Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional Lancy Maurina; Mahlinda Mahlinda; Abdul Thalib; Ridho Kurniawan
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v11i2.6935.138-144

Abstract

Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah penghasil garam di Indonesia, dengan daerah utama penghasil garam terdapat di Kab. Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tamiang dan Simeuleu. Umumnya, proses pengolahan garam masih dilakukan secara tradisional dengan cara perebusan air garam menggunakan kayu bakar sebagai pemanas hingga air menguap dan menyisakan butiran garam berwarna putih buram. Teknologi perebusan ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya harga kayu bakar semakin mahal, jumlah produksi sangat terbatas dan mutu garam yang dihasilkan masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses kristalisasi garam menggunakan geomembran, menghitung kapasitas produksi dan menguji produk sesuai SNI. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan proses produksi garam tradisional. Hasil penelitian menunjukkan, lahan geomembran dapat menghasilkan garam lebih banyak dengan selisih sebesar 1.100 kg/10 hari atau terjadi peningkatan produksi sebesar 122,22 %. Hasil uji kadar NaCl menunjukkan kadar NaCl garam geomembran lebih tinggi 6,12% dari garam tradisional. Sementara, hasil pengujian warna menunjukkan garam geomembran berwarna putih jernih, sementara garam tradisional memiliki warna putih buram.
Ektraksi getah jernang (Daemonorops draco) sistem basah dengan dua tahapan proses: perbedaan rendemen dan mutu [Extraction of dragon’s blood (Daemonorops draco) wet system by two-step process: effect of yield and quality] Mahlinda Mahlinda; Abdul Thalib; Lancy Maurina; Ridho Kurniawan; M Dani Supardan
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol 12, No 1 (2020)
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24111/jrihh.v12i1.5924

Abstract

Abstrak. Jernang (dragon’s blood) merupakan resin berwarna merah yang diekstrak dari buah rotan (Daemonorops draco). Resin ini merupakan salah satu produk hasil hutan non-kayu yang sudah digunakan secara terus menerus sebagai obat (antibakteri, antikanker, antiviral, antiinflamasi), pewarna, bahan kemenyan dan vernis. Secara tradisional, getah jernang diekstrak menggunakan teknik sederhana dengan menghentakkan buah rotan segar di dalam keranjang rotan sehingga resin yang menempel terlepas dan jatuh dari kulitnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh ekstrak buah rotan menggunakan dua tahapan proses (proses tahap pertama menggunakan buah rotan segar dan proses tahap kedua menggunakan limbah buah rotan dari proses tahap satu). Pada proses tahap pertama, penelitian dilakukan dengan cara buah jernang segar dikumpulkan, sortasi, ekstraksi, pemisahan, pengendapan, pengepresan, pengeringan dan pengujian mutu. Sedangkan pada proses tahap kedua, dilakukan dengan cara mengumpulkan ampas buah jernang (dari proses tahap I), pelumatan, penyaringan, pengendapan, pengepresan, pengeringan dan pengujian mutu. Hasil pengujian menunjukkan, untuk proses tahap pertama memperoleh rendemen resin 2,56% dengan kadar resin 60,86%, pengotor 12,56%, abu 5,44% dan berwarna merah gelap. Sementara, proses tahap kedua memperoleh rendemen resin sebesar 3,99% dengan kadar resin 30,73%, pengotor 49,2%, abu 7,32% dan berwarna merah terang. Dibandingkan dengan SNI 1671–2010, produk resin dari tahap pertama memenuhi mutu A dan mutu B untuk resin dari proses tahap kedua.Kata Kunci : jernang; resin; rotan; ekstraksi Abstract. Jernang (dragon’s blood) is a red resin extracted rattan fruit (Daemonorops draco). This resin is one of the non timber forest products that has been continously used as medicine (anti bacterial, anticancer, antiviral, anti-inflammatory activity and antioxidant), dyes, incenses materials and varnish. Traditionally,  a simple technique to extracted dragon’s blood resin by pounding fresh rattan fruits in a rattan basket so that the resin that adheres to the outer fruit skins become loose and fall from those skins. The aim of this study was to extract rattan fruit (daemonorops draco) using two-step process (first process by using fresh rattan fruits and second process by using rattan fruit waste from first process). The result of this research showed that the first step obtains 2,56 % dark red resin yield which contain 60,85% of resin, 12,56% of  impurities and ash 5,44 % of ash respectively. Meanwhile, the second step obtains yield of light resin 3,99% with resin content 30,73%, impurities 49,2% and ash 7,32%. According to SNI  1671-2010,  resin product from first and second step  process is A and B respectively.Keywords : dragon blood; resin; rattan; extraction
Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional Lancy Maurina; Mahlinda Mahlinda; Abdul Thalib; Ridho Kurniawan
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.347 KB) | DOI: 10.24960/jli.v11i2.6935.138-144

Abstract

Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah penghasil garam di Indonesia, dengan daerah utama penghasil garam terdapat di Kab. Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tamiang dan Simeuleu. Umumnya, proses pengolahan garam masih dilakukan secara tradisional dengan cara perebusan air garam menggunakan kayu bakar sebagai pemanas hingga air menguap dan menyisakan butiran garam berwarna putih buram. Teknologi perebusan ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya harga kayu bakar semakin mahal, jumlah produksi sangat terbatas dan mutu garam yang dihasilkan masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses kristalisasi garam menggunakan geomembran, menghitung kapasitas produksi dan menguji produk sesuai SNI. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan proses produksi garam tradisional. Hasil penelitian menunjukkan, lahan geomembran dapat menghasilkan garam lebih banyak dengan selisih sebesar 1.100 kg/10 hari atau terjadi peningkatan produksi sebesar 122,22 %. Hasil uji kadar NaCl menunjukkan kadar NaCl garam geomembran lebih tinggi 6,12% dari garam tradisional. Sementara, hasil pengujian warna menunjukkan garam geomembran berwarna putih jernih, sementara garam tradisional memiliki warna putih buram.