Cica Kasipah
Balai Besar Tekstil, Kementerian Perindustrian, Bandung

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

FIKSASI KITOSAN PADA KAIN KATUN SEBAGAI ANTIBAKTERI Wiwin Winiati; Cica Kasipah; Rizka Yulina; Tatang Wahyudi; Agus Surya Mulyawan; Wulan Septiani
Arena Tekstil Vol 29, No 1 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (969.547 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i1.847

Abstract

Tujuan penelitian adalah mendapatkan metode fiksasi/pembubuhan kitosan pada kain katun untuk memperoleh kain katun yang bersifat antibakteri,  penelitian dilakukan dilaboratorium dan   selanjutnya metoda yang ditemukan di uji-coba dengan skala pilot di industri tekstil. Pada penelitian ini fiksasi  kitosan pada kain katun dilakukan dengan metoda kimia, yaitu modifikasi kovalen pada serat kapas yang merupakan serat selulosa dengan pembentukan gugus aldehida yang akan berikatan dengan gugus amina pada kitosan yang dilakukan dengan cara perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses oksidasi selulosa pada kain katun hingga memiliki gugus aldehida yang kemudian berikatan dengan gugus amina pada kitosan telah menghasilkan fiksasi kitosan pada kain  katun,  sehingga memberikan sifat antibakteri pada kain katun.  Penggunaan kitosan dengan BM 171.790 Da sebagai zat antibakteri pada kain katun telah menghasilkan kain katun antibakteri yang memiliki ketahanan terhadap proses pencucian, dan pemanasan (setrika), tidak menurunkan parameter kualitas tekstilnya seperti kekuatan  dan kenampakannya,  serta cocok (compatible) dengan zat-zat kimia tekstil yang digunakan pada proses tekstil  yaitu proses pencelupan. Hasil percobaan pembuatan kain katun antibakteri di laboratorium, telah diaplikasikan di industri dan memberikan hasil yang baik.
PELAPISAN KITOSAN PADA KAIN KATUN DENGAN CARA PERENDAMAN DAN ELEKTROSPINNING Cica Kasipah; Wiwin Winiati
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2834.219 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i2.880

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bahan tekstil yang dilapisi  kitosan yang diharapkan dapat digunakan sebagai penutup luka.  Penelitian dimulai dengan isolasi kitin dari kulit udang, dilanjutkan dengan proses deasetilasi kitin untuk mendapatkan kitosan.  Dilakukan pelapisan larutan kitosan pada kain katun yang berupa kain kasa dan kain tenun dengan cara perendaman dan pelapisan kain kasa dengan cara elektrospinning.  Untuk mengetahui karakteristik  hasil pelapisan dilakukan pengujian permeabilitas dan uji degradasi dengan enzim lisozim, yang merupakan parameter yang diperlukan pada penutup luka, serta pengamatan dengan Scanning Electron Microscope.  Pelapisan kitosan  pada kain katun mempunyai permeabilitas terhadap uap air yang baik, yaitu antara 3900-5400 mg/hari/L, dan pelapisan kasa perban dengan kitosan dalam pelarut asamtrifloroasetat (TFA) memberikan hasil yang tertinggi.  Pelapisan dengan teknik elektrospinning hanya dihasilkan lapisan kitosan pada bahan penunjang, belum memperoleh serat atau butiran kitosan dengan ukuran nano ataupun mikro. Pada pengujian degradasi terhadap enzim lisozim, semua bentuk kain yang dibubuhi kitosan,  kandungan kitosannya  telah habis terdegradasi pada 1 jam pertama waktu degradasi.  Maka  kecepatan degradasi kitosan pada kain yang dibubuhi kitosan tersebut mempunyai kecepatan degradasi kitosannya  yang lebih besar dari hasil perhitungan untuk degradasi 1 jam, yaitu > 5,925 mg/cm2.jam.
EKSTRAKSI SERAT BAMBU DARI BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI KREATIF Tatang Wahyudi; Cica Kasipah; Doni Sugiyana
Arena Tekstil Vol 30, No 2 (2015)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1648.65 KB) | DOI: 10.31266/at.v30i2.1958

Abstract

Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi serat bambu dari bambu tali (Gigantochloa apus) yang dapat dipintal menjadi benang serat bambu sebagai bahan baku industri kreatif. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh metode optimum ekstraksi serat bambu dengan proses kombinasi kimia-mekanis yang lebih ramah lingkungan dan mengevaluasi karakteristik serat bambu tali siap pintal yang dihasilkan. Metode ekstraksi serat bambu meliputi proses degumming, pengelantangan, pencucian, softening dan opening. Pengaruh proses kimia dievaluasi melalui variasi konsentrasi NaOH 10 dan 20 g/L di dalam perlakuan panas dan tekan menggunakan autoclave dengan tekanan 1 kg/cm2. Hasil karakterisasi fisik menunjukkan bahwa serat bambu siap pintal diperoleh pada kondisi optimum proses degumming menggunakan konsentrasi NaOH 20 g/L. Komposisi bundel serat bambu yang dihasilkan pada kondisi proses optimum mengandung 18,86% lignin dan 18,54% hemiselulosa. Hasil evaluasi sifat fisika menunjukkan bahwa serat bambu yang dihasilkan memiliki kekuatan tarik 24,84 kg, nilai mulur rata-rata 48,1%, moisture regain 7,7%, moisture content 7,1%, dan tenacity 0,09 N/Tex. Serat bambu yang dihasilkan dapat dipintal dengan baik menggunakan mesin jantra dan telah berhasil dibuat menjadi produk kreatif kerajinan.
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENCELUPAN KAIN KAPAS TERHADAP ZAT WARNA REAKTIF MELALUI PROSES KATIONISASI Cica Kasipah; Eva Novarini; Emma Yuniar Rakhmatiara; Dikdik Natawijaya
Arena Tekstil Vol 30, No 2 (2015)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2757.839 KB) | DOI: 10.31266/at.v30i2.1949

Abstract

Proses kationisasi kain kapas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pencelupan kain kapas terhadap zat warna reaktif melalui modifikasi makromolekul selulosa sehingga memiliki muatan positif untuk mempermudah pengikatan gugus anion pada zat warna reaktif. Penelitian ini menggunakan polidialildimetil amonium klorida (PDADMAC) dan amonium sulfat untuk memberikan muatan positif pada serat kapas. Spektra Fourier Transmitance Infra Red Spectrophotometer (FTIR) menunjukkan adanya kandungan kelompok kationik pada kainkapas yang dikationisasi dengan PDADMAC dan amonium sulfat. Kationisasi kain kapas dengan PDADMAC memberikan nilai ketuaan, intensitas dan beda warna yang lebih baik dibandingkan amonium sulfat. Nilai optimum penggunaan PDADMAC yaitu pada konsentrasi 4 g/l (dengan nilai K/S = 11,86; ΔE =10,34 (ΔE>6,0);I = 515,14%;skala nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian 4-5; gosokan basah 3; gosokan kering 3 dan penyinaran buatan 2). Nilai optimum penggunaan amonium sulfat yaitu pada konsentrasi 0,5 g/l (dengan nilai K/S = 4,89, ΔE = 3,64; I = 144,87; skala nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian 4-5; gosokan basah 4-5; gosokan kering 4 dan penyinaran buatan 4). Penggunaan PDADMAC dan amonium sulfat tidak mengakibatkan penurunan kekuatan tarik kain. Kationisasi dapat mengurangi bahkan mengeliminasi penggunaan zat pembantu pada pencelupan kain kapas dengan zat warna reaktif. PDADMAC dapat menghilangkan penggunaan elektrolit dan alkali. Sedangkanamonium sulfat dapat menghilangkan penggunaan elektrolit dan mengurangi pemakaian alkali.
KATIONISASI PERMUKAAN KAIN KAPAS UNTUK MENINGKATKAN PENYERAPAN NANOPARTIKEL PERAKSEBAGAI ZAT ANTIBAKTERI Cica Kasipah; Tatang Wahyudi
Arena Tekstil Vol 28, No 1 (2013)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.039 KB) | DOI: 10.31266/at.v28i1.861

Abstract

Kationisasi kain kapas dilakukan untuk meningkatkan penyerapan nanopartikel perak yang berfungsi sebagai zat antibakteri. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi kain kapas dikationisasi dengan metode perendaman (exhaust) menggunakan 3-kloro-2- hidroksipropil trimetil ammonium klorida (CHPTAC) dengan variasi konsentrasi 4-14% v/v, kemudian kain kapas normal dan kain kapas terkationisasi di rendam dalam larutan koloid nanopartikel perak 154 ppm, vlot 30:1 pada suhu 80˚C selama 30 menit. Hasil karakterisasi menggunakan Fourier Transmitance Infra Red Spectrophotometer (FTIR) menunjukkan bahwa kain kapas terkationisasi mempunyai puncak serapan gugus ammonium pada bilangan gelombang 2361 cm-1 dengan konsentrasi CHPTAC optimum 12%. Hasil perendaman kain kapas terkationisasi dengan koloid nano partikel perak memiliki sifat antibakteri di atas 15 kali pencucian rumah tangga.
PENGARUH BERAT MOLEKUL KITOSAN TERHADAP FIKSASI KITOSAN PADA KAIN KAPAS SEBAGAI ANTIBAKTERI Rizka Yulina; Wiwin Winiati; Cica Kasipah; Wulan Septiani; Agus Surya Mulyawan; Tatang Wahyudi
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.808 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i2.878

Abstract

Proses depolimerisasi kitosan telah dilakukan untuk memperoleh kitosan dengan berat molekul yang lebih rendah dan mengetahui sifat antibakterinya setelah difiksasi pada kain kapas. Proses depolimerisasi dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan oven microwave disertai penambahan larutan garam elekrolit NaCl dan CaCl2. Variasi proses pemanasan dilakukan pada rentang daya microwave 300-800 watt dan rentang waktu selama 5-25 menit. Berat molekul kitosan ditentukan dari viskositasnya dan dihitung menggunakan persamaan Mark Houwink. Hasil depolimerisasi kitosan menggunakan pelarut campuran CH3COOH 1% /CaCl2 0,25 M dengan rasio volume 7:3 dan rentang daya microwave 300-650 watt telah berhasil menurunkan berat molekul kitosan secara signifikan dari 171.790 Da hingga mencapai 59.746 Da. Hasil analisa terhadap spektra Fourier Transform Infra Red menunjukkan bahwa proses depolimerisasi kitosan tidak mengubah gugus fungsi dari kitosan. Fiksasi kitosan terdepolimerisasi dengan rentang berat molekul 59.746-79.570 Da pada kain kapas menghasilkan sifat antibakteri yang sangat baik yakni mencapai 99-100%, sekalipun prosesnya diikuti dengan proses pencelupan warna. Hasil uji N-total menunjukkan bahwa kain kapas terfiksasi kitosan berat molekul 79.500 Da menghasilkan nilai N-total yang lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan berat molekul 171.790 Da. Hasil kurva ketuaan warna menunjukkan bahwa kitosan BM rendah cocok (compatible) dengan zat warna reaktif yang digunakan pada proses pencelupan dan memberikan warna pada kain kapas yang lebih tua dibandingkan dengan kitosan BM tinggi dan tanpa kitosan.
APLIKASI KITOSAN SEBAGAI ZAT ANTI BAKTERI PADA KAIN POLIESTER-SELULOSA DENGAN CARA PERENDAMAN Wiwin Winiati; Cica Kasipah; Wulan Septiani; Eva Novarini; Rizka Yulina
Arena Tekstil Vol 31, No 1 (2016)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.365 KB) | DOI: 10.31266/at.v31i1.1448

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah membubuhkan kitosan pada kain poliester-selulosa (poliester-kapas/rayon) yang berupa kain grey dan kain yang telah diberi warna untuk mendapatkan kain poliester-selulosa yang mempunyai sifat antibakteri. Kain yang digunakan adalah poliester-kapas 65:35 berupa kain grey dan kain loreng dan poliester-rayon 70:30 yang berupa kain grey dan kain hijau AD. Aplikasi kitosan dilakukan dengan cara perendaman dengan penambahan senyawa natrium periodat sebagai oksidator. Analisa gugus fungsi dengan FTIR (fourier transform infra red) menunjukkan bahwa kitosan dengan gugus –NH2 dan -OH sebagai gugus aktifnya telah berikatan dengan poliester yang diperlihatkan dengan terjadinya  peningkatan serapan gugus C=N  dan gugus C-O,  serta penurunan gugus C=O dari ester yang menunjukkan terjadi ikatan poliester dengan kitosan; dan peningkatan serapan pada bilangan gelombang 1641 cm-1 menunjukkan terjadinya ikatan antara aldehid dan kitosan yang menunjukkan terjadinya fiksasi kitosan pada selulosa (kapas dan rayon).  Fiksasi kitosan pada kain poliester-selulosa yang berupa kain grey dan kain yang telah diberi warna telah berhasil memberikan sifat antibakteri pada kain, tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan pada serat poliester maupun serat rayon/kapas pada kain, dan tidak mengakibatkan kerusakan/penurunan  ketuaan warna pada kain yang telah diberi warna, bahkan semakin banyak kitosan yang diberikan akan meningkatkan ketuaan warna-warna tersebut.
PEMBUATAN MIKROKAPSUL MINYAK JERUK (CITRUS AURANTIFOLIA) UNTUK APLIKASI PADA PENYEMPURNAAN TEKSTIL Tatang Wahyudi; Agus Surya Mulyawan; Cica Kasipah; Untung Prayudie; Euis Julaeha
Arena Tekstil Vol 32, No 1 (2017)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.771 KB) | DOI: 10.31266/at.v32i1.2661

Abstract

Pada penelitian ini telah dilakukan destilasi minyak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan menggunakan alat hidrodestilasiStahl dan pembuatan mikrokapsulnya menggunakan polimer etil selulosa. Metode pembuatan mikrokapsul yang digunakan adalah difusi solven-emulsi/coacervation, dengan memvariasikan ratio minyak terhadap air (o/w) dan ratio core/shell sementara penggunaan jumlah emulsifier Tween 80 dan PVA masing-masing sebesar 2% dan 0,8%. Karakterisasi minyak jeruk nipis dilakukan menggunakan GC-MSD dan spektrofotometer, sedangkan morfologi mikrokapsul menggunakan SEM. Hasil percobaan menunjukkan bahwa minyak kulit jeruk nipis mengandung komponen utama 1-limonen dengan serapan maksimum teramati pada λ =296 nm. Kondisi percobaan optimum pembuatan mikrokapsul tercapai pada ratio o/w = 1:20 dan ratio core/shell= 2:1,5. Ukuran mikrokapsul minyak jeruk nipis sangat random berkisar 17,9 - 120,6 µm.
SINTESIS ORGANOBENTONIT DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ZAT TAHAN API PADA PROSES PENYEMPURNAAN TEKSTIL Tatang Wahyudi; Cica Kasipah; Agus Wahyudi
Arena Tekstil Vol 29, No 1 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2004.9 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i1.846

Abstract

Telah dilakukan penelitian modifikasi nano bentonit alam yang berasal dari daerah Tasikmalaya Jawa Barat menjadi organobentonit dengan cara mereaksikannya dengan heksadesiltrimetilamonium bromida dan tetrabutilfosfonium bromida untuk dapat digunakan sebagai zat tahan api pada proses penyempurnaan tekstil. Proses pembuatan organobentonit dilakukan dengan cara pengadukan menggunakan magnetic stirrer larutan suspensi nanobentonit sebanyak 2% dengan heksadesiltrimetilamonium bromida (HDTA)/tetrabutilfosfonium bromida (TBP) variasi kadar 0,4-2 %. Karakterisasi organobentonit hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan FTIR dan SEM. Percobaan aplikasi organobentonit hasil sintesis pada kain kapas dilakukan dengan bantuan binder poliuretan serta surfaktan non ionik, sedangkan teknik yang digunakan adalah pad-dry-cure, dengan kondisi pad (90% WPU)-dry (110oC, selama 3 menit)-cure  (140oC, selama 3 menit). Hasil percobaan menunjukkan bahwa HDTA-bentonit dan TBP-bentonit hasil sintesis  dapat meningkatkan sifat tahan api sampel kain kapas meskipun belum secara signifikan, namun demikian telah memperlihatkan pembentukan arang kain sebagai sisa hasil pembakarannya. Pengarangan sampel kain hasil penyempurnaan dengan TBP-bentonit  lebih tinggi dibanding dengan HDTA-bentonit.
APLIKASI KITOSAN SEBAGAI ZAT ANTIBAKTERI PADA KAIN POLIESTER-SELULOSA DENGAN CARA MODIFIKASI GUGUS POLIESTER-SELULOSA Wiwin Winiati; Wulan Septiani; Cica Kasipah; Arif Wibi Sana
Arena Tekstil Vol 32, No 2 (2017)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.767 KB) | DOI: 10.31266/at.v32i2.3020

Abstract

Pada penelitian terdahulu, aplikasi kitosan pada kain poliester-selulosa (kapas/rayon) dengan teknik perendaman disertai proses untuk oksidasi selulosa dengan periodat yang menghasilkan gugus aldehida, telah menghasilkan kain poliester-selulosa antibakteri. Pada penelitian ini aplikasi kitosan pada kain poliester-selulosa dilakukan melalui 2 tahap proses modifikasi gugus poliester-selulosa yaitu proses untuk menempelkan gugus amina dari alkilamina (dodesilamina) pada serat poliester dilanjutkan dengan proses untuk oksidasi selulosa dengan periodat bersamaan dengan menempelkan kitosan pada serat poliester–selulosa termodifikasi. Diketahui bahwa pada teknik padding diperlukan waktu yang lebih singkat dan diperlukan larutan padding yang lebih sedikit dari pada larutan untuk cara perendaman, pada penelitian ini proses penempelan dilakukan dengan teknik padding 2 tahap. Digunakan kain poliester-selulosa yang tidak berwarna (kain grey) dan yang telah diberi warna yaitu hijau angkatan darat (AD) dan kain loreng. Hasil penelitian menunjukkan telah dihasilkan kain poliester-selulosa yang mempunyai sifat antibakteri. Sifat antibakteri yang diperoleh mempunyai durabilitas (ketahanan) terhadap pencucian yang baik yaitu setelah pencucian berulang setara 25 kali pencucian rumah tangga, ketahanan terhadap bakteri Staphylococcus aureus hampir tidak berubah yaitu turun 0-20%, sedangkan terhadap bakteri Escherichia coli ketahanan bakteri turun sebanyak 20-40%. Penempelan kitosan dengan cara padding 2 tahap tersebut pada kain poliester-kapas/rayon berwarna, walaupun memberikan peningkatan atau penurunan nilai K/S tetapi secara visual tidak mengakibatkan perubahan ketuaan warna yang signifikan.