Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STUDI KANDUNGAN KALSIUM PADA TEPUNG TULANG IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) Abdurrahman Suad; Kristina Novalina N.
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN Vol 8, No 1 (2019): OCTOPUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/octopus.v8i1.2485

Abstract

Ikan tongkol dan ikan tenggiri merupakan komoditi sumberdaya ikan pelagis yang mempunyai arti ekonomis cukup tinggi. Meski demikian, tulang ikan dari kedua jenis ikan tersebut biasanya belum termanfaatkan. Salah satu cara pemanfaatannya adalah dengan mengolahnya menjadi tepung tulang ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan kalsium pada tepung tulang ikan tongkol dan tenggiri. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembuatan tepung tulang ikan tongkol dan tenggiri mengikuti metode Khuldi et al. (2005); serta analisa kandungan kalsium dari tepung tulang ikan tongkol dan tenggiri berdasarkan metode Batubara (2009). Sebagai data pelengkap, pada kedua jenis tepung tulang ikan tersebut dilakukan juga perhitungan rendemen, analisa kadar air dengan metode oven menurut SNI-01-2354.2-2006, dan uji kadar mineral dengan metode gravimetri menurut SNI 01-2354.1-2006. Hasil pengujian menunjukkan rendemen tepung tulang ikan tenggiri sebesar 15,73%; sedangkan rendemen tepung tulang ikan tongkol hanya sebesar 9,34%. Kandungan mineral, kalsium dan air tepung tulang ikan tenggiri berturut-turut sebesar 51,5%; 4,9% dan 3,1%. Sedangkan tepung tulang ikan tongkol memiliki kandungan mineral, kalsium dan air sebesar 49,4%; 4,2%, dan 3,7%. Data tersebut menunjukkan bahwa tepung tulang ikan tenggiri memiliki rendemen serta kandungan mineral dan kalsium lebih tinggi dengan kandungan air yang lebih rendah dibanding tepung tulang ikan tongkol.
IbM PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS LELE DENGAN KONSEP ZERO WASTE PROCESS DI KELURAHAN SUNGAI JAWI KECAMATAN PONTIANAK KOTA, KOTA PONTIANAK Nani Nuraenah; Kristina Novalina; Ika Meidy Deviarni

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.007 KB) | DOI: 10.35891/tp.v7i2.507

Abstract

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang cukup diminati oleh masyarakat di Indonesia, termasuk masyarakat di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Tingginya konsumsi ikan lele menyebabkan menjamurnya budidaya lele di Kalbar, salah satunya di wilayah Danau Sentarum Kelurahan Sungai Jawi, Kota Pontianak. Hal yang sering dikeluhkan oleh pembudidaya lele adalah keuntungan hasil penjualan lele segar yang relatif kecil mengingat tingginya biaya produksi khususnya biaya pakan dan turunnya harga jual lele ketika musim panen raya tiba. Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu pengembangan usaha budidaya ikan lele tersebut adalah dengan mengembangkan produk-produk pengolahan berbasis lele sebagai usaha pendamping. Dalam bentuk produk olahan lele diharapkan nilai jual ikan lele dapat ditingkatkan, bahkan pada saat panen raya sekalipun. Tujuan umum dilaksanakannya kegiatan PKM ini adalah terbentuknya usaha produk olahan berbasis lele dengan konsep produksi bersih sebagai pendamping usaha budidaya lele. Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini terdiri dari: demontrasi pembuatan produk nugget, kerupuk tulang, dan keripik kulit lele; kuisoner; dan investasi alat pengolahan produk lele. Indikator keberhasilan terlaksananya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) didasarkan pada tercapainya luaran berupa pemahaman mitra terhadap materi pelatihan, keterampilan mitra kerja dalam mengolah lele menjadi produk, ketersediaan alat produksi yang memadai, dan minat mitra kerja untuk membentuk usaha produk olahan lele. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah 100% mitra kerja bertambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah daging lele menjadi produk nugget, tulang ikan menjadi kerupuk tulang ikan, dan kulit ikan menjadi keripik kulit dan mitra kerja berminat untuk membentuk usaha olahan lele tersebut dan usaha tersebut sudah didukung dengan peralatan produksi yang memadai.  
Studi Hidroksiapatit Dari tulang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang Diisolasi Dengan Metode Kalsinasi termal dan Hidrolisis Alkali Kristina Novalina Nainggolan; Yudha Perdana Putra; Vivin Primadini
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 1 No 2 (2020): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.516 KB) | DOI: 10.31573/manfish.v1i02.173

Abstract

Hidroksiapatit adalah komponen mineral utama penyusun tulang dan gigi. Dalam dunia medis, hidroksiapatit banyak digunakan sebagai bahan pelapis implan tulang dan bahan pengisi untuk menggantikan tulang yang diamputasi. Tulang ikan nila merupakan salah satu bahan baku yang berpotensi sebagai sumber hidroksiapatit alami. Penelitian ini difokuskan pada isolasi hidroksiapatit dari tulang ikan nila dengan metode kalsinasi termal dan hidrolisis alkali. Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan yaitu : (1) isolasi hidroksiapatit dari tulang ikan nila dengan metode kalsinasi termal dan hidrolisis alkali; (2) mengukur kandungan proksimat (kadar protein, lemak, air, dan abu) berdasarkan SNI 01-2354.4-2006, SNI 01-2354.3-2006, SNI 01-2354.2-2006 dan SNI 01-2354.1-2006; (3) mengukur kandungan fosfor dalam hidroksiapatit dari tulang ikan dengan metode kompleks biru-molibdem; dan (4) mengukur kandungan kalsium dalam hidroksiapatit dari tulang ikan nila menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Rendemen hidroksiapatit tulang ikan nila yang diperoleh melalui metode kalsinasi termal dan hidrolisis basa berturut-turut adalah 6,15 ± 0,80 dan 4,81 ± 0,56. Kandungan proksimat (air, abu, protein, dan lemak) hidroksiapatit tulang ikan nila yang diperoleh melalui metode kalsinasi termal berturut-turut adalah : 1,43 ± 1,11; 94,31 ± 3,34; 0,39 ± 0,38; dan 0,08 ± 0,04. Sedangkan yang diperoleh melalui metode hidrolisis basa berturut-turut adalah : 3,12 ± 0,88; 86,09 ± 4,19; 1,04 ± 0,37; 0,75 ± 0,69. Kandungan kalsium dan fosfor hidroksiapatit tulang ikan nila yang diperoleh melalui metode kalsinasi termal dan hidrolisis basa relatif sama, yaitu kalsium berkisar 10,48 – 10,65 % dan fosfor berkisar 6,06 – 6,28 %; dengan molar rasio berkisar pada 1,29 – 1,36
Ekstraksi Enzimatik Kitin dan Kitosan dari Limbah Udang Kristina Novalina Nainggolan
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 4 No 1 (2023): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Chitin is a biopolymer that compiles the shells of insects and crustaceans and the cell walls of fungi, diatoms, bacteria, and algae, while chitosan is chitin derivate. Both of the products have essential roles in various industrial fields. Chitin and chitosan are often produced chemically from shrimp waste (head and the shell). However, chemical residues and poor product characteristics are the weaknesses of this method. Another alternative method is to extract the products enzymatically. Products with better and more specific results and more environmentally friendly processes but have longer processing times at higher costs are the considerations of the enzymatic method. This review focuses on the enzymatic extraction of chitin and chitosan from shrimp shells, including the development and challenges of the process. Chemically and enzymatically, chitin extraction consists of pre-treatment, demineralization, and deproteinization stages, followed by deacetylation to obtain chitosan. Enzymatic shrimp waste demineralization is mainly through a fermentation process using lactic acid bacteria while deproteination with bacteria or protease enzymes. Enzymatic deacetylation of chitin uses enzymes or microbial strains that produce chitin deacetylates. So far, microbial strains or enzyme and fermentation conditions that can extract shrimp waste into chitin with reasonable effectiveness have been found. Moreover, the by-products of enzymatic extraction are rich in high-quality protein, carotenoids (especially astaxanthin), and minerals (especially calcium).