Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbedaan pekembangan kualitas hidup penderita Tb paru menggunakan instrumen indonesianwhoqol-breffquestionareterhadap fase pengobatan tuberculosis Pariyana Pariyana; Iche Andriyani Liberty; Bahrun Indawan kasim; Achmad Ridwan
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.799 KB) | DOI: 10.32539/JKK.v5i3.6314

Abstract

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. Kualitas hidup pasien tuberkulosis merupakan hal penting untuk dinilai karena penurunan kualitas hidup penderita TB paru berhubungan dengan status kesehatan yang menyebabkan keterlambatan pengobatan dan berdampak negatif terhadap kelangsungan pengobatan sehingga menyebabkan pengobatan menjadi terputus atau tidak tuntas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup penderita Tb paru terhadap fase pengobatan. Penelitian ini dilakukan pada 116 pasien Tb paru yang berobat ke Puskesmas Kota Palembanng. Analisis data menggunaka analisis deskriptif dan analisis inferensial (uji t test). Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan kesehatan psikologis penderita Tb paru yang menjalani pengobatan fase awal dan fase lanjutan (p=0,036) dan tidak terdapat perbedaan kualitas hidup domain1 (kesejahteraan fisik) p=0,201, domain 3 (hubungan sosial) p=0,283, domain 4 (hubungan dengan lingkungan) p= 0,633 dan total domain(p=0,307) penderita Tb paru yang menjalani pengobatan fase awal dan fase lanjutan.Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup penderita TB paru di Kota Palembang pada dimensi/domain kesejahteraan fisik, sosial dan lingkungankualitas hidup penderita Tb paru yang menjalani pengobatan fase awal dan fase lanjutan tidak berbeda bermakna, namun pada domain psikologis didapatkan ada perbedaan bermakna kualitas hidup penderita Tb paru yang menjalani pengobatan fase awal dan fase lanjutan, kualitas hidup Penderita Tb paru pada fase awal lebih buruk/kurang baik dibandingkan dengan kualitas hidup penderita Tb pada fase lanjutan.
Profil Klinis Karsinoma Nasofaring di Departemen THTKL RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014-2015 Abdiaman Putra Dawolo; Denny Satria Utama; Bahrun Indawan Kasim
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 1 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i1.8318

Abstract

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas THTKL yang paling banyak dijumpai di Indonesia. Gejala dan tanda karsinoma nasofaring yang sering berupa benjolan di leher, obstruksi hidung, epistaksis dan diplopia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinis karsinoma nasofaring di RSUP Dr.  Mohammad Hoesin Palembang tahun 2014-2015.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berupa serial kasus dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sampel penelitian ini adalah semua rekam medik pasien karsinoma nasofaring di RSUP Dr.  Mohammad Hoesin Palembang tahun 2014-2015. Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 60 kasus (16,85%)  dan pada tahun 2015 terdapat 50 kasus (14,53%) dari total pasien KNF yang datang ke RSMH. Pasien KNF paling banyak (30,91%) terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun. Sebanyak 72,73% pasien KNF adalah laki-laki. Gejala  yang paling sering ditemui adalah hidung tersumbat (49,09%), benjolan di leher (43,64%), dan mimisan (36,36%). Sebanyak 81,82% kasus KNF adalah KNF WHO III, selebihnya adalah KNF WHO II (15,45%) KNF WHO I (2,73%). Mayoritas kasus KNF adalah KNF stadium IV (77,27%). Pasien KNF paling banyak terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun. KNF lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Gejala klinik yang paling sering ditemui adalah hidung tersumbat, benjolan di leher dan mimisan. Mayoritas gambaran histopatologi KNF adalah KNF WHO III. Sebagian besar penderita KNF didiagnosis sebagai KNF stadium IV.