Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM UPAYA PELESTARIAN KAIN SONGKET DI PALEMBANG: STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK Robert Budi Laksana
Jurnal Dosen Universitas PGRI Palembang PROSIDING DOSEN UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG EDISI 11
Publisher : Jurnal Dosen Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKain songket Palembang sebagai sebuah produk budaya yang sarat dengan tata nilai dan makna. Kain songket merupakan sebuah simbol budaya yang perlu dilestarikan secara masif, terstruktur dan terencana. Salah satu usaha dalam pelestarian tersebut dengan pembuatan museum kain songket, dimana keperuntukannya tidak hanya digunakan untuk menyimpan benda-benda budaya, namun juga dapat menjadi sarana edukasi dan rekreatif bagi masyarakat. Dalam kontribusinya dalam dunia pendidikan museum menjadi sarana edukasi dan sumber belajar yang mengarah pada pembelajaran yang bersifat saintifik. Dimana dalam pembelajaran saintifik ini siswa diajak untuk megidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui, merumuskan pertanyaan,mengumpulkan data, mengolah/menganalisis serta menarik kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap, sesuai dengan tujuan kurikulum saat ini. Dengan pendekatan pembelajaran saintifik ini menjadi sebuah strategi meningkatkan kualitas pendidik dan pendidikan seni di Palembang.Kata Kunci: Museum, Sumber Belajar, Pembelajaran Seni, Saintifik
KAJIAN KONSEP MANDALA TERHADAP MOTIF NAGA BESAUNG PADA KAIN TENUN SONGKET PALEMBANG Robert Budi Laksana
Jurnal Sitakara Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v4i1.2561

Abstract

Abstrak Tenun  Palembang merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Melayu yang tinggal di pinggiran Sungai Musi. Mitologi naga memberikan imanijer visual masyarakat setempat untuk membuat motif naga atau sering disebut motif nago besaung pada kain tenun songket.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bantuk visual songket motif nago besaung dan konsep ajaran mandala dalam motif tersebut.Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan Mandala Konsep.Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi.Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif analisis data terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.Hasil penelitian yang pertama yaitu kain tenun songket Palembang secara struktur terdiri dari bagian kepala kain, badan kain dan pinggir kain.Yang kedua keberadaan motif nago besaung pada badan kain divisualkan dengan bentuk dua naga yang saling beradu/berkelahi dan dimungkinkan mendapatkan pengaruh dari budaya cina.Bentuk visual motif naga besaung sebenarnya merujuk pada ajaran mandala konsep. Dimana naga yang sedang bertarung adalah bentuk penggambaran sifat  baik dan buruk dari manusia. Manusia harus bisa mengendalikan diri dari hawa nafsu duniawinya.Delapan jalan menuju nirwana/kebaikan merupakan hakikat dari simbol naga pada motif nago besaung tersebut.Seorang pemimpin harus dapat mengendalikan dirinya dari perbuatan yang tidak baik untuk menuju kebaikan guna membentuk suatu keadilan, kesejahteraan, kemakmuran dan kebesaran.Sehingga tidaklah mengherankan motif nago besaung dalam adat Palembang menjadi simbol kebesaran dengan diwujudkannya motif nago besaung ini dalam pakain Aesan Gede. Kata Kunci: Songket, Naga Besaung, Konsep Mandala
Bentuk Figur Tokoh Wayang Kulit Palembang (Alkulturasi Budaya Jawa-Melayu) Robert Budi Laksana
Jurnal Sitakara Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v3i1.1539

Abstract

AbstrakWayang Palembang merupakan nama salah satu jenis wayang kulit purwa yang tumbuh dan hidup di wilayah Kota Palembang. Wayang Palembang diperkirakan ada dan tumbuh pada abad ke XVII, yang dibawa oleh masyarakat Jawa yang migrasi ke Palembang pada masaKeraton Palembang Darusalam.Tentunya wayang Jawa yang mulai hidup di masyarakat Palembangpada masa itu mengalami alkulturasi budaya Jawa dan MelayuPalembang, baik penggunaan bahasa, cerita, iringan maupun rupa wayangnya. Hal itu dapat dilihat dari bantuk anatomi wayang terutama wayang putren (wanita) lebih mendekati gaya Yogyakarta. Karena proses alkultarasi budaya inilah, wayang kulit Palembang memiliki ciri dan keunikan lokalitas tersendiri bila dibandingkan dengan wayang kulit dari Jawa. Kata Kunci: Alkulturasi, Wayang Kulit Palembang
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Pada Pembelajaran Tematik Kelas III Di SDN 136 Palembang Taufiqurrahman; Kiki aryaningrum; Robert Budi laksana
Jurnal Pendidikan Sosial Dan Konseling Vol. 2 No. 2 (2024): Juli - September
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Utilizing the school environment as a learning resource can increase student involvement in the learning process. Contextual learning, involving students in exploring the surrounding environment, can create a deeper and more memorable learning experience. This research aims to find out how the school environment is used as a learning resource in class III thematic learning at SDN 136 Palembang. The method in this research uses descriptive qualitative research methods, where descriptive qualitative is a research approach that focuses on collecting, analyzing and interpreting descriptive data. This approach aims to understand and provide a detailed description of the phenomenon or context being researched. The data collection technique used observation techniques which were carried out before the research, followed by documentation techniques which were collected by the researcher, followed by interview techniques which were carried out together with the principal of SDN 136 Palembang and the homeroom teacher of Class III of SDN 136 Palembang. Thus it can be concluded that the use of the school environment as a learning resource in Class III thematic learning can be used as a learning medium to support the process of teaching and learning activities and can provide good learning outcomes for students and increase student learning motivation.