Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh transaksional elit politik terhadap model komunikasi politik pilwalkot Serang 2018 Rangga Galura Gumelar; Ikhsan Ahmad; Iman Mukhroman
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 9, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.677 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v9i1.24439

Abstract

Transformasi sistem sentralistik menjadi disentralistik adalah hasil perjuangan reformasi yang berdampak sangat besar bagi perubahan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia. Ruang demokrasi lokal kemudian menjadi menarik untuk diikuti karena dinamika kontestasi politiknya semakin hidup melalui jalur partai politik tetapi juga menciptakan model kepemimpinan transaksional. Kekuatan modal telah berperan di setiap tahapan proses kontestasi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh transaksional elit politik terhadap model komunikasi politik dalam Pilwalkot  Serang tahun 2018, dimana fokus perhatian pada penelitian ini tentunya melihat bagaimana proses demokrasi ini terbebas dari praktek-praktek transaksional yang dapat berpengaruh pada arah penurunan substansial demokrasi itu sendiri. Pendekatan penelitian ini menggunakan perspektif post-positivistik menggabungkan pada pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang mengolah data berdarsarkan pada jumlah sampel yang telah ditentukan pada populasi yang ada. Analisis data dari hasil angket yang disebarluaskan pada sampel kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan path analisis menjelaskan Komunikasi Politik merupakan faktor yang cukup penting dan memiliki peran yang signifikan Sedangkan ideologi partai politik memberikan gambaran yang sangat signifikan. Artinya ketika ideologi partai bersumber pada finansial, maka semuanya akan tergantung pada janji dan nilai transaksi politik yang diandalkan. Hasil Penelitian menunjukkan korelasi antara Komunikasi politik uang terhadap transaksional politik terbilang cukup kuat, artinya komunikasi Politik memiliki korelasi yang cukup tinggi terhadap transaksional politik. Demikian pula Korelasi Ideologi terhadap transaksional politik adalah kuat artinya parpol tidak memiliki kekuatan dan idealisme ketika berbenturan dengan dana atau kekuatan finansial. Sedangkan korelasi antara Komunikasi Politik, Ideologi, terhadap Transaksional Politik adalah kuat, artinya kekuatan transaksional yang dilakukan oleh para elit sudah sangat masif dan memiliki peran yang sangat kuat.
EKSISTENSI DAN PERLAWANAN KAUM EMAK-EMAK DALAM PARADIGMA FEMINISME PADA PILPRES 2019 Rangga Gumelar; Iman Mukhroman; Ikhsan Ahmad; Zakaria .
Jurnal Riset Komunikasi Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31506/jrk.v13i2.16657

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana eksistensi para emak-emak dalam kontes pilpres 2019 pada Sudut Pandang Feminisme Liberalisme Pada Selubung Ideologi Patriaki. Banyak nilai-nilai dari cara berpikir ideologi patriaki yang kemudian menjadi bagian penting dan memiliki nilai dalam kehidupan sosial di masyarakat Indonesia. Ideologi tersebut seakan dengan tidak memberikan kesempatan para kaum emak-emak dalam kancah politik. Apakah fenomena saat ini sebagai gerakan yang sangat berati dalam peningkatan dan peran wanita atau hanya sebagai komodifikasi dalam politik semata. Dengan pendekatan dan metode kualitatif, penelitian ini mencoba menggambarkan apa yang kemudian terjadi diatas fenomena emak-emak dalam piplres 2019 dan konsep diri yang melekat. Observasi dan wawancara mendalam merupakan tehnik yang diakui sebagai sebuah validasi dalam penilitian kualitatif, termasuk didalamnya adanya triangulasi oleh peneliti. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Partisipasi perempuan dalam ranah politik tidak dapat dilepaskan dari pengaruh sistem budaya patriarki yang diwarnai dengan dominasi laki-laki atas perempuan. Masih banyak kaum emak-emak yang memilih lebih cenderung pada kaykinan sesaat bukan pada ideologi yang ada, artinya lebih cenderung damai dan menerima. Sehingga siapapun sesungguhnya yang menjadi pemenang bukanlah masalah bagi kaum emak-emak ini. 
Pembentukan Opini Publik pada Pemilihan Umum 2024 (Studi Kasus Opini Publik – Survey Elektabilitas Capres-Cawapres 2024 Pasca Debat Pertama) Iman Mukhroman; Ikhsan Ahmad; Rangga Galura Gumelar
Syntax Idea 2471-2482
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/syntax-idea.v6i6.3436

Abstract

Lazimnya pesta demokrasi rakyat lima tahunan, Pemilihan Umum 2024 di Indonesia selalu memunculkan ketegangan politik seiring kampanye calon legislatif dan Presiden-Wakil Presiden, terlebih PEMILU 2024 merupakan Pemilu serentak pertama yang memilih calon legislatif dan Capres-Cawapres bersamaan. Survey -survey yang dilakukan oleh Lembaga survey yang dideminasikan melalui media massa utamanya media sosial turut menyertai pembentukan Opini Publik terkait Partai Politik dan elit Partai yang berkontestasi pada PEMILU 2024, khususnya terkait dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden untuk 5 tahun yang akan datang. Pasangan Prabowo-Gibran, memimpin dalam survei elektabilitas dari mayoritas Lembaga survey, meskipunpada debat pertama pada 12 Desember 2023 memicu kontroversi di media sosial. Dalam debat perdana yang ditayangkan secara langsung, dapat dikatakan bahwa Anies Baswedan memiliki keunggulan dalam penyampaian gagasan terkait visi-misinya menjadi Presiden, disusul oleh Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, tetapi dalam hal opini yang mengemuka di media sosial kecenderungan Prabowo Subianto yang sedikit unggul dibanding 2 calon lainya. Terdapat kecenderungan calon yang bisa menguasai pesan-pesan melalui media sosial, dialah yang akan kemudian bisa membentuk opini publik yang positif baginya untuk bisa memenangkan kontestasi menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada PEMILU 2024.