Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Need Assessment Insfrastruktur Kesehatan Masyarakat Daerah Tertinggal di Jawa Timur Martini, Santi; Devy, Shrimarti R; Sudarmaji, Sudarmaji; Nadhiroh, Siti R; Nurmala, Ira; Hargono, Rahmat; Rahmayanti, Riris; Hidayat, Sho’im; Martiana, Tri; Rahman, Firman Suryadi
IPTEK Journal of Proceedings Series No 5 (2017): Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pembangunan Infrastruktur Indonesia (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2017i5.3182

Abstract

Pelaksanaan kegiatan Pro-sehat Daerah Tertinggal (DT) Universitas Airlangga tahap II tahun 2015 dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, terdiri dari koordinasi tingkat kabupaten, koordinasi tingkat kecamatan atau puskesmas, pengembangan Tim pro-sehat DT di puskesmas, identifikasi masalah tingkat desa, penentuan prioritas masalah dan strategi penyelesaian masalah.  Dalam tata kelola kegiatan di tingkat pedesaan, peran kepala desa sangat penting karena kepala desa sangat menentukan berbagai kegiatan yang akan dilakukan di desa. Untuk itu perlu dilakukan advokasi sehingga program kesehatan dapat masuk sebagai agenda pembangunan desa. Advokasi tidak hanya pada tingkat desa, namun juga sampai pada tingkat kecamatan dan kabupaten sehingga kebijakan pembangunan kesehatan masyarakat di pedesaan akan mendapat dukungan politis dari pengampu kebijakan. Koordinasi ditingkat kabupaten, kecamatan dan desa dilakukan  melalui kunjungan dan sosialisasi. Selanjutnya dilakukan kegiatan utama yaitu  need assessment  dengan perwakilan kecamatan, kepala desa, serta puskesmas. Kegiatan need assessment  dilakukan secara kualitatif dengan berbagai metode sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di masing-masing kabupaten, yaitu : NGT (nominal grup technique),  wawancara mendalam dan Focus Group Discussion.  Hasil need assessment di empat Kabupaten tertinggal di Jawa Timur (Bangkalan, Sampang, Bondowoso dan Situbondo) menunjukkan bahwa air bersih menjadi masalah utama bagi warga yang tinggal di desa-desa terpilih.  Disamping air bersih, sanitasi dan akses ke pelayanan kesehatan (termasuk didalamnya ketersediaan, keberterimaan dan kualitas bidan) merupakan permasalahan kedua dan ketiga yang mendominasi di 4 kabupaten tersebut. Penyebab utama dari masalah air bersih adalah  dikarenakan faktor alam dan teknologi.  Faktor alam terkait dengan sumber air yang sedikit dan sulit dijangkau.  Faktor teknologi disini karena permasalahan yang sudah berlangsung lama belum juga diwujudkan solusinya dengan menggunakan teknologi tepat guna, seperti pipanisasi, penjernihan air, pendeteksian sumber air.
B3 Waste Management and Health Workers Complaint In. Inka (Persero) Madiun City Tentrami Hayuning Ichtiakhiri; Sudarmaji Sudarmaji
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN Vol. 8 No. 1 (2015): Jurnal Kesehatan Lingkungan
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jkl.v8i1.2015.118-127

Abstract

Abstract: Disposal  of industrial products containing chemical compounds especially harmful and toxic material negative impact  on the environment and human  health. PT. INKA (Persero)  is a company engaged in manufacturing and railway services generating B3 waste  from the production process.. B3 waste  is used oil/oil cooler  scars, B3 cans  (cans  of paint, thinner, drums), used batteries,  sand  ex. blasting,  dust ex. blasting,  plasma  crust, former rags, waste  fiber glass.  B3 waste containing various heavy  metals  such as Pb, Cu, Hg, and Fe. This can be avoided by doing  the B3 waste  management in industry.  The  purpose of this research is describing the  implementation of B3 waste  management and  perceived health  complaints of workers.  This research is a descriptive cross-sectional design. The sample of respondents was taken by total sampling with a sample size  of 10 workers  B3 waste management. The research variables  are B3 waste management (sorting, storage, collection, transportation, utilization, processing, stockpiling) and health complaints. The results  showed that PT. INKA (Persero)  has  not qualified  in terms  of B3 waste  management such as sorting  and storage. Health complaints are often perceived by employees is a headache and skin irritation. In this research required the  supervision of B3 waste  management in PT. INKA (Persero)  as well as increased awareness of workers  to wear protective equipment to manage waste.Keywords: B3 Waste Management, Health Complaints
Impact Analysis of Noise Intensity with Hearing Loss on Laundry Worker Rindy Astike Dewanty; Sudarmaji Sudarmaji
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN Vol. 8 No. 2 (2016): Jurnal Kesehatan Lingkungan
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jkl.v8i2.2016.229-237

Abstract

Abstract: Laundry unit at a hospital can be a source of noise. The impact was very dangerous for workers, especially against hearing. From the results of a preliminary survey of the noise intensity measurements obtained intensity noise of 81.2 dB (A). The purpose of this study was to analyze the effects of noise on hearing loss intensity laundry attendant. This study was an observational with cross sectional design. The instrument used was a questionnaire to see the characteristics of the respondent, sound level meter to measure the intensity of noise and audiometry test to measure the threshold of hearing respondents. The research subject as many as 16 workers of laundry. Based on the results of the study states that 75% of the existing work in the laundry unit has a noise intensity exceeds the required value and 12 officers were on the section. The measurement results with minimum of 65.4 dB (A), to a maximum of 84.0 dB( A) andthe average intensity of noise by 79.04 dB (A). Obtained eight workers (50%) had hearing loss right ear and 6 offi cers (37.5%) had hearing loss left ear. There was a relationship between impaired right ear with noise intensity (Spearman; r = 0.577). The need hearing health for periodic examination least once a year, reducing device noise to keep the noise source, and personal protective equipment (PPE).Keywords: hearing loss, intensity noise, laundry
KUALITAS LINGKUNGAN DI INDUSTRI RUMAH TANGGA PENYAMAKAN KULIT DAN KELUHAN KESEHATAN PEKERJA Yopi Riski Mei Sandra; Sudarmaji Sudarmaji
Jurnal Berkala Kesehatan Vol 4, No 1 (2018): JURNAL BERKALA KESEHATAN
Publisher : Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.389 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v4i1.5645

Abstract

Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah yang relatif besar dan bahan kimia, sehingga usaha ini akan menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai polutan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas industri rumah tangga penyamakan kulit dan keluhan kesehatan. Desain penelitian ini observasional dengan studi deskriptif. Penelitian dilakukan di penyamakan kulit CV. Sidiq Bersaudara, Magetan, dengan populasi penelitian dari 15 pekerja laki-laki. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Hasil penelitian didapatkan mayoritas pekerja berumur <35 tahun, telah bekerja selama 5-10 tahun, memiliki pengetahuan jelek, memiliki sikap baik, higiene personal yang baik, dan selalu menggunakan alat pelindung diri (APD). Kualitas lingkungan meliputi kondisi fisik bangunan yang kuat, terdapat fasilitas sanitasi yang memadai, tidak memiliki instalasi pengelolaan limbah cair, diketemukan vektor lalat, dan dirasakan bau  menyengat. Hasil pengukuran subjektif keluhan pekerja mayoritas pekerja gatal-gatal pada kulit dan pengujian kadar kromium  dalam sampel urin pekerja keseluruhan masih dibawah angka normal yang ditetapkan dan kadar kromium air limbah outlet sebesar 0,799 mg/L melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 0,5 mg/L.
KONSUMSI IKAN LAUT KADAR MERCURY DALAM RAMBUT DAN KESEHATAN NELAYAN DI PANTAI KENJERAN SURABAYA (Sea Fish Consumption, Degree of Mercury Content in Hair, and Fisherman Health at Surabaya Kenjeran Beach, Indonesia) Sudarmaji Sudarmaji; Adi Heru Sutomo; Agus Suwarni
Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol 11, No 3 (2004): November
Publisher : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jml.18627

Abstract

ABSTRAKPantai Kenjeran di Surabaya mempunyai banyak fungsi baik sebagai tempat rekreasi, perikanan serta tempat pembuangan limbah dari kota Surabaya. Studi sebelumnya telah menjelaskan bahwa pantai Kenjeran telah tercemar khususnya Hg. Polutan ini telah diindikasikan terdapat dalam ikan yang dikonsumsi masyarakat sekitar. Penelitian ini mengkaji dampak mengkonsumsi ikan dari Kenjeran kaitannya dengan kesehatan masyarakat yang menkonsumsi ikan. Peneliltian ini rnengambil sample 70 orang yang mengkonsumsi ikan dan 45 orang sebagai kontrol grup. Dalarn penelitian ini rambut responden diambil dan dikaji dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Penelitian ini menghasilkan bahwa responden yang mengkonsumsi ikan sebanyak rata-rata 99,11 gram/hari mempunyai kadar Hg dalam rambutnya sebesar 0.511 ppb. Penelitian ini mengindikasikan gejala-gejala penyakit yang terjadi pada mereka yang rnengkonsumsi ikan antara lain ginjal, pusing-pusing, tumor, pendarahan gusi, dan gangguan penglihatan. Penelitian ini rnenyimpulkan adanya korelasi yang signifikan antara responden yang mengkonsumsi ikan yang tercemar dengan kadar Hg dalam rambutnya. ABSTRACTSurabaya Kenjeran Beach, as a part of Eastern coastal area at East Java, functions as a sea recreation place and fishing. The condition of Surabaya Kenderan Beach is polluted by Hg as observed by previous researchers. They suggested that water, sediment, and fish from Kenjeran beach were already contaminated by Hg at dangerous level. Fisherman communities is one of the group which have a risk of getting affected by methyl Hg, because they usually consume fish from sea. This research is to study the relationship between consumption of sea fish and degree of Hg in fisherman’s hair, to measure the average degree of Hg in their hair and then to compare it with limit value. It is also studying the health disorder that likely appears as a result of Hg poisoning. This research took place at Kenjeran district, Bulak sub district, Surabaya. The number of samples for group who affected by Hg are 70 persons and controlled group are 45 person. Respondent’s hair (research subject) was taken and then observed by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) No Flame. In conclusion, statically there is a significant relationship between the consumption of sea fish and the degree of Hg in hair. The average degree of Hg in the affected group’s hair is higher than that of the controlled group. However, it does not exceed the limit value recommended by the National Research Council (NRC). Also, there is significant relations between degree of Hg in hair and healthy disorder sigh (subjective symptoms).