Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA MERAH TEBU DI JAWA TENGAH Indrie Ambarsari; S Dewi Anomsari; Budi Hartoyo
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n3.2017.p231-240

Abstract

 ABSTRACT Food Additive Utilization on The Production Process of Cane Brown Sugar in Central Java. Cane brown sugar is a conventional product from sugarcane processing industry that has grown for generations in Indonesia, especially in Java.  Unfortunately, harmful additives are often used in this industry. Therefore, this study aimed to analyze the effect of the use of additives on the quality and safety of cane brown sugar. Based on field observation in district of Rembang - Central Java, the utilization of food additives was divided into three, i.e.: (1) the addition of calcium oxide, (2) the combination of calcium oxide and sugar, and (3) the combination of calcium oxide, sugar, and sodium bicarbonate. The parameters that was observed including chemical characteristics (moisture, protein, fat, reduced sugar, sucrose) as well as physical characteristics (hardness, color and pH), while the safety parameters was observed based on calcium residues and microbial analysis. Statistical analysis was performed using one-way ANOVA. The results showed that combination of calcium oxide with sugar and sodium bicarbonate affects the product quality such as protein content, sucrose, pH, color, and hardness. However, the utilization of food additives can not fixed the quality of brown sugar. In term of food safety, the replenishment of sodium bicarbonate after boiling process showed a significant enhancement on the amount of total microorganism in brown sugar. The addition of sugar and sodium bicarbonate into the formulation also showed an increasing of calcium residues, which is feared could endanger consumer health.   brown sugar, sugarcane, food additive ABSTRAK Gula merah tebu merupakan produk konvensional dari industri pengolahan tebu yang telah berkembang selama beberapa generasi di Indonesia, terutama di daerah Jawa. Sayangnya, penggunaan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan seringkali digunakan dalam industri ini. Oleh karena itu, kajian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh penggunaan bahan tambahan terhadap kualitas dan keamanan produk gula merah tebu. Berdasarkan pengamatan di Kabupaten Rembang – Jawa Tengah, terdapat tiga jenis bahan tambahan yang digunakan dalam produksi gula merah tebu yaitu: (1) penggunaan kapur tohor (kalsium oksida), (2) kombinasi penggunaan larutan kalsium oksida dan gula pasir, (3) kombinasi penggunaan kalsium oksida, gula pasir, dan baking soda (sodium bikarbonat). Paramater kualitas produk yang diamati meliputi karakteristik kimia (kadar air, protein, lemak, gula reduksi, sukrosa), dan karakteristik fisik (tingkat kekerasan, warna, dan pH). Sedangkan parameter keamanan pangan dilihat berdasarkan residu kalsium dan kandungan mikroba pada produk akhir. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji one way ANOVA. Hasil studi menunjukkan bahwa kombinasi beberapa jenis bahan tambahan berpengaruh terhadap kualitas gula merah yang dihasilkan, baik dari sifat kimia maupun sifat fisik. Meskipun demikian, penggunaan bahan tambahan pangan tidak menunjukkan adanya perbaikan kualitas pada produk yang dihasilkan. Penambahan sodium bikarbonat pada tahapan akhir proses produksi gula merah justru menyebabkan peningkatan jumlah cemaran mikroorganisme pada produk.  Penggunaan gula dan sodium bikarbonat dalam formulasi produk juga menyebabkan peningkatan residu kalsium, yang dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan konsumen.gula merah, tebu, bahan tambahan pangan
PERUBAHAN KUALITAS SUSU PASTEURISASI DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN Indrie Ambarsari; Qanytah .; Tri Sudaryono
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 32, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v32n1.2013.p10-19

Abstract

Susu pasteurisasi merupakan salah satu produk olahan susu cair yang banyak dikonsumsi masyarakat. Susu pasteurisasi bersifat mudah rusak sehingga umur simpannya pendek. Teknologi pengemasan memegang peranan penting dalam memperpanjang masa simpan produk. Berbagai jenis kemasan digunakan untuk mengemas susu, seperti botol gelas,  kotak karton, dan kemasan dari plastik. Setiap bahan kemasan memiliki keunggulan dan kelemahan. Kemasan yang baik dapat menghambat perubahan kualitas susu pasteurisasi selama penyimpanan, baik dari segi mikrobiologi, kimia, maupun sensoris. Paparan cahaya pada kemasan akan memicu terjadinya oksidasi lipida, kehilangan riboflavin, dan  kerusakan flavor pada susu pasteurisasi. Oleh karena itu, penggunaan kemasan yang dapat menangkal cahaya dapat menghambat kerusakan susu pasteurisasi selama penyimpanan. Namun, kemasan bukan  satu-satunya faktor yang menentukan kualitas susu pasteurisasi. Kualitas dan komposisi bahan baku serta migrasi senyawa yang terdapat pada kemasan ke dalam susu yang dikemas juga menentukan kualitas susu pasteurisasi.
Kelayakan Inovasi Teknologi Pakan Lengkap Terfermentasi Pada Usaha Ternak Sapi Potong Agus Hermawan; Heri Kurnianto; Forita D. Arianti; Indrie Ambarsari
Jurnal Riset Agribisnis dan Peternakan Vol. 5 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.699 KB) | DOI: 10.37729/jrap.v5i2.838

Abstract

In the beef cattle business, feed is the second largest cost component after feeder purchases. To increase the efficiency of feed use and business efficiency, the complete fermented feed was introduced at the beef cattle production center in Sumberejo Village, Ngablak District, Magelang Regency. The complete feed consists of forage, rice bran, minerals, molasses, and salt, fermented with local microorganisms (MOL) made from the beef rumen. Feed was given to 5 beef cattle breeders and compared with the breeders' feed. The financial feasibility of the two feeding modes was compared. The results of the analysis show that complete fermented feed can increase daily body weight gain (PBBH) from 0.48 to 1.16 kg, shorten the fattening period from 13.5 months to 11 months, reduce the amount and cost of feed needed, reduce labor requirements. . , as well as increasing farmers' income. If all costs are taken into account, the fattening of livestock using the farmer's feed system which previously lost (R / C = 0.994) becomes profitable with complete fermented feed (R / C = 1.374).