Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

STUDI KINERJA ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN REAKTOR KONTINU DAN BATCH TERHADAP AIR LIMBAH DOMESTIK PERKANTORAN GEDUNG SYARIF THAJEB (M) UNIVERSITAS TRISAKTI Adeline, Lidwina; Iswanto, Bambang; Lindu, Muhammad
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 7, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbagai pengembangan proses pengolahan air limbah telah dilakukan untuk mendapatkan hasil pengolahan yang maksimum baik secara fisik, kimia maupun biologi. Dalam penelitian ini telah dilakukan studi pengaruh waktu tinggal atau waktu reaksi dan voltase dalam proses elektrokimia atau elektrokoagulasi air limbah domestik yang berasal dari Gedung Syarif Thajeb (M), Universitas Trisakti, menggunakan reaktor kontinu dan batch. Variasi waktu tinggal proses elaktrokoagulasi pada tegangan 12,5 VDC menggunakan reaktor kontinu dilakukan mulai dari 1; 3,6; 4; 4,9; 10,1; dan 57,2 menit dan satu sampel untuk setiap perlakuan waktu tinggal dibuat blanko tanpa dilewatkan reaktor elektrokoagulasi untuk penentuan COD awal atau inlet. Air keluar reaktor kemudian diaduk menggunakan alat jar test pada dua tahap, tahap aduk cepat pada 200 rpm selama 1 menit dan aduk lambat 20 menit pada kecepatan 25-30 rpm, lalu sampel didekantasi selama 2 jam kemudian cairan bening diukur nilai COD dengan metode spektrofometer dan TSS dengan gravimetrik. Diperoleh penyisihan COD mulai 55% - 73 % dengan COD inlet bervariasi 141 mg/L – 432 mg/L dan TSS dalam air dekanter  2 – 50 mg/L dan untuk sampel blanko 10 – 143 mg/L.  Elektrokoagulalsi pada reaktor batch dengan waktu reaksi 0; 10; 20; 30; 40 dan 60 menit dilakukan pada voltase  2, 3 dan 4 VDC, dan arus terpakai  0,1 – 0,63 A dengan pengadukan dan waktu decanter sama seperti perlakuan kontinu dan pH air dijaga 6,8-7 dan besarnya penurunan COD diamati  untuk ketiga variasi voltase tidak terjadi perbedaan. Konsentrasi COD turun dengan cepat setelah proses elektrokoagulasi selama 10 menit pertama dengan kisaran 85% untuk ketiga voltase tersebut dan penurunan COD turun secara perlahan untuk waktu elektrokoagulasi setelah 10 menit dan pada elektrokoagulasi 60 menit COD tersisihkan sebesar 93-95%, dengan COD awal 541 mg/L. Keywords: Waste Water Treatment, Electrocoagulation, Continuous and Batch System, Voltage, COD 
FOTOKATALISIS ORGANIK KMnO 4 , SURFAKTAN DAN AMONIAK DALAM INLET WADUK MUARA BARU, JAKARTA UTARA, MENGGUNAKAN SINAR UV DENGAN KATALISATOR TiO 2 0,1% Lindu, Muhammad; ., Ratnaningsih; Ardyarini Sekartaji, Putri
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan studi fotokatalisis terhadap sumber air sungai yang memasuki Waduk Pluit, Muara Baru, Jakarta Utara, yang akan digunakan sebagai sumber air baku air bersih. Terpantau nilai surfaktan, organik KMnO 4 , dan amoniak tinggi berkisar masing-masing 1.8 mg/L, 54 mg/L, dan 1.11 mg/L. Berdasarkan Permenkes Air Bersih No. 416/MENKES/PER/1X/1990, bahwa penggunaan langsung sumber air tersebut sebagai air baku menggunakan metode konvensional, seperti koagulasi, flokulasi dan sedimentasi berpotensi menghasilkan air olahan yang tidak sesuai dengan baku mutu air bersih. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan studi fotokatalisis untuk menurunkan kadar-kadar berlebih. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan selama bulan Agustus 2011 hingga September 2011. Penelitian dilakukan dalam reaktor batch dengan ukuran 30x20 cm, menggunakan lampu UV-C 15 watt x 2, dan TiO 2 berupa suspensi. Selama percobaan air di suplai udara dengan aerator 220v/100v 18 watt. Studi dilakukan untuk mengetahui pengaruh fotokatalisis sebagai fungsi volume reaktor dan waktu, variasi volume 2-6 liter dan waktu fotokatalisis 0, 5, 15, 30, 45 dan 60 menit dan pengambilan sampel 10 kali. Dari hasil penelitian bahwa volume fotokatalisis yang terbaik adalah 3 liter untuk penurunan kadar organik KMnO 4 dan 4 liter untuk surfaktan dengan efisiensi penyisihan berkisar antara 6.1%-14.8% organik dan 59.8%-87.2% surfaktan, pada waktu fotokatalisis 60 menit. Penurunan kadar organik cenderung mengalami penurunan tetapi fluktuatif. Penurunan kadar surfaktan berbanding lurus dengan waktu. Persamaan kecepatan reaksi untuk surfaktan lebih cenderung pada orde satu dengan konstanta kecepatan reaksi 0,027; 0,023; 0,017; 0,029; 0,02. Sebaliknya pengaruh fotokatalisis terhadap amoniak cenderung meningkatkan kadar amoniak, hal ini diakibatkan adanya reaksi fotoreduksi. Nilai awal amoniak 1.16 mg/L menjadi 4.93 mg/L pada volume reaktor 4 liter, selama 60 menit. Pengaruh waktu terhadap amoniak, pada awal 5 menit pertama kadar amoniak meningkat, setelah itu terjadi penurunan yang cenderung fluktuatif. Kata kunci : fotokatalitik, senyawa organik, amoniak, surfaktan, efisiensi
EVALUASI PENGGUNAAN KAPORIT UNTUK PENGJILANGAN WARNA AIR SUMUR DALAM Lindu, Muhammad; Sumartono, Agustin; Jayarti Ariani, Siti
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 5, No 3 (2010)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah “Evaluasi penggunaan kaporit untuk penghilangan warna air sumur dalam” Adanya senyawa humus dalam air dapat menyebabkan berbagai masalah, yaitu, menghasilkan warna air kuning sampai coklat, dapat bertindak sebagai prekusor trihalometan dan senyawa organik klorin yang bersifat toksik yang dihasilkan selama proses klorinasi, senyawa humus dapat bepotensi untuk tempat pertumbuhan bakteri, dapat membentuk kompleks dengan logam berat yang ada di air. Oleh karena adanya potensi yang besar sebagai sumber air baku untuk air bersih, maka perlu dilakukan pengolahan. Pada penelitian ini digunakan sampel air dari tiga sumber yang berbeda-beda. Dengan menggunakan kaporit dan klorin dioksida sampel air diuji dilaboratorium untuk diketahiu sisa klor yang terdapat pada sampel air, namun sisa klor yang terdapat pada sampel air belum memenihi standar baku mutu yaitu 0,2 mg/l Cl2. nilai kandungan organik yang terdapat pada masing-masing sampel air juga berbeda-beda. Hasil yang didapat antara penambahan kaporit dan klorin dioksida, bahwa penggunaan kaporit pada hasil analisis kandungan nilai organik masih lebih baik dalam penggunaan kaporit. Pada sampel Puri Indah nilai organik yang turun mencapai 88,55%, Taman Palem Mutiara 60,24%, Taman Palem Lestari 14,39%. Pada pengukuran warna dengan menggunakan kaporit dan klorin dioksida, tingkat penurunan warna lebih jelas terlihat pada sampel air yang menggunakan kaporit. Sampel air Puri Indah tingkat penurunan warnanya mencapai 81,84%, Taman Palem Mutiara 81,54%, Taman Palem Lestari 81,97%. Pada pengukuran sampel dengan menggunakan Gas Kromatografi (GC), penggunaan klorin dioksida lebih baik dibandingkan kaporit, hal ini dapat dilihat dari spektrum kromatogram yang muncul. Semakin banyak puncak yang muncul, maka diduga semakin banyak juga senyawa organik klorin yang terdapat pada sampel tersebut.Keywords: humic acid, chlorination, water treatment, organochlorine
STUDI PENGOLAHAN LUMPUR INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM TAMAN KOTA - JAKARTA BARAT Alfa Julian, Dedi; Lindu, Muhammad; ., Winarni
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 7, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Instalasi pengolahan air minum (IPA) Taman Kota, Jakarta Barat, memiliki kapasitas disain 200 liter/detik, dan air baku berasal dari Cengkareng Drain dan terdapat unit prasedimentasi sebelum air baku masuk ke IPA. Digunakan IPA konvensional yang dilengkapi dengan unit bio filter untuk mengabsorbsi zat organik di air baku. Lumpur berasal dari unit sedimentasi yang dibuang secara rutin setiap 10 menit dengan volume lumpur rerata 144,93 m3/hari dan pada kondisi maksimum 628,30 m3/hari, unit biofilter yang dibuang secara berkala saat dilakukan pengurasan bak yaitu 150,10 m3/hari, serta unit saringan pasir cepat yang membuang air bekas backwash filter secara berkala dan dalam waktu yang singkat sebesar 468,86 m3/hari. Mempertimbangkan perbedaan karakteristik lumpur yang dihasilkan, direncanakan 2 unit tanki penampung (ekualisasi) terpisah yaitu tanki pertama menerima lumpur sedimentasi serta tanki kedua menerima lumpur pengurasan bio filter dan air bekas backwash filter. Memperhatikan luas lahan yang tersedia, maka lumpur sedimentasi yang terkumpul di tanki penampung dipompa menuju ke unit thickener dan selanjutnya ke unit dewatering mekanik. Studi perbandingan dilakukan terhadap 3 opsi peralatan dewatering mekanik dengan mempertimbangkan volume lumpur yang dapat direduksi, biaya investasi, serta biaya operasional dan energi.   Peralatan dewatering mekanik terpilih adalah belt filter press yang mereduksi lumpur sedimentasi menjadi 4,20 m3/hari, dan pada kondisi maksimum menjadi 18,20 m3/hari. Keywords: water treatment plant, sludges, backwashed water, dewatering
SINTESIS DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI NATA DE COCO SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI UNTUK MENYISIHKAN ZAT WARNA PADA AIR LIMBAH ARTIFISIAL Lindu, Muhammad; Puspitasari, Tita; Ismi, Erna
Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti Vol 4, No 4 (2008): DESEMBER 2008
Publisher : Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.495 KB)

Abstract

A laboratory scale experiment to study the synthesizing and applicability of ultrafiltration membrane technology from nata de coco to eliminate the color of artificially water waste. The membrane used was cellulose acetate based membrane from nata de coco, composed by soaking of NaOH and acetic acid by concentration of 2% (CA-1) and 4% (CA-2). The Acetate celluloses resulting from acetylation have content of acetyl as much as 45.20 % (CA-1) and 44.80% (CA-2). FTIR’s analysis shows typical group absorption of carbonyl C=O in the number of wave 1755.2 cm-1 (CA-1) and 1752.25 cm-1 (CA-2) and group of Acetyl C-O in number wave of 1232 cm-1 – 1240 cm-1. The performance of Both type of membranes tested by pressure of 2 bar, 4 bar and 6 bar. The result shows, The fluks CA-1 with pure water’s 16,2420 L/m2.jam−32,2452 L/m2.hour and the fluks CA-2 with was 8,1210 L/m2.jam−24,1242 L/m2.hour. The cibacron red was used with artificially water waste concentration 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm. The Test Result with artificially waste water, the fluks of the membrane CA-1 was 4,54 L/m2.jam−22,21 L/m2.jam and the permeability of 2,7553 L/m2.jam.bar−3,5657 L/m2.jam.bar with rejects 39,88%−63,89%. The fluks of the membrane CA-2 was 2,39 L/m2.jam −21,50 L/m2.jam and the permeability of 2,3118 L/m2.jam.bar−3,3269 L/m2.jam.bar with rejects 54,32%−90,68%   Abstract in Bahasa Indonesia:  Telah dilakukan percobaan skala laboratorium untuk mensintesis dan mengkaji kemampuan teknologi membran ultafiltrasi dari nata de coco dalam menyisihkan zat warna air limbah artifisial. Telah diperoleh membran selulosa asetat dari nata de coco dengan variasi konsentrasi perendam NaOH 2 % (CA-1), 4 % (CA-2). Selulosa asetat hasil asetilasi memiliki kadar asetil sebesar 45,20 % (CA-1) dan 44,80% (CA-2). Analisis FTIR menunjukkan serapan khas gugus C=O Karbonil pada bilangan gelombang 1755,2 cm-1 (CA-1) dan 1752,25 cm-1 (CA-2) serta gugus C-O Asetil pada bilangan gelombang 1232 cm-1 sampai 1240 cm-1. Kinerja kedua jenis membran diuji pada tekanan 2 bar, 4 bar dan 6 bar baik dengan air murni maupun air limbah artifisial. Dari hasil penelitian, nilai fluks air murni yang dihasilkan oleh membran CA-1 yaitu 16,2420 L/m2.jam−32,2452 L/m2.jam dengan nilai koefisien permeabilitas adalah 5,915 L/m2.jam.bar dan nilai fluks membran CA-2 8,1210 L/m2.jam −24,1242 L/m2.jam nilai koefisien permeabilitas adalah 3,945 L/m2.jam.bar. Air limbah artifisial mengandung zat warna cibacron red dengan konsentrasi 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm. Kinerja membran CA-1 dengan nilai fluks yaitu 4,54 L/m2.jam−22,21 L/m2.jam dan nilai permeabilitas 2,7553 L/m2.jam.bar − 3,5657 L/m2.jam.bar serta nilai rejeksi 39,88%−63,89%. Membran CA-2 dengan nilai fluks 2,39 L/m2.jam −21,50 L/m2.jam dan nilai permeabilitas 2,3118 L/m2.jam.bar−3,3269 L/m2.jam.bar serta nilai rejeksi yaitu 54,32%−90,68 %
FOTOKATALISIS ORGANIK KMNO4, SURFAKTAN DAN AMONIAK DALAM INLET WADUK MUARA BARU, JAKARTA UTARA MENGGUNAKAN SINAR UV DENGAN KATALISATOR TIO2 = Organic Photocatalytic KMnO4, Surfactants and Ammonia in Muara Baru Basin Inlet, North Jakarta using UV Rays with TiO2 Catalyst Lindu, Muhammad; Ardyarini, Putri; Ningsih, Ratna
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2013)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.725 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v14i2.1428

Abstract

This research studied about photocatalysis that used TiO2 0.1% as catalisator to polluted water from Waduk Pluit, Muara Baru, North Jakarta. In order to decrease polluted agents like surfactant, KMnO4 organic, and ammoniac that will use as source of clean water. Research was conducted in batch reactor about 30x20 cm and used UV-C 15 watt x 2 lamps, and TiO2 as suspension. In this research, batch reactor that contained standard water was supplied by air with aerator 220v/100v 18 watt. Result showed that photocatalysis with TiO2 0.1% as catalisator decreased surfactant and KMnO4 organic about 80.98% and 9.48%, respectively. In contrary, ammoniac was increased about 325% Pollutants content in processed clean waterwere about 0.12 mg/l, 35.5.mg/l, and 4.93 mg/l, respectively. Result were met requirement for clean water standard as Health Ministry Decree No. 416/MENKES/PER/1X/1990 about clean water quality recuirement and controlling. Keywords: photocatalytic, organic compound, ammoniac, surfactantAbstrakDalam penelitian ini telah dilakukan studi fotokatalisis menggunakan katalisator TiO2 0.1% terhadap air baku Waduk Pluit, Muara Baru, Jakarta Utara yang tercemar untuk menurunkan kandungan bahan-bahan pencemar yaitu deterjen (surfaktan), senyawaorganik permanganat dan amoniak, yang akan digunakan sebagai sumber air baku air bersih. Penelitian dilakukan dalam reaktor batch dengan ukuran 30x20 cm, menggunakan lampu UV-C 15 watt x 2, dan TiO2 berupa suspensi. Dalam penelitian ini reaktor batch yang berisi air baku di suplai udara dengan aerator 220v/100v 18 watt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fotokatalisis dengan katalisator TiO2 0.1% telah mampu menurunkan kandungansurfaktan (deterjen) dan senyawa organik permanganat masing-masing sebesar 80.98% dan 9.48%, sedangkan terjadi kelonjakan pada pembentukan amoniak sebesar 325%. Dengan hasil ini kandungan ketiga polutan dalam olahan air bersih yang dihasilkan masing-masing 0.12 mg/l, 35.5.mg/l, dan 4.93 mg/l. Hasil mendekati sesuai dengan baku mutu yang diatur didalam Permenkes No. 416/MENKES/PER/1X/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.Kata kunci : fotokatalisis, senyawa organik, amoniak, surfaktan
STUDI PENYISIHAN COD-ORGANIK PADA TAHAP NITRIFIKASI DAN DENITRIFIKASI DALAM SBR MENGGUNAKAN AIR LIMBAH COKLAT Lindu, Muhammad
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 2 No. 1 (2001): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.802 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v2i1.200

Abstract

Air limbah pabrik pembuatan makanan kecil coklat batangan yang berasal dari proses pencucian alat cetakan diketahui banyak mengandung gula, protein dan lemak atau minyak. Suatu permasalahan yang sering ditemui dalam proses lumpur aktif pada air limbah yang mengandung kadar organik dan senyawa nitrogen tinggi adalah terbentuknya nitrogen dalam bentuk nitrogen terokdidasi seperti nitrat dan nitrit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu aerobik dan anoksik dalam menurunkan kadar COD terlarut dan nitrat.Dari hasil percobaan didapatkan beberapa kesimpulan antara lain yakni makin besar periode aerasi dalam satu siklus waktu bioreaksi aerobik-anoksik sama maka makin besar pula penyisihan nitrat-N, dan makin besar produksi lumpur. COD terlarut akhir bioreaksi juga makin kecil bila periode aerasi lebih panjang walaupun total bioreaksi aerobik-anoksik sama. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi anoksik dari kondisi aerobik untuk masa aerasi 2-4 jam kurang dari 30 menit, sedangkan periode aerasi 5-6 jam butuh waktu < 40 menit. Penurunan nitrat- N dibawah baku mutu 10 mg/l, untuk periode arasi 2 – 4 jam juga < 30 menit dan periode aerasi 5 – 6jam butuh waktu < 40 menit.
STUDY OF WATER QUALITY AT WEST SUNTER RESERVOIR, NORTH JAKARTA BASED ON PHYSICAL AND CHEMICAL PARAMETERS Hakim, Muthia Fitriana; Iswato, Bambang; Lindu, Muhammad
INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY Volume 1, Number 1, October 2017
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/urbanenvirotech.v1i1.2401

Abstract

Aim: This study is to determine effect of contamination level of population settlement activity on water quality in the reservoir at west Sunter by measurements of reservoir water quality in the form of physical and chemical parameters including the identification of the kinetics of COD. Methodology and Result:  This research was conducted in April to August 2016 with 11 sampling locations. Research indicated that the reservoir had experienced heavy pollution with DO value ranging between 1.05 mg/L-1.52 mg/L with a minimum quality standard of 3 mg/L, Ammonia 0.13 mg/L-0.38 mg/L with a quality standard of 0.02 mg/L, surfactant (1.74 mg/L-4.63 mg/L) quality standard of 0.2 mg/L and phosphate (0.8 mg/L-1:19 mg/L) to the quality standard of 1 mg/L. Reservoir also were polluted with heavy loads inclusion of organic content with COD values ranging between 112.58 mg/L - 196.39 mg/L. The source of pollution in the west Sunter reservoir was derived from domestic sewage. Based on the average constant value it takes 16.96 hours to reduce the COD from 120 mg/L to 40 mg/L. Natural Retention time at West Sunter Reservoir is 13.6 days. Conclusion, significance and impact study: Domestic waste has obviously contaminated West Sunter reservoir from its physically green color, high organic content with high COD values, low DO, high oil and fat content, and high phosphate levels. These polluted compounds must be removed before spreading to the next water body. If the reservoir is considered as a reactor site, then the reservoir must be able to remove the contaminants before disposal.
STUDY IN PLUIT RESERVOIR, NORTH JAKARTA AND DETERMINATION OF ORGANIC DEGRADATION Hertin, Sindi Rawi; Lindu, Muhammad; Iswanto, Bambang
INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY Volume 1, Number 1, October 2017
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/urbanenvirotech.v1i1.2405

Abstract

Aim:This research is  aimed  to study of organic degradation in  Pluit reservoir,  that located in the Village Penjaringan, North Jakarta, between 6° 07' 28.6" S 106° 48' 07.6" E and 6° 06' 40.2" S 106° 47'51.1"E with a broad area of ± 80 Ha, depth 1-8 meter. Flow systems pluit reservoir is half continuous and water is disposed with 4 units pump with a capacity of 4.5 m3/s which operates 8 hours/day throughout 11 pumps available. From the results of research findings are then compared with quality standards inspection according to the Government Regulation No. 82/2001 Class II for a review of recreation, fisheries and agriculture. Methodology and Result:The 90% of the DO value is ≤ 2 mg/L. The phosphate value obtained overall is not complied to the standard quality (≤ 0.2 mg/L P). In Pluit reservoir is found organic compounds as raw CODwhich was not complied to the standard quality (≤25 mg/L COD) approximately 27.52 mg/L COD - 371.52 mg/L COD. A kinetics test was done in order to determine the decreasing rate of COD in two conditions, where the first aeration to initial DO reached 4.5 mg/L, and the second is without aeration. Conclusion, significance and impact study:The COD degradation towards time is then measured and shows that organic degradation rate towards time without aeration process shows no decreasing, while non-aerated condition shows that the reaction rate following first pseudo reaction is 0.096 hours-1 – 0.133 hours-1 with an average value of 0.1177 hours-1.