Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL DAN USAHATANI JAGUNG DI SELA TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Suparwoto Suparwoto; Yuana Juwita; Yanter Hutapea
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol.13, No.2, 2019
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.172 KB) | DOI: 10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p02

Abstract

ABSTRAK Pemerintah telah mencanangkan untuk berswasembada jagung dan daging. Provinsi Sumatera Selatan dengan kekayaan sumberdaya alamnya berpeluang untuk mewujudkan sumbangsihnya. Tersedianya lahan tanaman karet yang luas seperti pada lahan karet yang belum menghasilkan dapat ditanami jagung. Kajian ini bertujuan mengetahui adaptasi varietas dan usahatani tanaman jagung di sela tanaman karet yang belum menghasilkan. Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi perkebunan karet rakyat belum menghasilkan dengan umur 2 tahun di Kelurahan Betung Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan dimulai bulan April sampai September (MK) 2018. Pengkajian dilaksanakan dalam bentuk On Farm Research (OFR) di kebun karet yang belum menghasilkan umur 2 tahun yang berjarak tanam 5 x 3,5 m. Dimana jarak barisan tanaman karet 5 m dan jarak dalam barisan karet 3,5 m. Perlakuan 5 varietas jagung yaitu Bima 10, Bima 19, Pioner 21 dan Bisi 18 dan Sukmaraga. Luas petakan tiap perlakuan 4 gawang karet (20 m x 20 m). Jarak antar plot 1 gawangan karet (5 m) dan jarak ulangan 1 m. Setiap perlakuan diulang 4 kali. Rancangan yang digunakan rancangan acak kelompok (RAK). Hasil menunjukkan bahwa Varietas jagung Pioneer 21 mempunyai postur tinggi tanaman tertinggi yaitu 142,7 cm dan jumlah daun 9,9 helai sedangkan terrendah Bima 10 yaitu 137,9 cm dengan jumlah daun 9,4 helai. Produksi pipilan kering tertinggi tanaman jagung di sela tanaman karet dicapai oleh BISI-18 ( 4,1 ton/ha) tidak berbeda nyata dengan Bima-10 (3,5 ton/ha), Sukmaraga (3,4 ton/ha) dan Pioneer 21 (3,2 ton /ha), sedangkan produksi terendah 2,2 ton/ha oleh Bima-19. Maka pendapatan dari usahatani ke lima varietas tersebut bervariasi dari Rp 4.820.000-Rp 13.745.000 dengan nilai R/C 1,78-3,03. Sehingga usahatani tanaman jagung di sela tanaman karet yang belum menghasilkan umur 2 tahun layak untuk dikembangkan Kata kunci: Adaptasi, usahatani, jagung, sela karet
Nilai Tambah Berat Badan Sapi Berdasarkan Pemberian Pakan Di Kawasan Perkebunan Karet Yanter Hutapea; Suparwoto Suparwoto; Yayan Suryana; Pandu Hutabarat
Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2019: Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal “Smart Farming yang Berwawasan Lingkungan untuk Ke
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hutapea Y, Suparwoto S, Suryana Y, Hutabarat P. 2019. Value added weight of cattle based on giving feed in rubber plantation area. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2019, Palembang 4-5 September 2019. pp. 62-70.  Palembang: Unsri Press. Rubber plantation areas have the potential to provide cattle feed such as natural grass and leftovers from other crops that are cultivated such as corn waste. This potential can be used to support the development of cattle in South Sumatra. This study aims to analyze the added value of cattle weight through several types of feed that can be obtained in rubber plantation areas. The activity was carried out in August - October 2018 in rubber plantation area of Betung Sub-District, Betung District, Banyuasin Regency. The cattle used were 20 male cows with a body weight (BW) of 150-200 kg and around 1-2 years old. Feed treatment (P1) in the form of: fresh grass according to farmer's habits, P2: fresh grass (10% BW) + concentrate (1% BW), P3: fresh grass (5% BW) + corn silage (5% BW) + concentrate (1% BW), and P4: corn silage (10% BW) + concentrate (1% BW). The results of the study show that the highest daily weight gain of cattle was 0.36 kg obtained from P2 treatment, while the lowest was 0.23 kg in P4 treatment. On a maintenance scale of 5 cows for 3 months, feed in the form of fresh grass (10% BW) + concentrate (1% BW) provides the highest added value of Rp 2,598,750 and the combination of natural grass (5% BW), corn silage (5% BW) and concentrate (1% BW) provides added value of Rp. 371,250 compared to the control. Keywords: added value, body weight, cattle, feed, rubber plantation area
Kinerja Teknologi dan Pendapatan Usahatani Padi di Lahan Sawah Pasang Surut Yanter Hutapea; B. Raharjo; P. Hutabarat
Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2020: Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 “Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan K
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hutapea Y, Raharjo B, Hutabarat P.  2020.  Technology performance and rice farming income in tidal swamp land. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020. pp. xx. Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI).Rice technology innovation has not been optimally applied and adopted by farmers in its development areas.It is necessary to determine priority improvements in technology assistance.Therefore, this study aims to analyze the performance of the application of technology and income of rice farming in tidal swamp. Data/information collection activities were carried out in March-April 2020.The case study conducted in Pinang Banjar Village, Sungai Lilin Sub District, Musi Banyuasin Regency.Information was collected from two farmer groups, namely Banjar Sari and Banjar Harum II, with a total of 20 and 18 farmers, respectively, who are involved in Innovation-Based Agricultural Area activities.Data were analyzed descriptively both qualitatively and quantitatively, assisted by the use of Cartesian diagrams.Financial analysis was carried out to determine the feasibility level of farming in 2019 dry season and 2019/2020 rainy season.The results of the study show that based on the understanding and reality of the application of technology, the drying of grain and the use of new variety  needs improvement in its application. Farmers' understanding and its application need to be improved in irrigation, fertilization, land management, pest and disease management and the use of organic matter.The productivity of rice in Pinang Banjar Village still has the opportunity to be increased both in the rainy and dry seasons, because the results obtained have not reached half of the potential production of current superior varieties.This low productivity also results in low income for rice farming, which only reaches Rp. 5,150,600 / ha in the rainy season.
PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI Yanter Hutapea; Tumarlan Thamrin; Yanto Pandu
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 4 No 1 (2010): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this assessment was to know the application of technology which was done by participant farmer and non participant farmer of Prima Tani, production and rice farming income, and also the relationship between the application of technology with rice farming income. Data of rice farming activity in wet season 2006/2007 was collected in August until September 2007 by interviewing participant farmer of Prima Tani in Kertosari Village and non participant farmer as a comparison in Purwakarya Village, Purwodadi Sub-district, Musi Rawas Regency. Sample (owner of the foundation) was taken by Disproportionate Stratified Random Sampling. The result of this assessment showed that the score of technology application of participant and non participant farmer with magnitude of 16,38 and 14,37, respectively, but statistically the difference was insignificant and including on medium category of technology application. The farming productivity of participant farmer was 7.118 kg harvesting dry grain/ha and 7.215 kg harvesting dry grain/ha of non participant farmer. Rice farming total cost of participant and non participant farmer with magnitude of Rp 5.786.035/ha and Rp 6.663.875/ha respectively. Rice farming income of participant farmer was higher than non participant farmer with magnitude of Rp 8.228.915/ha and Rp 7.235.435/ha, respectively. Statistically, the relationship between applicated technology with rice farming income was insignificant. It is suggested to intensify agricultulcure extension about technological innovation in other to impact on increasing production, farming income and efficiency of production factors.
ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADA BERBAGAI TINGKAT KECEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL KEDELAI Yanter Hutapea
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 5 No 2 (2011): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk meningkatkan produktivitas kedelai, maka penggunaan varietas unggul merupakan salah satu hal pokok yang harus diperhatikan. Kecepatan petani dalam mengadopsi varietas unggul berbeda antar petani, yang akan menyebabkan perbedaan juga dalam pengelolaan usahataninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi usahatani pada berbagai tingkatkecepatan adopsi. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Desember tahun 2009. Pelaksanaan survei dengan mewawancarai petani dilakukan di Desa Gunung Kembang Kecamatan Merapi Kabupaten Lahat, Desa Sukomulyo Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas dan Desa Margomulyo Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Pengambilan sampel menggunakan metode Acak Berlapis Tak Berimbang. Sampel petani terdiri dari tiga strata yaitu yang mengadopsi varietas unggul 1-2 musim tanam (MT) sejak dianjurkan, 3-4 MT sejak dianjurkan dan 5-6 MT sejak dianjurkan, dengan jumlah sampel seluruhnya 114 petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi kedelai yang dihasilkan petani yang mengadopsi varietas unggul 1-2 MT sejak dianjurkan, 3-4 MT sejak dianjurkan dan 5-6 MT sejak dianjurkan berturut-turut 1.443,36 kg/ha; 1.423,07 kg/ha dan 1.133,75 kg/ha dengan pendapatan bersih berturut-turut sebesar Rp 3.742.255/ha; Rp 3.554.105/ha dan Rp 2.240.925/ha. Adapun tingkat efisiensi (R/C) yang dicapai berturut-turut sebesar 1,58; 1,53 dan 1,39.
EFISIENSI USAHATANI DENGAN PELAKSANAAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI Yanter Hutapea
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 6 No 3 (2012): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi (SL-PTT) di lakukan tidak terikat dengan ruang kelas, menjadi tempat pendidikan nonformal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, utamanya dalam mengenali potensi, penyusunan rencana usahatani, mengatasi permasalahan. Pengkajian ini bertujuan untuk membandingkan efisiensi usahatani padi akibat penerapan inovasi, biaya yang dikeluarkan, produksi dan pendapatan usahatani padi yang diperoleh sebelum dan sesudah pelaksanaan SL-PTT Padi dan antara petani peserta dan bukan peserta SL-PTT Padi. Kajian ini dilakukan pada musim hujan 2010/2011 di Desa Pagarsari kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas dengan menggunakan pendekatan sebelum dan sesudah penerapan teknologi dan dengan dan tanpa penerapan teknologi. Hasil kajian menunjukkan bahwa Dibanding bukan petani peserta, maka petani peserta SL-PTT Padi lebih memiliki motivasi yang lebih kuat untuk mengetahui perkembangan inovasi yang dibuktikan dari lebih aktifnya mereka ikut dalam pertemuan kelompok dan belajar pada petak percontohan. Manfaat ekonomi yang diperoleh setelah mengikuti SL-PTT Padi adalah semakin menurunnya biaya pokok untuk menghasilkan gabah kering panen dari Rp 1.384,22/kg menjadi Rp 1.229,56/kg. Efisiensi ini juga dibuktikan dengan semakin meningkatnya Nilai R/C dari 1,8 menjadi 2,43 dan nilai MBCR sebesar 5,3. Dibanding dengan petani bukan peserta, maka pada musim tanam yang sama petani peserta lebih efisien dibanding bukan peserta. Biaya pokok pokok untuk menghasilkan gabah kering panen pada petani peserta Rp 1.229.56/kg sedangkan bukan peserta sebesar Rp 1.364,18. Nilai R/C usahatani padi petani peserta 2,44 sedangkan bukan peserta sebesar 2,20 dengan nilai MBCR sebesar 3,97.
Nilai Tambah Pemupukan Hara Spesifik Lokasi di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan Waluyo Waluyo; Yanter Hutapea
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 9 No 3 (2015): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract