p-Index From 2020 - 2025
0.983
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Buletin Keslingmas
Hikmandari Hikmandari
Poltekkes Kemenkes Semarang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

TIKUS PADA DAERAH KASUS LEPTOSPIROSIS (STUDI TENTANG TIKUS DAN LINGKUNGAN PADA DAERAH KASUS LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN BANYUMAS) Ari Kusumajaya; Budi Utomo; Hikmandari Hikmandari
Buletin Keslingmas Vol 39, No 3 (2020): BULETIN KESLINGMAS VOL.39 NO.3 TAHUN 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.629 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i3.4481

Abstract

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri dari genus Leptospira dari famili Leptospiracceae, ordo Spirochaetales. Transmisi Leptospirosis terjadi melalui kontak langsung dengan binatang yang terinfeksi, misalnya tikus. Sanitasi lingkungan yang tidak semestinya seperti penyimpanan sampah dan sisa-sisa makanan yang kurang tepat di perumahan atau perniagaan akan mengundang tikus untuk menghuni daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik tikus dan lingkungan pada daerah kasus Leptospirosis di Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian ini deskriptif yaitu untuk menganalisis karakteristik tikus dan lingkungan pada daerah kasus Leptospirosis di Kabupaten Banyumas dengan menggunakan perangkap jenis single trap yang berjumlah 200 perangkap tikus. Hasil tikus yang tertangkap yaitu 56 ekor tikus. 29 ekor tikus pada habitat dalam rumah dan 27 luar rumah. Tikus yang tertangkap menggunakan umpan kelapa bakar berjumlah 29 ekor dan 27 ekor menggunakan ikan asin bakar yang berjenis Rattus Tanezumi dan Mus Muscullus dengan kepadatan tikus 28%. Tikus yang tertangkap pada daerah kasus Leptospirosis merupakan jenis tikus pemukiman/ tikus rumah. Kepadatan tikus pada daerah kasus sesuai Permenkes RI No : 50 tahun 2017 yaitu tinggi karena di atas baku mutu (1). Diharapkan masyarakat pada daerah kasus untuk menjaga sanitasi agar tidak menjadi habitat tikus.
FAKTOR RISIKO KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA Azminatus Sa'diyah; Budi Utomo; Hikmandari Hikmandari
Buletin Keslingmas Vol 41, No 1 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.1 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i1.3509

Abstract

Latar Belakang Pneumonia masih menjadi penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita. Kasus Pneumonia balita di Kecamatan Baturraden tahun 2017 sebesar 151 kasus, meningkat cukup signifikan dibandingkan kondisi tahun 2016 yaitu 126 kasus. Data rumah sehat yang terendah tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden sebesar 74,33%. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko kondisi fisik rumah terhadap kejadian Pneumonia pada balita. Metode penelitian observasional analitik dengan design case control. Hasil penelitian menggunakan analisis bivariat didapatkan faktor risiko yang signifikan dengan kejadian Pneumonia adalah pencahayaan (p=0,000 dan OR=9,048), ventilasi (p=0,002 dan OR=6,935), kelembaban (p=0,012 dan OR=4,536), kepadatan penghuni (p=0,014 dan OR=3,889), serta faktor yang tidak signifikan dengan kejadian Pneumonia adalah temperatur (p=1,000 dan OR=1,000), jenis lantai (p=0,417 dan OR=1,765), jenis dinding (p=0,327 dan OR=2,970), dan penggunaan bahan bakar (p=0,689 dan OR=1,364). Analisis multivariat menunjukkan komponen fisik yang paling berpengaruh adalah pencahayaan (p=0,003 dan OR=6,151). Disimpulkan bahwa kondisi fisik rumah merupakan faktor risiko kejadian Pneumonia pada balita. Disarankan keluarga responden memperbaiki kondisi ventilasi dan pencahayaan. Kepada Puskesmas agar melakukan inspeksi sanitasi rumah sehat dan memberikan penyuluhan. Kepada penelti selanjutnya untuk menganalisis secara terpisah komponen fisik rumah di kamar balita dan ruang keluarga dengan menggunakan alat ukut dan metode yang lebih baik.
Dinamika Penularan Penyakit Leptospirosis di Kabupaten Banyumas Aulia Fajriatun Niza; Budi Utomo; Hikmandari Hikmandari
Buletin Keslingmas Vol 39, No 2 (2020): BULETIN KESLINGMAS VOL.39 NO.2 TAHUN 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1463.567 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i2.4711

Abstract

Peningkatan kasus dan sebaran Leptospirosis yang semakin meluas di Kabupaten Banyumas dapat digambarkan dengan dinamika penularan. Penelitian ini bertujuan mengetahui dinamika penularan penyakit Leptospirosis di wilayah Kabupaten Banyumas yang meliputi model penularan dan determinan pada tahun 2018. Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan pendekatan survei kualitatif dan didasarkan pada dokumentasi catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2018. Hasil Penelitian karakteristik penderita Leptospirosis tertinggi yaitu pada kelompok umur 15-44 tahun (57%), jenis kelamin laki-laki (76%), jenis pekerjaan petani (37%), kebiasaan tidak mandi di sungai (94%), kebiasaan menggunakan alas kaki (75%), puncak waktu serangan pada bulan Maret, keberadaan sungai banwa jarak rumah kasus dengan sungai atau badan air paling jauh adalah CLB 5 dengan jarak 472,38 meter. Faktor lingkungan Leptospirosis meliputi keberhasilan penangkapan (trap success) 9,3%, jumlah tikus positif bakteri Leptospira 15 ekor dari spesies Rattus tanezumi. Kesimpulan dinamika penularan Leptospirosis dilihat dari jenis model penularan Leptospirosis di Kabupaten Banyumas Tahun 2018 adalah 5 model cluster (12%) dan 36 model separated (88%). Dugaan peneliti determinan curah hujan pada bulan Maret yaitu 11,9 mm saat terjadi puncak kasus. Saran yang dapat diberikan adalah meningkatkan surveilans penderita Leptospirosis terutama di daerah endemis, penyuluhan kepada masyarakat, kerja sama lintas sektor, menghindari atau mengurangi frekuensi kontak langsung dengan genangan air untuk meminimalisir penularan Leptospirosis.
Efikasi Insektisida Jenis Cypermethrin Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Pada Program Fogging Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong Tahun 2020 Yusvita Ariani Rahayu; Aris Santjaka; Hikmandari Hikmandari
Buletin Keslingmas Vol 40, No 3 (2021): BULETIN KESLINGMAS VOL.40 NO.3 TAHUN 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.695 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v40i3.6005

Abstract

Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Program fogging secara rutin dilakukan setiap dua minggu sekali selama lima tahun menggunakan insektisida cypermethrin, diduga telah terjadi efikasi dan uji efikasi belum pernah dilakukan yang berguna untuk mengetahui efektifitas insektisida tersebut. Tujuan peneltian yaitu mengeksplorasi efikasi insektisida cypermethrin. Jenis penelitian ini adalah eksplorasi efikasi insektisida cypermethrin dengan pendekatan kuantitatif dengan mengamati dan menganalisis jumlah kematian nyamuk Aedes aegypti yang terpapar insektisida Cypermethrin selama 5 detik pengasapan panas (fogging). Hasil penelitian menyebutkan rata-rata kematian nyamuk uji dengan replikasi sebanyak 3 kali didapatkan persentase hasil sebesar 67%. Kematian nyamuk 80% maka nyamuk tersebut dapat dikategorikan tidak efektif atau resisten terhadap insektisida Cypermethrin 15 ml. Simpulan bahwa nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari wilayah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong tidak efektif atau resisten terhadap insektisida Cypermethrin 15 ml. Saran yang diberikan yaitu menaikkan dosis insektisida melalui riset, mengganti jenis insektisida yang memiliki target site yang berbeda, serta membuat program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dikarenakan fogging tidak dapat membunuh telur dan larva sehingga densitas nyamuk tinggi.
Hubungan Higiene Perorangan Santri dan Lingkungan Fisik Asrama dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Al Qur'an Al Yusufiyah Bukateja Kabupaten Purbalingga Feltine Ika Tilofa; Lagiono Lagiono; Hikmandari Hikmandari
Buletin Keslingmas Vol 41, No 3 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.3 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i3.8789

Abstract

 Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabiei varietas humonis. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit scabies di antaranya yaitu: kontak langsung dengan penderita scabies,masih kurangnya personal higiene dan kondisi sanitasi yang buruk Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan Higiene Perorangan dan Lingkungan Fisik dengan kejadian scabies di Pondok Pesantren Al Qur’an Al Yusufiyah Desa Cipawon Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah santri putra dan putri Pondok Pesantren Al Qur’an Al Yusufiyah sebanyak 40 orang dengan metode sample random sampling. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan pengukuran. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik chi square. Hasil penelitian terdapat 24 orang (60%) positif scabies dan 16 orang (40%) negatife scabies. Hasil statistik uji chi square analisis bivariat dengan variabel higiene perorangan ada hubungan hygiene perorangan dengan kejadian scabies (p=0,001) dan pada variable lingkungan fisik ada hubungan lingkungan fisik dengan kejadian scabies (p=0,000) Kesimpulan Terdapat hubungan bermakna antara hygiene perorangan dan lingkungan fisik  dengan kejadian scabies. Disarankan untuk pengelola pondok pesantren diperlukan pemantauan serta pengawasan terhadap hygiene perorangan santri dan sanitasi lingkungan, untuk santri sebaiknya lebih meningkatkan kebersihan diri serta lingkungan, untuk pemerintah ikut serta dalam membantu pencegahan scabies terutama pada pondok pesantren.