Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh edukasi gizi terhadap peningkatan berat badan pasien tuberkulosis Emma Novita; Zata Ismah; Pariyana Pariyana
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Status gizi penderita TB sangatlah penting karena menjadi tanda klinis sederhana untuk melihat keberhasilan dari terapi TB. Edukasi atau penyuluhan kesehatan merupakan salah satu cara merubah pengetahuan dan sikap seseorang tentang kesehatan dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi stastus gizi. Metode penelitian ini dilakukan dengan desain desain studi Quasi Eksperimental. Populasi adalah pasien TB di Kecamatan Seberang Ulu, dengan sampel sebanyak 25 pasien positif TB Edukasi gizi. Sampel diberikan edukasi1jam pada 2 kali/bulan selama 3 bulan dengan  total edukasi yang diberikan sebanyak 6 jam. Pemberian edukasi diberikan dengan metode pemaparan dan sesi tanya jawab serta demonstrasi pembuatan susu kedelai. Presentasi materi berisi pemahaman tentang TB serta pola makan anjuran dan pantangan untuk pasien TB yang disesuaikan dengan karakteristik pasien. Hasil penelitian ini didapatkan pemberian edukasi mempengaruhi perbedaan berat badan yang signifikan (P < 0.000) antara pasien sebelum diberikan edukasi dan setelah diberikan edukasi.Selisih berat badan pasien sebelum dan sesudah edukasi pada pasien TB sebesar 2.8kg. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya diberikan pengetahuan tentang gizi dan pola makan pasien TB untuk memperbaiki status gizinya sehingga pengobatan dapat mencapai hasil optimal.
Efektivitas Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia) Terhadap Ketebalan Jaringan Granulasi dan Jarak Tepi Luka pada Penyembuhan Luka Sayat Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Pariyana Pariyana; Mgs. Irsan Saleh; Suryadi Tjekyan; Hermansyah Hermansyah
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Luka merupakan kondisi hilangnya kontinuitas struktur jaringan. Salah satu tanaman obat yang ikut berperan dalam membantu proses penyembuhan luka adalah tanaman binahong (Anredera cordifolia). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pemberian ekstrak daun binahong terhadap ketebalan jaringan granulasi dan jarak tepi luka pada penyembuhan luka sayat tikus putih (Rattus norvegicus).Studi eksperimental yang menggunakan rancangan penelitian post test only control group designdilaksanakan bulan Februari-April 2014 di Laboratorium Teknik Kimia Universitas Sriwijaya, Animal House Fakultas Kedokteran Unsri dan Laboratorium Patologi RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang. Sampel yang digunakan adalah tikus putih sebanyak 30 sampel dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif diberikan vaselin, ekstrak daun binahong 10%, 20%, 40% dan kontrol positif diberikan salep madecassol). Data dianalisis menggunakan program SPSS versi 19 dengan uji homogenitas, independent t-test, uji OneWay Anova dilanjutkan uji post hoc multiple comparisons. Hasil penelitian didapatkan pada pemberian ekstrak daun binahong dosis 10% (p=0.001) dan 20% (p=0.002) dibandingkan dengan salep Madecassol menunjukkan ada perbedaan bermakna rerata ketebalan jaringan granulasi dan jarak tepi luka sedangkan ekstrak daun binahong 40% dibandingkan dengan salep Madecassol pada luka sayat tikus putih menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna rerata ketebalan jaringan granulasi dan jarak tepi luka (p=0.563). Kesimpulan penelitian ekstrak daun binahong mempunyai efek yang sama dengan salep Madecassol terhadap ketebalan jaringan granulasi dan jarak tepi luka pada luka sayat tikus putih. Dosis yang paling efektif terdapat pada ekstrak daun binahong 40%.Diperlukan penelitian lanjutan untuk membuktikan efek ekstrak daun binahong (anredera cordifolia) terhadap enzim-enzim pada saat proses inflamasi (seperti TGF, PDGF, KGF, VEGF) serta toksisitas dari daun binahong.
Angka kejadian diabetes melitus pada pasien tuberkulosis Emma Novita; Zata Ismah; Pariyana Pariyana
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.388 KB) | DOI: 10.32539/JKK.v5i1.6122

Abstract

Hubungan antara diabetes mellitus dan tuberkulosis dalam menyebabkan penyakit manusia telah dikenal selama berabad-abad. Intoleransi glukosa telah dilaporkan pada pasien TB aktif pengendalian hiperglikemia lebih sulit selama fase aktif tuberkulosis dan banyak pasien memerlukan insulin untuk mengendalikan hiperglikemia. Diabetes diperkirakan menjadi penyebab 15% kasus tuberkulosis saat ini, terutama karena diabetes merusak pertahanan host. Dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar angka kejadian DM pada wilayah kerja Puskesas seberangUlu dengan mengambil 40 pasien positif TB.hasil penelitian didapatkan bahwa angka pasien TB yang mengalami DM adalah sebesar 12%. Disarankan kepada petugas Skrining rutin pasien TB untuk DM akan membantu mendeteksi kasus diabetes dan pra-diabetes lebih awal, sehingga metode pencegahan primer dapat dimulai lebih awal dan efektif. Pasien disarankan untuk mengontrol kadar gula pada pasien TB agar terapi pengobatan pasien dapat mencapai optimal.
Perbedaan pekembangan kualitas hidup penderita Tb paru menggunakan instrumen indonesianwhoqol-breffquestionareterhadap fase pengobatan tuberculosis Pariyana Pariyana; Iche Andriyani Liberty; Bahrun Indawan kasim; Achmad Ridwan
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.799 KB) | DOI: 10.32539/JKK.v5i3.6314

Abstract

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. Kualitas hidup pasien tuberkulosis merupakan hal penting untuk dinilai karena penurunan kualitas hidup penderita TB paru berhubungan dengan status kesehatan yang menyebabkan keterlambatan pengobatan dan berdampak negatif terhadap kelangsungan pengobatan sehingga menyebabkan pengobatan menjadi terputus atau tidak tuntas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup penderita Tb paru terhadap fase pengobatan. Penelitian ini dilakukan pada 116 pasien Tb paru yang berobat ke Puskesmas Kota Palembanng. Analisis data menggunaka analisis deskriptif dan analisis inferensial (uji t test). Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan kesehatan psikologis penderita Tb paru yang menjalani pengobatan fase awal dan fase lanjutan (p=0,036) dan tidak terdapat perbedaan kualitas hidup domain1 (kesejahteraan fisik) p=0,201, domain 3 (hubungan sosial) p=0,283, domain 4 (hubungan dengan lingkungan) p= 0,633 dan total domain(p=0,307) penderita Tb paru yang menjalani pengobatan fase awal dan fase lanjutan.Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup penderita TB paru di Kota Palembang pada dimensi/domain kesejahteraan fisik, sosial dan lingkungankualitas hidup penderita Tb paru yang menjalani pengobatan fase awal dan fase lanjutan tidak berbeda bermakna, namun pada domain psikologis didapatkan ada perbedaan bermakna kualitas hidup penderita Tb paru yang menjalani pengobatan fase awal dan fase lanjutan, kualitas hidup Penderita Tb paru pada fase awal lebih buruk/kurang baik dibandingkan dengan kualitas hidup penderita Tb pada fase lanjutan.
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RS PARU KOTA PALEMBANG Angelina Hendesa; Suryadi Tjek Yan; Pariyana pariyana
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 4 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v50i4.8565

Abstract

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia menempati posisi ke-3 di dunia setelah India dan Cina sebagai negara dengan jumlah pasien TB terbanyak. Angka prevalensi TB di Indonesia sebesar 647/100.000 penduduk, angka insidensi sebesar 399/100.000 penduduk dan angka mortalitas sebesar 25/100.000 penduduk. Perilaku sesorang ditentukan oleh tiga faktor yaitu predisposing factors (pengetahuan dan sikap), enabling factors, dan reinforcing factors (dukungan keluarga) yang dapat mempengaruhi kepatuhan berobat. Mengetahui hubungan pengetahuan TB paru, sikap pasien dan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien Tuberkulosis Paru di RS Paru Kota Palembang Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Sampel adalah pasien tuberkulosis paru dewasa usia ³ 15 tahun yang berobat di RS Paru Kota Palembang 01 Juni 2017 - 30 November 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel 62 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengisisan kuesioner dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara. Data sekunder didapatkan dari buku register TB paru di RS Paru Kota Palembang. Pengolahan data menggunakan uji statistik Chi-square yang dibantu perangkat lunak IBM SPSS Statistics.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang terdapat hubungan signifikan terhadap kepatuhan berobat adalah dukungan keluarga (p=0,000). Variabel yang tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan berobat adalah pengetahuan TB paru (p=0,059) dan sikap pasien terhadap TB paru (p=0,213). Pengetahuan TB paru dan sikap pasien terhadap TB paru tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan berobat di RS Paru Kota Palembang Tahun 2017. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan kepatuhan berobat di RS Paru Kota Palembang Tahun 2017.
EARLY DETECTION OF CHANGES IN BLOOD GLUCOSE LEVELS AS AN EFFORT TO INCREASE SUCCESS FOR THE TREATMENT OF LUNG TUBERCULOSIS Pariyana Pariyana; Iche Andriyani Liberty; Eka Febri Zulissetiana
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 4 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v52i4.13068

Abstract

Tuberculosis (TB) is a pulmonary infectious disease which is the main cause of increased morbidity and mortality worldwide. Diabetes mellitus is one of the factors that can increase the incidence of pulmonary tuberculosis. This study aims to determine changes in glucose levels in pulmonary TB patients at the beginning of being diagnosed with pulmonary TB or before receiving OAT therapy and after receiving OAT therapy. This study is an analytical study with a cross-sectional repeated measurement design, namely measuring blood glucose levels repeatedly for 2 times (the initial measurement of treatment before receiving OAT therapy and measurement after receiving OAT therapy). The sample in this study were 107 pulmonary tuberculosis patients who were treated at the Public Health Center in Palembang City. The sampling technique is proportional random sampling. Data analysis in this study was carried out descriptively and analytically using the t-test (Wilcoxon). The results showed that in TB patients with normal initial glucose level status, there was a significant difference in glucose levels before and after receiving OAT therapy (p-value = 0.000) p <?, TB patients experienced binding of glucose levels after receiving OAT therapy while in TB patients with DM status, showed no significant difference in glucose levels before and after receiving OAT therapy (p-value = 0.135) p> ?.
Analysis of Personal Hygiene, Household Sanitation Status of Lungs Tuberculosis Nutrition Mariana Mariana; Emma Novita; Pariyana Pariyana; Annisa Muthia Haryani; Rifqoh Trikurnia
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 1 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v52i1.11431

Abstract

Nutritional status determines the level of health and function of all vital systems in the body, including the immune system. The immunization system as a host of various infectious diseases. Cell-mediated immunity in the body plays an important role as a defense against tuberculosis. Therefore, malnutrition can be considered as an important consideration factor in Tuberculosis efforts. The impact of malnutrition is so severe that there is an increase in the prevalence of Tuberculosis associated with HIV infection. Many factors cause Tuberculosis, some debates are Environment. Environmental factor is one that affects home lighting, humidity, temperature, conditions, roofs, walls, floors and residential density. Besides environmental factors there are also other factors which consist of gender, age, income, hygiene knowledge and practices as well as knowledge about resistance to tuberculosis also influencing the increase in disease. The purpose of this study is to collect data that will help prevent many complications from tuberculosis, especially those caused by malnutrition and hygiene in the neighborhood. Research Object: Patients in Palembang City Health Center Work Area. Research Location: Palembang City Health Center Work Area. This research is an observational analytic study of categorical comparative hypothesis testing with a cross-sectional research design. The results of the analysis of the chi-square test were 0.000 <0.05 there is a relationship between the incidence of malnutrition in pulmonary TB patients with the sanitary conditions of the patient's home environment. Relationship between Personal Hygiene and Nutritional Status of Lung TB The results of the analysis of the chi-square test were 0.000 <0.05. Conclusions and Suggestion From the results of this study there are still many bad personal hygiene that can have an impact on Tuberculosis. In addition, poor environmental sanitation has an effect on Tuberculosis. Therefore, this research needs to be continued to determine the impact of poor home environmental sanitation and personal hygiene. Further education and counseling must be carried out by the general public regarding information about Tuberculosis
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Mengenai Tanda Bahaya selama Kehamilan di Indonesia (Analisis Data SDKI 2012) Ilsya Pertiwi; Husnil Farouk; Pariyana pariyana
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 3 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i3.8513

Abstract

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia meningkat dari 228 di tahun 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012. Salah satu penyebab kematian ibu yang paling umum terjadi di Indonesia adalah kematian yang berkaitan dengan kehamilan. Pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya kehamilan merupakan penapisan awal terhadap resiko yang terjadi dalam kehamilan. Penelitian ini bertujuan mengetahui variabel-variabel yang memengaruhi pengetahuan tentang tanda bahaya selama kehamilan pada ibu hamil di Indonesia serta kecenderungan masing-masing variabel tersebut. Jenis penelitian bersifat kuantitatif. Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategori dan analisis regresi logistik biner digunakan untuk melihat hubungan variabel yang berbeda. Data yang digunakan adalah data SDKI 2012. Hasil analisis deskriptif menunjukkan 40,6% ibu hamil mengetahui tanda bahaya selama kehamilan. Berdasarkan analisis regresi logistik biner diketahui umur, pendidikan, status bekerja, daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan suami, dan media massa berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan tentang tanda bahaya selama kehamilan. Dari rasio kecenderungan yang terbentuk dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang berumur < 20 dan  > 35 tahun, berpendidikan maksimal SMA, berstatus tidak bekerja, tinggal di daerah perdesaan, tingkat pendidikan suami maksimal SMA, dan tidak mengakses media massa berpeluang sebesar 18,43 persen untuk tidak mengetahui mengenai tanda bahaya selama kehamilan.
RISK FACTOR OF IMPAIRED FASTING GLUCOSE IN PRODUCTIVE AGE GROUP Abdussalam Abdussalam; Iche Andriyani Liberty; Pariyana Pariyana; Ardesy Melizah Kurniati
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 4 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/mks.v54i4.19657

Abstract

Impaired fasting blood glucose is a condition that we can still try to turn back to normal. However, this has not been a concern. We aimed to analyze the contribution of risk factors (age, occupation, gender, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, body mass index, physical activity, diet quality, and abdominal circumference) to the incidence of impaired fasting blood glucose in people of productive age in Palembang. This research was an observational analytic study with a cross sectional design. The results of the analysis using logistic regression showed that the most dominant risk factor associated with impaired fasting glucose was the diastolic blood pressure with OR=4.56, 95% CI=1.956-10,632, and p-value <0.001. Diastolic blood pressure was a significant and dominant risk factor for impaired fasting glucose in productive age communities. It is recommended that people who are more than 15 years old are expected to maintain blood pressure within the normal range, especially diastolic blood pressure in order to reduce the risk of disrupted fasting blood glucose by continuing to do physical activity
DETERMINANTS OF ANXIETY LEVELS IN PULMONARY TB PATIENTS DURING THE COVID 19 PANDEMIC Pariyana Pariyana; Dewi Anggraini; Hanna Marsinta Uli; Chris Alberto Amin; Toto Harto
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 4 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/mks.v54i4.19660

Abstract

Pulmonary tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis which is currently a major global health problem. While our world still in COVID-19 pandemic situation. Anxiety is a natural human behaviour that manifests itself as a bodily response to dangers.Mycobacterium tuberculosis infection as a more common comorbidity for COVID-19 by 36% and from the situation of the spread of COVID-19 which has almost reached all provinces in Indonesia with the number of cases and the number of deaths increasing, researchers are interested in conducting research on the determinants of the level of Anxiety of pulmonary TB patients in the COVID-19 pandemic situation in Palembang City. Using the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS) as instrument we collect data regarding anxiety level among pulmonary tuberculosis patients in COVID-19 pandemic settings. Researchers discovered that responders were 131 pulmonary tuberculosis patients who were recruited from public health centers in Palembang City, based on researcher observations and questionnaires. Overall, there are significant relation regarding anxiety levels and its determinant factor on tuberculosis patient, especially in COVID-19 pandemic settings.