Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Prosiding Seminar Nasional Sastra, Bahasa, dan Seni (Sesanti)

IDENTITAS JAWA DALAM BABAD DIPONEGORO Bani Sudardi; Istadiyantha
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Babad Diponegoro merupakan bagian dari sejarah Jawa. Sejarah Jawa ini sudah berlangsung ribuan tahun. Diponegoro adalah tokoh sejarah Jawa abad 19 ketika Pulau Jawa dikuasai Belanda dan Diponegoro melawan Belanda sampai akhirnya tertangkap dengan cara licik, yaitu diajak berdamai lalu ditangkap ketika sedang diadakan perundingan. Karya ini sudahdiakui dunia dengandimasukkan UnescoPBBsebagai“memoryof the world” pada taun 2013. Babad Diponegoro merupakan babad yang unik karena 3 hal: (1) Babad ditulis langsung oleh Pangeran Diponegoro, (3)BabadtentangdiriPangeranDiponegoro,dan(3)ditulis dilokasiyang jauh dari konteks budaya Jawa, yaitu di Manado. Babad ini memiliki aspek identitas lokal dan juga menggetarkan jiwa estetis pembacanya Kajian menunjukan bahwa Pangeran Diponegoro adalah sosok Pangeran yang sangat menjaga identitas. Identitas mayor Diponegoro adalah identits muslim, tetapi ia masih memiliki trace identitas dari masa sebelumnya meskipun sangat jauh yaitu iden titas keturunan Majapahit dari Brawijaya. Dalam menggambarkan peralihan dari Hindu ke Islam, digambarkan sebagai bentuk perkawinan antara Raja Majapahit yang Hindu dengan putri Islam dari Champa. Keturunan dan saudara-saudara inilah yang kemudian menjadi perintis Islamisasi di Jawa. Hal ini menjadi identitas Diponegoro sebagai muslim dengan nenek moyang Raja Hindu.
IDENTITAS LOKAL DALAM BATIK PARANG SUKOWATI Nanang Rizali; Bani Sudardi
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sragen merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, memiliki banyak potensi daerah dan sumber daya alamnya. Salah satu potensi wisata unggulan berupa Museum sangiran yang menjadi identitas utama dengan tagline city branding nya “The Land of Java Man”. Di samping Museum Purbakala Sangiran, terdapat juga waduk kedung Ombo, kawasan pemandian air panas Bayanan, dan wisata makam Pangeran Samudro di gunung Kemukus. Di sektor perindusterian dan perdagangan Pemerintah daerah Sragen mengembangkan zona industri mebel dan kawasan industri batik. Sebagai benda budaya, batik merupakan bagian melekat dari kebudayaan nasional dan menjadi identitas bangsa Indonesia. Batik telah tumbuh dan berkembang dalam berbagai dimensi melalui lintasan ruang dan waktu dalam kehidupan masyarakatnya. Sejak awal abad ke 20 an, penggunaan batik tradisional tampak semakin berkurang dan kini batik berada dalam semangat zaman dimana aspek kreativitas menjadi faktor yang dominan. Selain terdapat kemungkinan yang meliputi bahan baku, zat warna dan prosesnya hingga pengembangan fungsinya. Berbagai fihak telah berupaya untuk mengeksplorasi batik yang dapat diaplikasikan dab dimanfaatkan dalam beragam kepentingan, di antaranya sebagai ekspresi menyampaikan identitas lokal. Batik dengan motif bentuk gading gajah purba yang terdapat di museum Sangiran digunakan sebagai identitas pencitraan kota yang didasarkan pada ikon utama dari Kabupaten Sragen. Dalam perkembangannya jenis batik ini dikenal dengan Batik sangiran yang memiliki ciri khas tersendiri, yang kemudian sekarang dikenal dengan batik Parang Sukowati. Adanya dukungan dab kebijaksanaan Pemda dalam mengembangkan potensi wisata dan kerajinan batik adalah sebagai upaya pencitraan identitas kota Sragen. Dengan demikian diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga masyarakat terhadap keberadaan potensi wisata Situs Museum Sangiran, sekaligus mengembangkan kerajinan batik sebagai daya bangsa Indonesia.
ASPEK RELIGI DAN MAKNA DALAM TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA Sawitri; Bani Sudardi; Wakit Abdullah; Nyoman Chaya
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penari bedhaya ketawang dianggab sebagai bedhaya yang tertua dan tari ini dijadikan kiblat dari tari bedhaya yang lain yang lebih muda. Tari bedhaya ketawang menceritakan Panembahan Senapati raja pertama dari Dinasti Mataram dengan Kanjeng Ratu Kencana Sari atau Kanjeng Ratu Kidul.Tari bedhaya k etawang merupakan tari yang sarat makna simbolis serta erat kaitannya dengan upacara adat sehingga kesakralan dan religi selalu dijaga. Penari bedhaya memiliki aturan yang mengharuskan berjumlah sembilan, pola lantai mengelilingi raja di sisi kanan dan kiri, ada peraturanbahwa menguasai pakem joged Hasta Sawandha,serta ketentuan disaat menari dalam upacara jumenengan, tinggalan dhalem dengan keadaan susi, bersih, serta ritual yang sebelumnya dilaksanakan adalah mandi kembang tujuh rupa, puasa mutih, senin dan kamis dan semedi yang sekarang meditasi.Diskursus memiliki argumen serta historis sehingga bahasa berkembang membentuk makna pada kondisi material dan historis yang spesifik. Kondisi mengekplorasi secara historis dan di tata untuk membentuk dan mendefinisikan bidang pengetahuan /obyek spesifik yang memerlukan perangkat konsep untuk dibongkar yang di pandang sebuah kebenaran. Pada penari bedhaya ketawang setelah diungkap ternyata mengandung nilai pada pendidikan keagamaanyaitu religius, mengenalkan manusia darimana asalnya dan nanti kembali lagi kemana serta memberikan pendidikan religius untuk menjadi seorang wanita yang beretika baik, berhati bersih dan baik, dekat dengan Sang Pencipta, Laku Prehatin dengan mengolah jiwa dengan puasa senin-kamis, puasa mutih dan menanamkan pendidikan untuk dapat menghargai dirinya , mengharumkan nama baik dirinya, keluarga, bangsa dan negara.