Sandra Hapsari
Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KINERJA REPRODUKSI TIKUS BUNTING AKIBAT PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PURWOCEN Aryani Sismin Satyaningtijas; Hera Maheshwari; Pudji Achmadi; Wisnugroho Agung Pribadi; Sandra Hapsari; Divo Jondriatno; Isdoni Bustaman; Bambang Kiranadi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 1 (2014): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.496 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i1.1253

Abstract

Pada penelitian ini, purwoceng diberikan pada tikus betina bunting umur 1-13 hari dengan tujuan mengetahui bobot badan, ovarium, dan uterus serta mempertahankan titik implantasi yang terbentuk sebelum masa implantasi. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok tikus bunting kontrol dan tikus bunting yang mendapatkan purwoceng dengan dosis 25 mg/300 g bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi purwoceng cenderung memiliki bobot ovarium dan uterus lebih berat dibandingkan kelompok kontrol. Purwoceng juga menyebabkan jumlah titik implantasi tikus hampir mendekati jumlah korpus luteum yang sudah terbentuk, dan ini menunjukkan bahwa keberhasilan implantasi lebih baik pada kelompok tikus yang diberi purwoceng.
KINERJA REPRODUKSI TIKUS BUNTING AKIBAT PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PURWOCEN Aryani Sismin Satyaningtijas; Hera Maheshwari; Pudji Achmadi; Wisnugroho Agung Pribadi; Sandra Hapsari; Divo Jondriatno; Isdoni Bustaman; Bambang Kiranadi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 1 (2014): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i1.1253

Abstract

Pada penelitian ini, purwoceng diberikan pada tikus betina bunting umur 1-13 hari dengan tujuan mengetahui bobot badan, ovarium, dan uterus serta mempertahankan titik implantasi yang terbentuk sebelum masa implantasi. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok tikus bunting kontrol dan tikus bunting yang mendapatkan purwoceng dengan dosis 25 mg/300 g bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi purwoceng cenderung memiliki bobot ovarium dan uterus lebih berat dibandingkan kelompok kontrol. Purwoceng juga menyebabkan jumlah titik implantasi tikus hampir mendekati jumlah korpus luteum yang sudah terbentuk, dan ini menunjukkan bahwa keberhasilan implantasi lebih baik pada kelompok tikus yang diberi purwoceng.