Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KARAKTERISTIK BAMBU ORI BANYUWANGI LAMINASI SUSUNAN LURUS BERDASARKAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK DAN KUAT LENTUR Mirza Ghulam Rifqi; M. Shofi'ul Amin; Riza Rahimi Bachtiar; Dadang Dwi Pranowo; Hakim Sobirin
PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa Vol. 11 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.374 KB) | DOI: 10.22225/pd.11.1.4081.6-14

Abstract

The need for wood is increasing, it will be large-scale exploitation that destroys forest ecosystems. The use of wood materials must be reduced by replacing them with other materials so that the forest ecosystem is maintained. A suitable material to replace wood as a construction material is bamboo. Laminated bamboo is structural engineering to improve the mechanical properties of bamboo. The manufacture of laminated bamboo by gluing bamboo slats using a felt system to become blocks. In this study, using original bamboo with PVAC (Polyvinyl Acetate) adhesive. This study aims to determine the characteristics of laminated straight bamboo based on compressive strength, bending, and tensile strength. The manufacture and testing of laminated bamboo refer to SNI-03-3958-1995, SNI-03-3399-1994, SNI 03-3959-1995 and ISO 22157; 2019. The results showed that the characteristics of laminated bamboo without preservation and preservation with dimensions of 50 mm × 50 mm × 200 mm had an average compressive strength of 44.86 MPa and 40.96 MPa. While the bending value of laminated bamboo without preservation and preservation of dimensions 50 mm × 50 mm × 760 mm has an average value of bending of 85.45 MPa and 80.41 MPa. The tensile strength value of laminated bamboo without curing and preserving dimensions of 25 mm × 25 mm × 460 mm has an average of 519.95 MPa and 457.02 MPa. Based on the wood grade approach, laminated bamboo belongs to class II and belongs to the E25 quality code.
KARAKTERISTIK BAMBU ORI BANYUWANGI LAMINASI SUSUNAN BRICK DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN, TARIK, DAN LENTUR Mirza Ghulam Rifqi; M. Shofi'ul Amin; Riza Rahimi Bachtiar; Dadang Dwi Pranowo; Habib Marjun Syafa'at
PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa Vol. 11 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.272 KB) | DOI: 10.22225/pd.11.1.4082.40-48

Abstract

Material engineering innovations are carried out to overcome problems. One of the problems is the use of wood material which in the harvest process takes a long time. Bamboo has a faster harvest time than wood with a harvest age of 3-5 years. However, bamboo is rarely used as a building material rather than wood because it has a hollow cylindrical dimension. Laminate Bamboo Technology makes bamboo dimensions like wood. Laminated bamboo is arranged into bricks using polyvinyl acetate (PVAC) adhesive with a blade thickness of seven mm. The bamboo lamination testing method refers to SNI-03-3958-1995, SNI-03-3399-1994, SNI 03-3959-1995, and SNI 03-3960-1995. Testing using Universal Testing Machine (UTM). The characteristics of the laminated Banyuwangi Ori bamboo with the brick arrangement in the wood classification include strong class II and quality code E25. The characteristics of Laminated Ori Bamboo are influenced by the character of the bamboo and the character of the glue.
KONSERVASI LAHAN GULLY PLUGS UNTUK PENGENDALI EROSI DI DAS BADENG DESA SUMBERBULU, SONGGON, BANYUWANGI Zulis Erwanto; Dadang Dwi Pranowo; Yudha Pratama Gumelar; Iqbal Wahyudin; Mochammad Rafli Husamadi
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2021): Jurnal Panrita Abdi - Oktober 2021
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v5i4.11962

Abstract

In Sumberbulu village in the Badeng Watershed, there is a community group of Songgon Pine Tourism. The initial survey on the tourism area of the Songgon Pine was a flow of surface runoff in pine forest land that flows into the Badeng River. The flow forms a natural trench with a width of ± of 10 m and a depth of ± of 2 m with a surface runoff discharge of 0.04598 m3/s indicated to carry much of the sedimentary material impacted by land erosion. Besides, there is the potential for landslides and floods in the Badeng watershed, especially in the Songgon Pine Tourism area which is affected by floods from the avalanche of the Pendil mountains of Raung volcano. Technology was applied in the form of mechanical land conservation by applying gully plugs construction. The purpose of devotion to apply the material of interlock lego brick made from bagasse ash in the form of conservation gully plugs as an effort to control land erosion. The implementation of conservation prototype construction Gully Plug from Interlock Lego Brick by empowering the community group of Songgon Pine Tourism. The composition of the mix design of Interlock Lego Brick has used a ratio of 2 TL: 3 PS: 3.5 PC: 1.5 Bagasse Ash, with the dimensions of Gully Plug construction along 10 m with a height of 50 cm and a width of 60 cm requires approximately 2000 bricks. The next stage was not only mechanical conservation buildings but also vegetative conservation in erosion-prone locations and critical land around the Badeng watershed. The sustainability program conducted by the MoU between Politeknik Negeri Banyuwangi and Perum Perhutani KPH of West Banyuwangi related to land protection in productive forest areas banyuwangi regency. --- Di Desa Sumberbulu di daerah aliran Sungai Badeng terdapat Kelompok Masyarakat Wisata Pinus Songgon. Survei awal di lokasi Wisata Pinus Songgon terdapat aliran limpasan permukaan pada lahan hutan Pinus yang mengalir menuju sungai Badeng. Aliran tersebut membentuk parit alam dengan lebar ± 10 m dan kedalaman ± 2 m dengan debit limpasan permukaan sebesar 0,04598 m3/detik yang diindikasikan membawa banyak material sedimen dampak dari erosi lahan. Selain itu, terdapat potensi longsor dan bencana banjir bandang di daerah aliran sungai Badeng, khususnya di daerah Wisata Pinus Songgon yang kena dampak banjir bandang dari longsoran Gunung Pendil Pegunungan Raung. Teknologi yang diterapkan berupa konservasi lahan secara mekanik dengan menerapkan konstruksi gully plugs. Tujuan pengabdian untuk menerapkan material interlock lego brick berbahan limbah abu ampas tebu dalam bentuk konservasi gully plugs sebagai upaya pengendali erosi lahan. Penerapan konservasi prototype konstruksi Gully Plug dari Interlock Lego Brick dengan memberdayakan kelompok masyarakat Wisata Pinus Songgon. Hasil komposisi mix design dari Interlock Lego Brick menggunakan perbandingan 2 TL: 3 PS: 3,5 PC: 1,5 AAT (Abu Ampas Tebu), dengan dimensi konstruksi Gully Plug sepanjang 10 m dengan ketinggian 50 cm dan lebar 60 cm membutuhkan kurang lebih 2000 bata. Tahapan kedepannya tidak hanya bangunan konservasi secara mekanik, tetapi juga konservasi vegetatif di lokasi rawan erosi dan lahan kritis sekitar DAS Badeng. Program keberlanjutan dilakukannya MoU antara Politeknik Negeri Banyuwangi dengan Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat terkait perlindungan tanah di kawasan hutan produktif Kabupaten Banyuwangi.
EVALUASI DATABASE SUMBER DAYA AIR MENGGUNAKAN METODE KAGAN PADA SUNGAI-SUNGAI BESAR KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Zulis Erwanto; Yuni Ulfiyati; Dadang Dwi P; Siti Hadiyati
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 16 No 3 (2016): November
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.339 KB)

Abstract

Persebaran stasiun hujan di Kabupaten Banyuwangi tidak merata dan terlalu berhimpit sehingga perlu adanya rasionalisasi untuk merencanakan pola penyebaran dan kerapatan stasiun hujan pada beberapa DAS di Banyuwangi yang paling berpengaruh dalam perkembangan potensi di Kabupaten Banyuwangi. DAS yang di studi antara lain DAS Bomo, Kalibaru, Kalisetail, dan Tambong. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi persebaran stasiun hujan melalui rasionalisasi metode Kagan pada daerah aliran sungai-sungai besar Kabupaten Banyuwangi. Evaluasi rasionalisasi metode Kagan dengan data koordinat stasiun hujan dan data curah hujan harian dari beberapa tahun dengan bantuan program ArcView GIS, dan AutoCAD. Selain itu dalam menginput ke dalam sistem informasi geografis diperlukan analisis debit andalan untuk keperluan irigasi dan kebutuhan air bersih pada masing-masing DAS besar di Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan analisis rasionalisasi stasiun hujan dengan Metode Kagan pada masing-masing DAS diambil derajat kepercayaan di bawah 5% sehingga pada DAS Bomo tingkat kesalahan perataan (Z1) = 0,70%, kesalahan interpolasi (Z2) = 0,97% dengan jumlah penakar hujan 8 buah dengan jarak L = 4,46 Km, dengan pergeseran 4 stasiun hujan dan 4 penambahan stasiun hujan baru, serta kesalahan relatif kala ulang 10 tahun diperoleh 23,152%. DAS Kalibaru Z1 = 0,54%, Z2 = 2,32% dengan jumlah penakar hujan 14 buah dengan L = 7,07 Km, dengan pergeseran 10 stasiun hujan dan 4 penambahan stasiun hujan baru serta kesalahan relatif 0,236%. DAS Kalisetail Z1 = 0.30%, Z2 = 1,99% dengan jumlah penakar hujan 23 buah dengan L = 3,95 Km, dengan pergeseran 8 stasiun hujan dan 15 penambahan stasiun hujan baru serta kesalahan relatif 5,707%. Kemudian DAS Tambong Z1 = 1,28%, Z2 = 4,90% dengan jumlah penakar hujan 10 buah dengan L = 4,60 Km, dengan pergeseran 6 stasiun hujan dan 4 penambahan stasiun hujan baru serta kesalahan relatif 7,446%. Hasil neraca supply dan demand pada masing-masing DAS besar di Kabupaten Banyuwangi terjadi defisit air saat musin kemarau pada masing-masing sungai besar di Kabupaten Banyuwangi. Pada DAS Bomo terjadi defisit air sebesar 2,37 m3/dt, DAS Tambong defisit air sebesar 3,9 m3/dt, DAS Kalibaru defisit air sebesar 1,18 m3/dt, dan DAS Kalisetail defisit air sebesar 22,06 m3/dt. Direkomendasikan perlu adanya penambahan ataupun pergeseran letak stasiun hujan sesuai dengan koordinat simpul pada pola jaring-jaring Kagan dan adanya suatu pengelolaan sumber daya air berupa perencanaan embung atau waduk di masing-masing DAS besar Kabupaten Banyuwangi untuk menanggulangi kekurangan air bersih di Kabupaten Banyuwangi.
Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebu sebagai Pengganti Sebagian Semen Ditinjau Terhadap Kuat Tekan Mortar Dadang Dwi Pranowo; Erna Suryani; Cahya Putri Rahmadhani
Jurnal Penelitian Inovatif Vol 2 No 3 (2022): JUPIN Desember 2022
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jupin.106

Abstract

Industri pengolahan gula tebu menghasilkan limbah yang cukup besar. Limbah tersebut jika tidak diolah dengan baik, akan berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan dalam jangka waktu lama. Salah satu limbah yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang konstruksi ada abu ampas tebu (baggasse ash). Abu ampas tebu merupakan limbah yang memiliki unsur yang bermanfaat untuk peningkatan kekuatan beton. Menurut penelitian sebelumnya, abu ampas tebu bahan yang bersifat pozzolan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan abu ampas tebu sebagai pengganti sebagian semen terhadap kuat tekan mortar. Variasi abu ampas tebu yang digunakan yaitu 7%, 9% dan 11% dari berat semen. Metode pembuatan dan pengujian kuat tekan mortar mengacu pada SNI 03-6825-2002 dengan jumlah benda uji 24 sampel dengan dimensi 50 x 50 x50 mm. Pengujian waktu ikat semen mengacu pada SNI 03-6827-2002. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur uji 28 hari. Waktu ikat awal semen yang menggunakan abu ampas tebu lebih lama dari semen tanpa campuran abu ampas tebu. Semen dengan campuran AAT 7% memperlambat 30 menit, campuran AAT 9% memperlambat 43,73 menit, dan campuran AAT 11% memperlambat selama 41,67 menit dari waktu ikat semen normal. Nilai kuat tekan mortar yang menggunakan abu ampas tebu lebih tinggi dari mortar normal dengan persentase kenaikan 38,24%, 32,59%, dan 33,15% lebih tinggi dari mortar normal.
Perbandingan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Variasi Jumlah Tulangan Pada Zona Tekan Adi Candra Prayoga; M. Galuh Khomari; Siska Aprilia Hardiyanti; Mirza Ghulam Rifqi; Dadang Dwi Pranowo
Jurnal TESLINK : Teknik Sipil dan Lingkungan Vol 5 No 2 (2023): Next Issue on, September 2023
Publisher : Universitas Nusa Putra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52005/teslink.v5i2.283

Abstract

Bangunan sederhana seperti rumah tinggal merupakan bangunan yang memiliki desain struktur relatif lebih kecil dibandingkan dengan bangunan gedung bertingkat lainnya. Pekerjaan balok dalam penggunaan tulangan terdapat empat buah tulangan longitudinal yang berada pada sudut-sudut balok di daerah tekan dan daerah tarik. Dari penggunaan tulangan pada balok tersebut penelitian ini akan sedikit memvariasikan jumlah tulangan pada zona tekan agar lebih menghemat material. Balok yang digunakan adalah balok bertulangan tunggal, balok ini hanya memerlukan tulangan didaerah tarik saja dan tulangan di daerah tekan diabaikan. Tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dari kedua variasi balok serta dapat menghemat penggunaan material baja tulangan, terutama pada elemen struktur balok pada bangunan rumah sederhana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan pengujian lentur balok beton bertulang. benda uji balok berukuran 10 x 15 x 60 cm, dengan variasi balok (BN) terdapat 4 buah tulangan longitudinal, sedangkan balok (BT) terdapat 3 buah tulangan longitudinal, untuk perawatan dilakukan selama 28 hari. Berdasarkan hasil pengujian dan analisa data balok variasi 1 (BN) memiliki kuat lentur rata-rata sebesar 14,472 MPa. Sedangkan balok variasi 2 (BT) lebih besar 5,758% dari balok variasi 1 (BN) dengan kuat lentur rata-rata sebesar 15,305 MPa. Sehingga, penggunaan balok variasi 2 (BT) tidak mempengaruhi kuat lentur.
Pengaruh Penggunaan Silica Fume Terhadap Kuat Tekan dan Resapan Air Mortar Pracetak Ferosemen Yulita Dwi Shinta binti Sayono; Ahmad Utanaka; Dadang Dwi Pranowo; Mirza Ghulam Rifqi; M. Shofi'ul Amin
Jurnal TESLINK : Teknik Sipil dan Lingkungan Vol 5 No 2 (2023): Next Issue on, September 2023
Publisher : Universitas Nusa Putra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52005/teslink.v5i2.299

Abstract

Kerusakan irigasi secara visual terdapat tanda-tanda korosi pada tulangan beton, seperti karat dan lapisan korosi. Dalam bidang pembangunan irigasi, teknologi ferosemen menjadi hal yang penting. Komposisi utamanya, yang terdiri dari semen, pasir, air, dan tulangan, dapat ditingkatkan dengan bahan alternatif tambahan seperti silica fume untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh silica fume dengan berbagai persentase (0%, 6%, dan 9% dari berat semen) terhadap karakteristik mortar dalam penerapan beton pracetak ferosemen. Pengujian dilakukan melalui pengukuran kuat tekan pada berbagai umur (3, 7, 14, 21, dan 28 hari), serta pengujian resapan air dan rembesan air pada umur 28 hari setelah perawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan silica fume mengakibatkan penurunan kuat tekan pada benda uji kontrol sebesar 20,96 MPa. Hal ini disebabkan oleh reaksi antara silica fume dan semen, yang memperlambat proses pengerasan. Selain itu, penambahan silica fume mengurangi resapan air pada mortar, dengan penurunan yang lebih signifikan seiring dengan peningkatan persentase campuran. Pengujian rembesan air pada beton pracetak ferosemen menunjukkan tingkat rembesan yang rendah, dengan nilai sebesar 21% setelah 24 jam, menandakan bahwa campuran ini cocok untuk aplikasi beton pracetak ferosemen. Dengan demikian, penggunaan silica fume dapat meningkatkan kualitas dan ketahanan beton pracetak ferosemen terhadap korosi.