Kusyogo Cahyo
Health Promotion And Behavioural Science, Faculty Of Public Health, Diponegoro University

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Implementasi Program Perawatan Metode Kanguru (PMK) Dan Partisipasi Pasien Pada Pelayanan Kesehatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Studi pada Pasien di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus) Nur Sri Atik; Sri Achadi Nugraheni; Kusyogo Cahyo
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 4, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.684 KB) | DOI: 10.14710/jmki.4.2.2016.98-108

Abstract

Kangaroo Mother Care (KMC) varies in each hospital. This condition can be viewed from the aspects of types of services, competency of human resource, facilities, and means. Implementation is a crucial step in the process of policy. Readiness and participation of parents will support the success of the KMC implementation. A role of family such as attitude, behaviour, and family participation is as a desire to protect a family member who is sick. This research aimed to identify the implementation process of factors of communication, disposition/attitude, resource, bureaucratic structure, and participation of patients and their families in KMC at Mardi Rahayu Hospital. This was qualitative research using in-depth interview and direct observation. Main informants encompassed 4 mothers who had Low Birth Weight (LBW) Babies. Meanwhile, informants for triangulation purpose encompassed 3 trained midwives, 3 trained nurses, and 3 trained paediatricians, nursing manager, and director of medical services. Furthermore, data were analyzed using thematic analysis in which data as the result of in-depth interview were analyzed in accordance with a theme. The implementation of KMC had not been done optimally. Regarding communication, there was no socialization of the program. Therefore, information of the KMC program was unclear, inconsistent. Regarding attitude/disposition of the program implementer, there was not only lack of support from all implementers in implementing the program but also lack of commitment. Regarding resource, there was lack of trained health workers, lack of facilities, and no sustainable fund for the program. Regarding bureaucratic structure, Standard Operating Procedure was needed to be revised and no clear job-sharing in KMC. Mothers had not participated in making decision, implementing, taking benefits, and evaluating yet. This was due to lack of information. As suggestions, the hospital needs to improve socialization of the program, provide implementation guidelines, and implement KMC followed by monitoring and supervising. In addition, the hospital needs to improve communication, information, education (CIE) for mother/family and provide opportunity for clients to implement KMC at the hospital before going home.
Examining the Smoking Levels of Junior High School Students in Semarang City, Indonesia Besar Tirto Husodo; Novia Handayani; Kusyogo Cahyo; Nurhasmadiar Nandini
Journal of Public Health for Tropical and Coastal Region Vol 3, No 1 (2020): Journal of Public Health for Tropical and Coastal Region
Publisher : Public Health Faculty, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jphtcr.v3i1.7343

Abstract

Background: The prevalence of active smokers in Indonesia remains high. Global Adults Tobacco Survey (GATS) on 2011 stated that Indonesia has the highest number of active smokers (67% male and 2.7% female). National Health Indicator Survey 2016 showed the number of male adolescent who smoke was 54.8%. The aim of this study was to examine the smoking levels of junior high school students in Semarang City in order to arrange improvement in behavioral changes through identifying the patterns of adolescent’s smoking behavior.Methods: This study used cross sectional study design. Samples were selected with simple random sampling technique, and 160 smokers who were junior high school students were obtained from 16 sub-districts in Semarang City. Data was analyzed using univariate and bivariate analysis.Results: The result showed that the majority of the respondents were light smokers (90.0%) who smoke <5 cigarettes/day. The chi square test showed that pocket money to buy cigarettes (p=0.011) and the social interaction pattern (p=0.026) have correlation to students’ smoking levels.Conclusion: Most students start to smoke at the age of less than 12 years old with light smoking degree. It is correlated with the pocket money to buy cigarettes and the social interaction pattern.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI TENTANG MASALAH KESEHATAN KERJA DAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PETANI TEMBAKAU Megah Andriany; Kusyogo Cahyo; Aditya Kusumawati
Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jikk.v2i1.299

Abstract

Petani tembakau merupakan kelompok berisiko menderita Green Tobacco Sickness. Sedikit peneliti yang meneliti hubungan antara pengetahuan dan persepsi petani tembakau terkait masalah kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan persepsi tentang masalah kesehatan terkait pekerjaan ini dan perilaku perlindungan diri petani pembakau. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan 90 petani tembakau sebagai responden yang tiggal dan bekerja sebagai petani tembakau minimal satu tahun di sebuah kecamatan di Kabupaten Kendal. Metode sampling menggunakan simpel random sampling. Peneliti mengembangkan kuesioner berdasarkan Model Promosi Kesehatan Pender. Pengumpulan data menggunakan metode survei dan data dianalisis menggunakan analisis data bivariate dengan metode Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat pelindung diri dengan pengetahuan (0,000) dan persepsi manfaat dari tindakan (0,003), namun tidak terdapat hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan persepsi kerentanan (0,066), keparahan (0,086), dan hambatan terhadap tindakan (0,247). Penelitian ini merekomendasikan kebutuhan pendidikan kesehatan terkait manfaat penggunaan alat pelindung diri dan beberapa strategi untuk menghilangkan hambatan untuk melaksanakan perilaku.
Hubungan Motivasi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam Pelayanan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Di Wilayah Kerja Puskesmas Boja Kendal Widya Mariyana; Kusyogo Cahyo
Jurnal Ilmu Kebidanan Vol. 8 No. 1 (2021): Edisi Desember
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN UMMI KHASANAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48092/jik.v8i1.136

Abstract

Latar Belakang: Target pencapaian PWS-KIA yang belum mencapai target, masih ditemukannya kasus gizi kurang, lemahnya pelayanan yang diberikan oleh bidan desa, hasil supervisi oleh Puskesmas ke lapangan terlihat sarana dan prasarana Poskesdes yang masih kurang, supervisi pada bidan desa sudah berjalan tetapi belum optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dan beban kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan Poskesdes di Wilayah Kerja Puskesmas Boja Kendal. Metode: Desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah 20 bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Boja Kendal, teknik sampel menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi-square. Hasil: Motivasi bidan desa mayoritas kategori baik 12 responden (88,2%). Beban kerja bidan desa mayoritas kategori baik 17 responden (85%). Kinerja bidan desa dalam pelayanan pos kesehatan desa mayoritas kategori baik 12 responden (59,2%). Hasil uji chi-square p=0.003 ada hubungan beban kerja dengan kinerja, p=0.001 ada hubungan motivasi kinerja. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa motivasi dan beban kerja berhubungan dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan poskesdes.  
KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SEMARANG (STUDI OBSERVASIONAL PERDA KTR) Novia Handayani; Bagoes Widjanarko; Kusyogo Cahyo; Abdillah Ahsan; Dian Kusuma
An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Vol 7, No 2 (2020): AN-NADAA JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (DESEMBER)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/ann.v7i2.3671

Abstract

Kota Semarang telah membuat Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, namun berdasarkan Riskesdas 2018 proporsi merokok di dalam gedung/ruangan di Kota Semarang masih sangat tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional. Pengambilan data dilakukan di 35 Kawasan Tanpa Rokok di Kota Semarang yang tersebar di 7 kawasan yang telah diatur dalam PERDA KTR. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada 42,86% tempat yang tidak memasang tanda larangan merokok. Namun, seluruh kantor pemerintahan dan fasilitas pelayanan kesehatan telah memasang tanda larangan merokok (100%). Meskipun demikian, 80% tempat yang diobservasi masih ditemukan puntung rokok, 34,29% ditemukan bungkus rokok, 51,43% tercium bau asap rokok, 31,43% terdapat pegawai merokok, dan 42,86% terdapat pengunjung yang merokok. Enam kawasan masih ditemukan pegawai yang merokok di area KTR, baik di dalam ruangan, di dalam gedung, maupun di pos satpam di dalam pagar. Sebanyak 100% kawasan tempat umum dan 100% kawasan transportasi umum ditemukan bau asap rokok, puntung rokok, dan pengunjung yang merokok. Bungkus rokok masih ditemukan di seluruh kawasan (tujuh), dengan persentase tertinggi terdapat pada kantor pemerintahan (50%). Pelaksanaan PERDA KTR di Kota Semarang masih belum optimal. Diperlukan dukungan, komitmen, dan kerjasama berbagai pihak terutama kawasan yang telah diatur dalam PERDA tersebut. Penerapan sanksi dan pengawasan yang teratur oleh pemimpin kawasan diperlukan dalam menegakkan aturan demi kemaslahatan bersama.