Suparmin Suparmin
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KADAR FORMALIN PADA IKAN ASIN JAMBAL ROTI (Arius thalassinus) DI KAWASAN WISATA TELUK PENYU CILACAP TAHUN 2014 Seti Yuliowati; Febri Apwanti; Suparmin Suparmin
Buletin Keslingmas Vol 34, No 2 (2015): Bulletin Keslingmas Vol 34 No 2 Tahun 2015
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.357 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v34i2.3029

Abstract

Background and objectives, Fish was an export commodity that decays faster than fruits andvegetables. Jambal roti fish is salted fish products derived from Manyung fish (Arius thalassinus), is oneof the food ingredients commonly mixed with food additive that forbidden by the government, namelyformalin. The purpose of the study was to determine the formaldehyde levels content in jambal roti (Ariusthalassinus) salted fish sold in Teluk Penyu tourist resort Cilacap 2014.The research design used was descriptive research with lab analyst, to obtain vivid descriptionrelated Jambal roti salted fish (Arius thalassinus)physical condition, measuring the traders knowledgelevel and formaldehyde levels examination jambal roti (Arius thalassinus) salted fish sold in Teluk Penyutourist resort Cilacap 2014.The research results shows from 10 samples the Jambal roti salted fish (Arius thalassinus) physicalcondition measured with organoleptic obtained good categories with 70% percentage. The examinationresults shows that from 10 samples, 9 samples proved negative (did not contain formaldehyde) on thenumber of samples 1,2,3,4,5,7,8,9,10 and 1 sample contained 0.5 mg of formaldehyde which is samplenumber 6.The conclusions drawn was the tested samples number 6 positive containing formaldehyde 0.5 mg,so that sample number 6 declared not safe for public consumption. The trader knowledge level relatedforbidden food additive was poor, researchers need to provide discourse related formaldehyde danger ifused as food additive in the future so that the trader knows about the dangers of formaldehyde was aforbidden food additive.
HUBUNGAN KEGIATAN PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PENGOLAHAN AIR TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM (DAM) DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016 Yuli Driyaningsih; Sugeng Abdullah; Suparmin Suparmin
Buletin Keslingmas Vol 36, No 1 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 1 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.337 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i1.3009

Abstract

Depot air minum merupakan depot yang mengolah air baku menjadi air minum dan menjualnya kepadamasyarakat.Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan alatpengolahan air terhadap kualitas mikrobiologi air minum pada depot air minum di Kabupaten Kebumen. Jenispenelitian adalah observasional dengan rancangan crossectional, yang dilakukan dari bulan apri sampai denganJuni 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 90 depot air minum. Instrumen pengumpul data berupa check list untukpenilaian kegiatan operasional dan pemeliharaan dan hasil uji laboratorium kualitas mikrobiologi air minumparameter MPN Koliform. Hasil uji univariat terhadap kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan alat pengolahanair pada DAM diperoleh hasil 17 (18,9%) dengan kriteria buruk dan 73 (81,1%) dengan kriteria baik. Padapemeriksaan kualitas MPN Koliform air minum diperoleh hasil 67 (74,4%) memenuhi syarat dan 23 (25,6%) tidakmemenuhi syarat. Hasil uji Bivariat pada hubungan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan alat pengolahan airterhadap kulaitas mikrobiologi air minum diperoleh hasil depot dengan kriteria operasional pemeliharaan baik dankualitas mikrobiologi memenuhi syarat sebanyak 62 (68,9%) , Depot dengan kriteria baik dan kualitas air minumtidak memenuhi syarat sebesar 11 (12,2%) , depot dengan kriteria buruk dan kualitas mikrobiologi memenuhisyarat sebesar 5 (5,6%) serta depot dengan kriteria buruk dan kualitas mikrobiologi tidak memenuhi syarat sebesar12 (13,3%). Analisa data dengan uji chi square pada taraf signifikan didapat hasil p value 0,000, ada hubungankegiatan pengoperasian dan pemeliharaan alat pengolahan air terhadap kualitas mikrobiologi air minum padaDAM di Kabupaten Kebumen.
STUDI PEMAKAIAN PESTISIDA PADA PETANI KENTANG DI DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2015 Fatmawati Fatmawati; Suparmin Suparmin
Buletin Keslingmas Vol 34, No 4 (2015): Bulletin Keslingmas Vol 34 No 4 Tahun 2015
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.256 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v34i4.3038

Abstract

Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo sebagian besar wilayahnya digunakan sebagailahan pertanian, berdasarkan survey pendahuluan yang peneliti lakukan, dari 2.203 jumlah penduduk Desa Dieng,1.371 (67,45%) diantaranya adalah petani kentang. Tingginya jumlah petani kentang di Desa Dieng menunjukkanadanya pemakaian pestisida sehingga dimungkinkan ada residu pestisida baik di lingkungan maupun di produkpanen yang dihasilkan. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pemakaian pestisida pada petani kentang.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan wawancara, observasi dan pemeriksaanresidu pestisida pada tanah dan kentang di Laboratorium Pengujian dan Penelitian UGM menggunakan metodeGaskromatografi (GC).Hasil penelitian adalah Organophospat merupakan golongan yang paling banyakdigunakan dengan presentase 72,46%. Jumlah pestisida yang digunakan petani kentang dalam bentuk powdermencapai 13.000 g sekali aplikasi, liquid mencapai 7.500 ml dan granule mencapai 3.000 g. Seluruh petanikentang (100%) mengaplikasikan pestisida dengan cara disemprot. Hasil dari penilaian K3 menunjukkan bahwa73,18 % baik dan 26,82 % buruk. Hasil pengujian residu pestisida golongan Organochlorin pada tanahmendapatkan hasil 61,47 % untuk parameter uji p:p-DDT. Kesimpulan menunjukkan pemakaian pestisida petanikentang di Desa Dieng menggunakan pestisida dengan fungsi fungisida, insektisida dan akarisida dalam bentukpowder, liquid, maupun granule.
HUBUNGAN KONDISI DAN PERILAKU PEMANFAATAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA KECILA KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS Rusbandini Warastuti; Suparmin Suparmin
Buletin Keslingmas Vol 36, No 4 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 4 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.308 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i4.3111

Abstract

Penyakit diare terkait erat dengan kondisi lingkungan khususnya sanitasi dasar danpemanfaatannya. Desa Kecila merupakan salah satu desa di wilayah Puskesmas I Kemranjen dengankasus diare tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi dan pemanfaatansanitasi dasar dengan kejadian penyakit diare pada balita di Desa Kecila Kecamatan KemranjenKabupaten Banyumas. Penelitian menggunakan metode case control dengan pendekatan retrospektif.Sampel kasus diambil secara total sampling dari ibu balita yang menderita diare sebanyak 52 orangdan sampel kontrolnya diambil dari ibu balita yang rumahnya berdekatan dengan sampel kasussebanyak 52 orang. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian diketahui adahubungan antara kondisi sumber air bersih (p=0,03; OR=3,60), kondisi pembuangan air limbah(p=0,00; OR=10,967), kondisi jamban keluarga (p=0,00; OR=11,111), dan perilaku pemanfaatansanitasi dasar (p=0,00; OR=12,960) dengan kejadian diare pada balita di Desa Kecila KecamatanKemranjen Kabupaten Banyumas. Kondisi dan pemanfaatan sanitasi dasar berhubungan dengankejadian diare pada balita. Warga masyarakat lebih memperhatikan kondisi lingkungan rumah yangbaik, dengan membersihkan SPAL agar dapat berfungsi baik, menggunakan jamban leher angsa danmembersihkan jamban minimal 1 kali seminggu mencuci tangan sebelum memberikan makananaknya, air yang dikonsumsi selalu di masak terlebih dahulu dan peralatan makan dan minum dicuci dari air yang mengalir.
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN KONDISI DAM TERHADAP KADAR ZAT ORGANIK AIR MINUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK TAHUN 2016 Dzuriyanis Saadah; Suparmin Suparmin; Teguh Widijanto
Buletin Keslingmas Vol 36, No 2 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 2 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.426 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i2.2981

Abstract

Air minum merupakan air yang diolah melalui beberapa proses. Semakin lama penyimpananmemnungkinkan adanya pertumbuhan mikroorganisme dan menyebabkan kadar zat organik meningkat yang dapatmenyebabkan timbulnya bau, berubahnya rasa dan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian yaitu mengetahuipengaruh lama penyimpanan dan kondisi DAM terhadap kadar zat organik air minum. Metode penelitian adalahpenelitian observasional dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar zatorganik air minum yang disimpan 0 sampai 4 hari pada kondisi DAM yang berbeda berturut-turut adalah DAM MS= 7,96 mg/l;28,1 mg/l;12,2 mg/l. DAM TMS = 12,8 mg/l;24,03 mg/l;10,5 mg/l. Hasil analisis lama penyimpanandengan kadar zat organik menunjukan nilai p=0,000 berarti p0,05 maka Ho ditolak, sedangkan kondisi DAMyang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat dengan kadar zat organik nilai p=0,727 berarti p0,05 maka Hoditerima. Disimpulkan ada perbedaan kadar zat organik air minum dengan lama penyimpanan (0 hari,2 hari, 4hari) serta tidak ada perbedaan kadar zat organik air minum pada kondisi DAM (memenuhi syarat dan tidakmemenuhi syarat). Disarankan untuk masyarakat sebaiknya mengkonsumsi air minum sebelum 2x24 jam sejakpengisian, pengusaha DAM selalu menjaga kualitas air minum yang dijual dan perlu dilakukan penelitian denganpenyimpanan yang lebih lama.
STUDI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2015 Deppy Lucky Ibnuloh; Suparmin Suparmin
Buletin Keslingmas Vol 34, No 3 (2015): Bulletin Keslingmas Vol 34 No 3 Tahun 2015
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.141 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v34i3.3070

Abstract

RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga merupakan rumah sakit type C milik pemerintah daerah.Kapasitas tempat tidur di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga adalah 235 tempat tidur, dengan BedOccupancy Rate (BOR) atau angka pemanfaatan tempat tidur selama bulan Januari – Maret tahun 2015 adalah75,81%. Hasil survei pendahuluan pada IPAL bulan Oktober tahun 2014 di RSUD dr. R. Goeteng TaroenadibrataPurbalingga terdapat permasalahan antara lain tidak berfungsinya mesin aerator, sehingga proses pengolahanlimbah cair tidak berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengelolaan limbah cair diRSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif evaluasiyaitu mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan denganmendeskripsikan pengelolaan limbah cair pada aspek administratif (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,dan pengawasan) dengan kuesioner dan check list. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan limbah cair di RSUDdr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga termasuk kategori “Tidak Baik” diperoleh nilai yaitu 47%, karenaberdasarkan kategori penilaian skala Guttman nilai 50% termasuk kategori “Tidak Baik”. Sebaiknya perlu adapenambahan dana yang dialokasikan untuk pengelolaan limbah cair, meningkatkan sumber daya manusia sertameningkatkan kedisiplinan kerja dalam pengelolaan limbah cair rumah sakit.
STUDI ANGKA KUMAN UDARA DIRUANG OPERASI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2016 Handika Rizki Nugraha; Suparmin Suparmin
Buletin Keslingmas Vol 36, No 3 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 3 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.763 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i3.2992

Abstract

Pasien bedah merupakan pasien yang mempunyai resiko tinggi terjadi infeksi. Infeksi nosokomial palingumum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Berdasarkan Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004 batasmaksimum angka kuman udara pada ruang operasi adalah 10 CFU/m3. Data hasil pengukuran pada tanggal 4 juli2015 yang dilakukan oleh rumah sakit Wijayakusuma Purwokerto menunjukan bahwa angka kuman udara ruangoperasi masih belum memenuhi syarat yaitu dengan rata - rata 130 CFU/m3 (10 CFU/m3). Ruang operasi perlupengendalian yang baik yaitu dengan cara desinfeksi ruangan dan menjaga kebersihan ruangan. Tujuan penelitianini yaitu mengetahui jumlah angka kuman udara di ruang operasi rumah sakit Wijayakusuma Purwokerto. JenisPenelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sampel ruangan yang di ambil yaitu 2 ruangan operasi.Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan dan perhitungan koloni kuman, wawancara dan observasi.Suhu rata-rata pada Ok 1 yaitu 23,40C dan pada Ok 2 yaitu 24,40C. Kelembaban rata- rata pada Ok 1 yaitu 65,2%dan pada Ok 2 yaitu 77,8%. Pencahayaan ruangan pada Ok1 yaitu 152 dan pada Ok 2 yaitu 104, sedangkanpencahayaan meja operasi pada Ok 1 yaitu 1118 Lux dan pada Ok 2 yaitu 839 Lux. Rata – rata angka kuman padaruang operasi 1 yaitu 4,886.6 CFU/m3,dan pada ruang operasi 2 yaitu 148,683.4 CFU/m3. Jadi setelah dilakukanpemeriksaan angka kuman di ruang OK 1 dan OK 2 belum memenuhi persyaratan angka kuman udara menurutstandar angka kuman udara ruang operasi Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004. Saran untuk rumah sakitWijayakusuma Purwokerto Perlunya pengambilan angka kuman udara secara rutin, dan menambahkan jenis alatuntuk mendesinfeksi yaitu dengan sinar UV.