ST Rahmah
Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Sejarah Diaspora Suku Bugis-Makassar di Kalimantan Tengah Suryanti Suryanti; Ihsan Mz; ST Rahmah
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 8 No 2 (2020): History of Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v8i2.15707

Abstract

 The presence of the Buginese-Makassarnese in Indonesia is always interesting when examined from various points of view, especially since this tribe has spread to various regions in the country and even abroad. The Buginese-Makassarnese who settled in Central Kalimantan is interesting to study because their existence still shows a strong engagement to the traditions of their origin. For example, the Buginese-Makassarnese who live in Central Kalimantan still maintains some of their ancestral traditions. Second, this community can also establish a harmonious and peaceful relationship with the Dayak people as the original inhabitant of Central Kalimantan, including other migrant communities from Java, Sumatra, and others. This type of research is qualitative with a narrative study approach. Data collection techniques using in-depth interviews and observation. The results of this study reveal that the reason the Buginese-Makassarnese commit diaspora is due to conflict in their hometown and economic motives. For the Buginese-Makassarnese, "Siri" is their soul and self-esteem, a culture of noble values as an impetus to settle down and be successful overseas. This confirms that cultural roots and local wisdom should be preserved as a form of heritage. Kehadiran suku Bugis-Makassar yang ada di Indonesia selalu menarik jika dikaji dari berbagai sudut pandang apalagi karena suku ini telah berdiaspora ke berbagai wilayah di tanah air bahkan mancanegara. Suku Bugis-Makassar yang menetap di Kalimantan Tengah menarik untuk dikaji karena keberadaan mereka masih menunjukkan keterikatan yang kuat dengan tradisi yang terdapat di daerah asal. Sebagai contoh, suku Bugis-Makassar yang tinggal di  Kalimantan Tengah masih memelihara beberapa adat istiadat serta tradisi nenek moyang. Kedua, komunitas ini juga dapat menjalin hubungan yang harmonis dan damai dengan masyarakat Dayak yang merupakan penduduk asli Kalimantan Tengah, termasuk masyarakat perantau lainnya yang berasal dari Pulau Jawa, Sumatera, dan lain-lain. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi naratif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa penyebab suku Bugis-Makassar melakukan diaspora karena adanya konflik di kampung halaman, motif ekonomi dalam upaya mencari peruntungan. Bagi masyarakat Bugis-Makassar, “Siri” merupakan jiwa dan harga diri mereka, budaya nilai-nilai luhur sebagai pendorong bisa menetap dan sukses di tempat rantauan. Hal ini menegaskan bahwa akar budaya dan kearifan lokal seharusnya terus dijaga sebagai bentuk warisan para leluhur dimanapun berada. 
PENINGKATAN NILAI PRODUK JAHE MERAH MELALUI PENGARUSUTAMAAN JENDER DALAM BINGKAI MODERASI AGAMA SEBAGAI MODAL SOSIAL DI KALAMPANGAN PALANGKA RAYA Muzalifah Muzalifah; ST Rahmah; Abubakar Abubakar; Taufik Warman Mahfuzh; Muslimah Muslimah; Sagaf Baitullah; Yuniarti Yuniarti; Rahmad Wahyudi
Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) #5 2024 Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) 2021
Publisher : Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) #5 2024

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketidakmampuan masyarakat dalam mengembangan ekonomi dapat berdampak kepada meningkatnya jumlah pengangguran dan angka kemiskinan. Oleh karena itu perlu campur tangan stakeholder dalam peningkatan ekonomi masyarakat terutama pasca pendemi. Salah satu bentuk peningkatan ekonomi masyarakat adalah dengan mengangkat produk yang berkearifan lokal pada suatu masyarakat, diantaranya produk jahe merah Kelampangan. Tujuan dari peningkatan produk tersebut yaitu agar memiliki nilai jual, sehingga dapat dipasarkan di pasar lokal, nasional bahkan internasional. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan ABCD yaitu suatu metode pengabdian yang berupaya untuk mengembangkan komunitas berbasis aset (potensi), diantaranya pengembangan ekonomi masyarakat berbasis kearifan lokal di Kelampangan. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa produk jahe merah merupakan aset potensial yang memiliki nilai ekonomi sehingga perlu dikembangkan produksi dan pemasarannya. Selain itu, dalam pengolahan produk tersebut terdapat moderasi beragama sebagai modal sosial yang eksistensinya diperankan oleh ibu-ibu anggota TP-PKK