Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Seks pada Anak Usia 6-10 Tahun di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Sri Eny Setyowati; Sri Widiyati; Fajar Surahmi
Jurnal Forum Kesehatan Vol 7 No 2 (2017): Agustus 2017
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.839 KB)

Abstract

Latar Belakang: Komisi Nasional Perlindungan anak menyatakan bahwa Provinsi Jawa Tengah menyandang status darurat kekerasan terhadap anak dan menempati posisi ke 18 dari 34 propinsi di Indonesia dengan 2000 kasus selama bulan Januari hingga Juli 2015. Dari jumlah tersebut, 1570 kasus dari antaranya adalah kekerasan seksual. Dalam hubungan ini, orangtua mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pendidikan seks kepada anak usia 6-10 tahun yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan orang tua dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia 6-10 tahun. Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan orang tua siswa tentang pendidikan seks pada anak usia 6-10 tahun di Kecamatan Sumowono. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua siswa yang mempunyai anak dengan usia 6- 10 tahun di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang berjumlah 100 orang. Hasil: Karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian orang tua siswa berumur 20-30 tahun (46%), sebagian besar berpendidikan SMP (48%) dan sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (41%). Didapati bahwa sebagian besar orang tua siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang pendidikan sex pada anak (62%) seperti: sebagian besar dari mereka masih beranggapan bahwa membicarakan seks pada anak adalah tabu (53%) dan sebaiknya pendidikan seks diberikan setelah anak menikah (76%). Disarankan: Karena itu disarankan agar informasi tentang pendidikan seks diberikan kepada orang tua siswa yang anaknya berusia 6-10 tahun dengan cara ceramah atau pemutaran film.
PELATIHAN INSTRUKTUR KLINIK : METODE PERSEPTOR DALAM PEMBELAJARAN KLINIK DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Kurniati Puji Lestari; Joni Siswanto; Iis Sriningsih; Sri Eny Setyowati
Jurnal LINK Vol 15, No 1 (2019): MEI 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.38 KB) | DOI: 10.31983/link.v15i1.3923

Abstract

Pembelajaran klinik merupakan kebutuhan primer dalam proses pendidikan tahap profesi ners agar lulusan mampu memberikan layanan kesehatan yang berkualitas. Pembelajaran klinik yang baik harus didukung oleh instruktur klinik yang mampu menjadi role model. Instruktur klinik berwenang dan bertanggung jawab untuk mengatur proses pembelajaran klinik di wahana praktik. Oleh sebab itu dibutuhkan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan instruktur klinik dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kejelasan akan peran fungsi dan tanggung jawab instruktur klinis dalam membimbing peserta didik di tatanan klinik. Pemberian materi melalui pendidikan Pembelajaran Klinik, diskusi interaktif dan simulasi pembelajaran klinik. Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu ceramah, metode demonstrasi untuk memberikan keterampilan tentang preceptorship dan proses evaluasi, simulasi, metode diskusi, dan pendampingan bimbingan klinik. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan sebagian besar peserta menyatakan tema pelatihan bagus (63,4%), ketepatan waktu cukup (49,6%), suasana bagus (60,1%), kelengkapan materi bagus (70,6%), pelayanan atau sikap penyelenggaraan bagus (61,6%), media atau alat bantu bagus (57,2%). Rerata nilai pembicara sebesar 84,85 (rentang nilai 25-100) termasuk dalam kategori baik. Rerata nilai pre-test sebesar 30,45 dan nilai post-test sebesar 45,5 (rentang nilai 0-100) dengan rerata peningkatan nilai antara pre dan post-test sebesar 10,9. Kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman pembimbing klinik tentang metode perseptorship dan dapat diadopsi untuk dilaksanakan di wahana praktik lain. Ketepatan waktu pelatihan perlu diperhatikan. Evaluasi kegiatan tidak hanya menilai pengetahuan instruktur klinik tetapi juga menilai sikap atau kesiapan dalam pelaksanaan metode preceptorship.