Gambaran ini ada benarnya jika kita melongok kawasan bantaran sungai di tengah kota dan sekitarnya. . Problematika ini hampir ada di setiap kota-kota besar di Indonesia dan tidak kurang upaya pemerintah menata kawasan ini agar menjadi lingkungan yang bersih dan nyaman, masyarakatpun sebenarnya menginginkan hal yang sama. Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Yang terpenting dan rumah adalah dampak terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Selanjutnya dikatakan bahwa interaksi antara rumah dan penghuni adalah apa yang diberikan rumah kepada penghuni serta apa yang dilakukan penghuni terhadap rumah. Kawasan adalah suatu daerah di permukaan bumi yang relative homogeny dan berbeda disekelilingnya berdasarkan kriteria tertentu, definisi dan deskripsi tentang kawasan menjadi perhatian utama para ahli demografi pada pertengahan abad ke-20. Dalam mengelola kawasan Tepian Air, beberapa elemen dapat diberikan penekanan dalam memberikan solusi desain yang spesifik, yang membedakan dengan olahan kawasan lainnya atau yang dapat memberikan kesan mendalam, sehingga selalu dikenang oleh pengunjung. Secara arsitektur, bangunan permukiman tepi sungai dibedakan menjadi bangunan di atas tanah, bangunan panggung di darat, bangunan panggung di atas air, bangunan rakit di atas air. Arsitektural bangunan dibuat dengan kaidah tradisional maupun modern, sesuai dengan latar belakang budaya dan suku/etnis masing-masing. Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi sederhana, tradisional dan konvensional, yang kurang memperhitungkan pengaruh angin.
IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN TALUMOLO KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO (Identification of Slum Settlement in Kelurahan Talumolo Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo) Muhammad Rijal Syukri; Sri Sutarni Arifin
Jurnal Sains Informasi Geografi Vol 1, No 1 (2018): Edisi Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.551 KB) | DOI: 10.31314/jsig.v1i1.144

Abstract

Abstract - The high number of urban residents due to a large number of migrants caused the reduction of land for settlements. This triggered the emergence of slums in various areas of the city. Dumbo Raya sub-district is a coastal area that is geographically flanked by the sea and hills. This condition causes the region to be very vulnerable to the disaster so that the growth of irregular or well-structured settlements will increase the chances of a disaster occurring. This study aims to determine the slums in Talumolo Subdistrict, Dumbo Raya District based on several indicators that have been determined and obtain data in the form of the area of slum identified. This study also aims to determine the level of a slum in the selected area. The method used in this research is through the application of Geographic Information System (GIS) and data analysis of questionnaires through mathematical calculations. Through this study obtained results in the form of: 1) Determination of locations included in the slum area based on 6 (six) variables namely non-economic vitality, economic vitality, land status, condition of infrastructure facilities, commitment of local governments and priority handling; 2) The results of identification and delineation of slum areas in Talumolo Village indicate that there is a slum area of 32,235 hectares with MEDIUM classification. Keywords: region, settlement, slum, Gorontalo, urban Abstrak – Tingginya jumlah penduduk kota akibat banyaknya pendatang menyebabkan berkurangnya lahan untuk permukiman. Hal ini memicu munculnya permukiman kumuh pada berbagai wilayah kota. Kecamatan Dumbo Raya merupakan wilayah pesisir yang secara geografis wilayahnya diapit oleh laut dan perbukitan. Kondisi ini mengakibatkan wilayah ini sangat rawan dengan bencana sehingga pertumbuhan permukiman yang tidak teratur atau tertata dengan baik akan memperbesar peluang terjadinya bencana. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kawasan kumuh yang ada di Kelurahan Talumolo Kecamatan Dumbo Raya berdasarkan beberapa indikator yang telah ditetapkan dan memperoleh data berupa luas kawasan kumuh yang diidentifikasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan tingkat kekumuhannya kawasan yang terpilih. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melalui aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisis data hasil kuisioner melalui hitungan matematis. Melalui penelitian ini diperoleh hasil berupa : 1) Penentuan lokasi yang termasuk ke dalam kawasan kumuh disusun berdasarkan 6 (enam) variabel yaitu vitalitas non ekonomi, vitalitas ekonomi, status tanah, kondisi prasarana sarana, komitmen pemerintah daerah dan prioritas penanganan; 2) Hasil identifikasi dan deliniasi kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Talumolo menunjukkan bahwa terdapat kawasan kumuh seluas 32,235 hektar dengan tingkat kekumuhan SEDANG. Kata kunci: kawasan, permukiman, kumuh, Gorontalo, perkotaan
ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN AREA TERBANGUN KOTA GORONTALO (Spatial Analysis Of Gorontalo City Building Area Changes) Muhammad Rijal Syukri; Sri Sutarni Arifin
Jurnal Sains Informasi Geografi Vol 1, No 2 (2018): Edisi November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.583 KB) | DOI: 10.31314/jsig.v1i2.181

Abstract

Abstract - Development in urban areas growth accompanied by increasing population. This increase has an impact on the increasing need for urban space. This causes the area to be built in urban areas to increase and the reduction of open space so as to encourage the use of rice fields as residential areas and offices. Therefore it is necessary to do a study or evaluation through spatial analysis to determine changes in the use of paddy fields in Gorontalo City in a certain period of time. This study is one of the references in the direction of environmentally sound development for the future. This study aims to analyze changes in land use as a built area within 5 years from 2008 to 2013. The method used in this study is spatial analysis consisting of image data and digital maps as supporting data. The analysis was carried out by overlaying the land use map technique with different periods of time from the interpretation of digital satellite images. The results showed that there were two types of changes in the built-up area in Gorontalo City within a period of 5 years, namely the change in open area to a built area and the area built into an open area. Keywords: changed, land, built area, gorontalo Abstrak – Pembangunan di wilayah perkotaan terus berkembang yang disertai dengan meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan ini berdampak pada semakin tingginya kebutuhan akan ruang kota. Hal ini menyebabkan kawasan terbangun di wilayah perkotaan semakin meningkat dan berkurangnya ruang terbuka sehingga mendorong penggunaan lahan sawah sebagai area permukiman dan perkantoran. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian atau evaluasi melalui analisis spasial untuk mengetahui perubahan pemanfaatan lahan sawah yang ada di Kota Gorontalo dalam kurun waktu tertentu. Kajian ini merupakan salah satu acuan dalam arahan pembangunan yang berwawasan lingkungan untuk masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pemanfaatan lahan sebagai area terbangun dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2008 hingga 2013 . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial terdiri dari data citra dan peta digital sebagai data pendukung. Analisis dilakukan dengan teknik overlay peta penggunaan lahan dengan kurun waktu berbeda hasil interpretasi citra satelit digital. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua jenis perubahan area terbangun di Kota Gorontalo dalam kurun waktu 5 tahun yaitu perubahan area terbuka menjadi area terbangun dan area terbangun menjadi area terbuka. Kata kunci: perubahan, lahan, area terbangun, gorontalo
PERUBAHAN INDEX HIJAU DI KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO (Change Of Green Index In Kelurahan Moodu Kecamatan Kota Timur Of Gorontalo City) Sri Sutarni Arifin; Muhammad Rijal Syukri
Jurnal Sains Informasi Geografi Vol 1, No 2 (2018): Edisi November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.02 KB) | DOI: 10.31314/jsig.v1i2.182

Abstract

Abstract - Increased development in urban areas has resulted in a decrease in the quality of the environment so it is necessary to study the green per capita index to find out the number of green space requirements and analyze changes in green area within 5 years. This research is quantitative by using the ArcGIS Application through the Geographic Information System to calculate the green area and calculate the green index (green index) using mathematical formulas. The results showed that the green index per capita in 2013 was 15.30 m2 which increased in 2018 by 16.22 m2. Nevertheless, this condition is not in accordance with the studies that have been carried out previously, namely the green index standard of 20 m2 per capita. Keywords: green index, green area, environment, cities Abstrak – Peningkatan pembangunan pada wilayah perkotaan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan kajian tentang index hijau per kapita untuk mengetahui jumlah kebutuhan ruang hijau serta menganalisis perubahan luas area hijau dalam kurun waktu 5 tahun. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan Aplikasi ArcGIS melalui Sistem Informasi Geografis untuk menghitung luas area hijau serta menghitung index hijau (green index) menggunakan rumus matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa green index per kapita pada tahun 2013 adalah 15,30 m2 mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar 16,22 m2. Meskipun demikian, kondisi ini belum sesuai dengan kajian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu standar green index 20 m2 per kapita. Kata kunci: index hijau, area hijau, lingkungan, perkotaan
INTERPRETASI LAHAN SAWAH DI KECAMATAN LIMBOTO BARAT MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI (Interpretation of Paddy Fields in West Limboto Subdistrict Using Landsat 8 OLI) Egrilianti A. Moonti; Sri Sutarni Arifin; Arthur Gani Koto
Jurnal Sains Informasi Geografi Vol 1, No 1 (2018): Edisi Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.582 KB) | DOI: 10.31314/jsig.v1i1.100

Abstract

Abstract - One of the issues of national food security is the availability of staple food in the form of rice in a sustainability. The availability of paddy fields in West Limboto subdistrict, which is one of the rice producing areas in Gorontalo Regency needs to be interpreted to be known if there is land conversion in the future. Calculation of rice fields can be interpreted using remote sensing data. The purpose of this research is to interpreationt the extent of paddy field located in West Limboto subdistrict. Landsat 8 OLI (Operational Land Imager) acquired November 20, 2015 is the data used in this study. GPS measuring instrument is used as a tool for checking the coordinates of sample points that will be in the fiel d check. The method by digital image processing landsat 8 OLI using supervised classification algorithm maximum likelihood. Landsat 8 layer stacking process then do corrected geometric. Unsupervised classification is performed as an initial interpretation stage to classify land cover and also as sample point extraction. Total 18 sample points were taken that were used for ground data. Reclassified using supervised method processing after finished ground data. The results show that the paddy fields about 886,66 ha spread in 8 villages. Keywords: paddy fields, supervised, mapping, west limboto, gorontalo Abstrak – Salah satu isu ketahanan pangan nasional adalah ketersediaan bahan makanan pokok berupa beras secara berkelanjutan. Ketersediaan lahan sawah di Kecamatan Limboto Barat yang merupakan salah satu wilayah penghasil beras di Kabupaten Gorontalo perlu diinterpretasi agar dapat diketahui bila terjadi alih fungsi lahan pada masa mendatang. Penghitungan luas lahan sawah dapat diinterpretasi menggunakan data penginderaan jauh yaitu citra landsat 8. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginterpretasi luasan lahan sawah yang terdapat di Kecamatan Limboto Barat. Citra landsat 8 OLI (Operational Land Imager) perekaman 20 November 2015 merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini. Alat ukur berupa GPS digunakan sebagai alat bantu untuk pengecekan koordinat titik sampel yang akan di cek lapangan. Metode penelitian dilakukan dengan teknik pengolahan citra digital landsat 8 OLI menggunakan klasifikasi supervised algoritma maximum likelihood. Citra landsat 8 dilakukan proses layer stacking kemudian dikoreksi geometrik. Klasifikasi tak terbimbing (unsupervised) dilakukan sebagai tahap interpretasi awal untuk mengklasifikasi tutupan lahan dan juga sebagai pengambilan titik sampel. Sebanyak 18 titik sampel diambil yang digunakan untuk cek lapangan. Reklasifikasi metode terbimbing (supervised) dilakukan dari hasil data lapangan. Hasil yang diperoleh menunjukkan luas lahan sawah sekitar 886,66 ha yang tersebar di 8 desa. Kata kunci: sawah, landsat, supervised, pemetaan, limboto barat, gorontalo
PERANCANGAN KAWASAN WISATA PANTAI BATU PINAGUT BOROKO TIMUR BOLAANG MONGONDOW UTARA Siti nurahliza Wanda Lasama; Nurnaningsih Nico Abdul; Sri Sutarni Arifin
JAMBURA Journal of Architecture Vol 4, No 1 (2022): JJoa : Juni 2022
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjoa.v4i1.14745

Abstract

Pariwisata telah mengalami  perkembangan  yang  sangat  pesat sehingga bisa dijadikan kekuatan potensial untuk meningkatkan pendapatan   ekonomi domestik yang didalamnya. Kepariwisatan di Bolaang Mongondow Utara pun mulai makin berkembang yang ditandai dengan berbagai macam objek pariwisata yang tersebar baik di beberapa kecamatan. Salah satunya adalah objek wisata pantai Batu Pinagut yang terletak di Boroko Utara Kecamatan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Objek wisata Pantai Batu Pinagut merupakan kawasan strategis dan menawarkan keindahan pantai yang disertai bebatuan dan lingkungan sekitar yang masih asli, Objek wisata Pantai Pinagut ini juga didukung oleh objek Wisata pasir putih dan makam keramat. Namun kenyataannya Pantai Batu Pinagut kurang mendapat perhatian dari pemerintah dalam hal pengelolahan dan pengembangan fasilitas kepariwisataan, hal ini terlihat dari tidak terpeliharanya infrastruktur, kurangnya fasilitas  pendukung  kepariwisataan,  kawasan  perdagangan  dan  jasa tidak dalam satu zona, tempat parkir untuk kendaraan masih tak beraturan, minimnya budaya sadar wisata bagi masyarakat  (pengrusakan Sarana/Prasarana wisata), belum adanya pusat kegiatan yang menopang kegiatan di sekitarnya, belum adanya fasilitas akomodasi penginapan serta kurangnya rasa aman dan nyaman masyarakat.Berdasarkan permasalahan di atas dibutuhkannya perancangan dan penataan kawasan wisata di Pantai Batu Pinagut dan beberapa fasilitas akomodasi penunjangkegiatan wisata yang dapat dinikmati oleh semua orang untuk berlibur dan rekreasi dengan memanfaatkan potensi alam yang ada serta menunjunkan ciri khas daerah, perkembangan Kota nantinya, Wisata Pantai Pinagut akan dapat meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat sekitar dengan penerapan   pendekatan Aristektur Tropis pada penataan kawasannya.Kata kunci: Penataan  Kawasan,  Wisata   Pantai,  Batu  Pinagut  Bolaang Mongondow Utara