Sutomo Kahar
Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS DAYA TAMPUNG FASILITAS PENDIDIKAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS widya Prajna; Sutomo Kahar; Arwan Putra Wijaya
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.594 KB)

Abstract

ABSTRAK Sebagai salah satu kota metropolitan Semarang boleh dikatakan cukup padat, pada tahun 2011 kepadatan penduduknya sebesar 4.133 jiwa per km2, sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan keadaan tahun 2010. Dikarenakan tingginya nilai kepadatan penduduk tersebut maka perlu ditunjang dengan sarana-sarana penunjang kegiatan penduduknya terutama di bidang pendidikan.Pada penelitian ini untuk analisis lokasi sekolah terhadap kawasan pemukiman menggunakan service area analyst, sedangkan analisis daya tampung dilakukan dengan menghitung nilai APK, APM, TPS, dan Ketertampungan yang kemudian disajikan secara spasial dalam bentuk peta. Penelitian ini mengambil 5 kecamatan di Kota Semarang saja, yaitu Candisari, Gayamsari, Semarang Selatan, Semarang Tengah, dan Semarang Timur. Fasilitas pendidikan yang diteliti adalah tingkat SMP dan SMA.                Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa lokasi sekolah yang ada baik di tingkat SMP dan SMA sudah dapat menjangkau kawasan pemukiman yang ada. Sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 yang menyatakan lokasi sekolah harus dapat dijangkau dari kawasan pemukiman dengan jarak 6 km. Untuk tingkat SMP, di kecamatan Candisari terdapat sebesar 13,12% penduduk usia 13-15 tahun  yang tidak tertampung  dan kecamatan Gayamsari terdapat sebesar 11,95% penduduk usia 13-15 tahun yang tidak tertampung. Sedangkan di tingkat SMA hanya kecamatan Candisari terdapat sebesar 12,16% penduduk usia 16-18 tahun tahun yang tidak dapat tertampung. Kata kunci: Lokasi Sekolah, Pemukiman, Semarang, Service Area Analyst.ABSTRACTAs one of a metropolitan city, Semarang has a high density population. In 2011, the population density is 4.133 population per km2, this amount is higher than in 2010. Because of the high density population, it is necessary that the  public facility have to match it’s necessity, especially in education.                In this reasearch, the school location to residence area analysis was analyzed using service area analyst method. Meanwhile the school capacity analysis was  done by calculating APK, APM, TPS, and Accomodated that than it is presented spatially in the form of a map. This study took 5 subdistricts of Semarang City, there are Candisari, Gayamsari, Semarang Selatan, Semarang Tengah, and Semarang Timur. The  education facility objects are junior high schools, and senior high schools.This study showed that the location of existing schools at both the junior high schools and senior high schools have reached residence area. In accordance with the Ministerial Regulation No. 24 of 2007 that the school should be reachable from the residence area within a distance of 6 km. For the junior high school level, in Candisari subdistrict there are 13.12% population aged 13-15 are not accommodated and in Gayamsari subdistrict 11.95% of the population aged 13-15 are not accommodated. While in senior high school level only in Candisari subdistrict 12.16% of the population aged 16-18 years who can’t be accommodated. Keywords: School Location, Resident, Semarang, Service Area Analyst.   *) Penulis Penanggung Jawab
PETA SEBARAN GEDUNG-GEDUNG TINGGI UNTUK MENENTUKAN ZONA KAWASAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Semarang Tengah, Semarang Selatan Dan Candisari) M. Andu Agjy Putra; Sutomo Kahar; Bandi Sasmito
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.18 KB)

Abstract

AbstrakBerbagai kemajuan pada ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh pada seluruh sektor keilmuan, tak terkecuali pada bidang keilmuan Teknik Geodesi. Disiplin ilmu yang mengkhususkan pada bidang survei dan pemetaan itu kini memiliki banyak alternatif, dimana salah satunya adalah teknik pemetaan dengan visualisasi 3D. Banyaknya Gedung-Gedung Tinggi di Kota Metropolitan membuat proses pemetaan berkembang sesuai dengan fungsinya, dimana dapat menjadi replika keadaan yang sesungguhnya. Gedung tinggi inilah yang menjadi bagian penting dalam proses visualisasi 3D. Kota Semarang sebagai salah satu dari beberapa kota metropolitan yang ada di Indonesia memiliki banyak sekali persebaran gedung tinggi. Dengan fungsi yang berbeda-beda, gedung tinggi dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kesesuaian persebaran zona kawasan yang terjadi di Kota Semarang dengan RDTR Kota Semarang. Tinggi Gedung juga dapat digunakan sebagai penelitian terhadap obstacle Kota Semarang terhadap KKOP Bandara Ahmad Yani Semarang. Pembuatan peta 3D ini menggunakan software ArcGIS. Serta penentuan zona kawasan pada persebaran gedung tinggi menggunakan metode density. Metode ini yang membagi kawasan setiap daerah yang ada di Kota Semarang. Tinggi gedung yang nantinya akan dilakukan validasi digunakan sebagai bagian KKOP Bandara Ahmad Yani. Hasil peta persebaran gedung tinggi diharapkan dapat memudahkan pemerintah maupun masyarakat dalam menenetukan kawasan di setiap daerahnya. Peta KKOP juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam memberikan ijin terhadap pembangunan gedung-gedung tinggi yang ada di Kota Semarang. Kata kunci :ArcGIS; Density; Gedung Tinggi; Visualisasi 3D; Zona Kawasan  AbstractDistribution maps of tall buildings to determine zone area in Semarang City. The development  of science  and  technological advances have  impact to all sector of scholarly,  without exceptions engineering geodesy. It specifically discuss  about  survey and distributions that has various alternative, such as 3D visualization. There are lots of tall buildings or sky scraper in metropolitan city impact process of distributions that developed based on its function. It can represent the real replica of tall buildings. This is the most important process of  3D visualization. Semarang is one of metropolitan city in Indonesia that has lots   distributions of tall buildings. With the various function, tall buildings can be a reference to determine suitability distributions of zone area in Semarang by  Semarang’s RDTR. Tall buildings can be used as research of obstacle Semarang to KKOP Ahmad Yani airport Semarang. This creation of 3D maps used software ArcGIS. The determination of zone area of tall building distributions uses density method. This method divides each area that located in Semarang. Validated tall buildings will be used as a part of KKOP Ahmad Yani airport. The distribution map of tall buildings is expected as a tools to ease government and society to determine region of their area. KKOP’s map is expected as consideration for government to give permission of development tall buildings in Semarang city.Key word :ArcGIS; Density method; Tall building; 3D Visualization; Zone are.
KAJIAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PELACAKAN BATAS WILAYAH SECARA KARTOMETRIK (Studi Kasus : Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Utara, Semarang Timur) Muh Zaki Ulil Albab; Sutomo Kahar; Arwan Putra Wijaya
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.954 KB)

Abstract

ABSTRAKPenetapan dan Penegasan batas daerah adalah suatu kegiatan untuk menentukan pembatas wilayah administrasi pemerintahan antar daerah yang merupakan rangkaian titik-titik koordinat yang berada pada permukaan bumi. Oleh karena itu diperlukan suatu pengukuran batas wilayah sesuai dengan spesifikasi teknis dari pemerintah kota/kabupaten untuk menghindari munculnya sengketa batas daerah yang disebabkan karena ketidakjelasan letak titik batasnya.Kota Semarang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah yang merupakan urat nadi dari Kota Semarang itu sendiri. Sepanjang daerah perbatasan antara Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Timur dan Semarang Utara terdiri dari jalan raya, sungai, garis pantai, dan rel kereta api. Secara garis besar, kegiatan pelacakan batas daerah adalah pelacakan titik-titik batas wilayah dari atas citra quickbird menggunakan metode kartometrik dengan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah.Dalam penelitian tugas akhir ini, hasil yang dicapai adalah pergeseran jarak posisi pilar acuan antara pengukuran lapangan dengan pelacakan dari atas citra quickbird dengan pergeseran terbesar adalah 9,803 meter pada pilar PABA 0005-B serta pergeseran terkecil adalah 0,001 meter pada pilar PABA 0004-A, dengan simpangan baku pergeseran posisi dari 26 pilar acuan adalah 5,717 meter, sehingga tidak memenuhi persyaratan dari Tim Penetapan dan Penegasan Batas Daerah (PBBD) yaitu 25 cm. Selain pergeseran posisi tersebut, tugas akhir ini mendapatkan hasil validasi jarak antara pengukuran lapangan dan penarikan jarak dari atas citra quikcbird yang terbesar adalah 8,691 meter pada pilar PABA 0003-B dan yang terkecil adalah 0,013 meter pada pilar PABA-0004-D, serta dari 26 pilar terdapat 1 pilar yang tidak memenuhi ketelitian planimetris 5 meter yang disyaratkan dalam Permendagri no.76 tahun 2012 karena berada pada simpangan baku 6,382 meter, sedangkan 25 pilar lainnya masuk dalam ketelitian tersebut.Kata Kunci : Batas Wilayah, Citra Quickbird, Kartometrik. ABSTRACTDetermination and Confirmation of boundaries is an activity to determine the limiting inter-regional administrative area which is a series of coordinate points that are on the surface of the earth. Therefore we need a measurement of boundaries in accordance with the technical specifications of the city / county to avoid border disputes caused by uncertainty lies the point limit.Semarang city is the capital of the Central Java province and that is main area of this Semarang City. Along the border area between the Central District of Semarang, East Districtof Semarang and North District of Semarang consists of roads, rivers, coastlines, and railroads. In essence, tracking activity is tracking the boundary point use QuickBird imagery using kartometrik method with reference to the Minister of Home Affairs Regulation No. 76 Year 2012 on Guidelines for Region Emphasis.In this research, the results are distance moving of pillars point between field tracking and tracking on the quickbird imagery with the biggest moving is 9,803 meters which located in PABA0005-B pillar and the smallest distance moving is 0,001 meters which located in PABA 0004-A pillar, with deviation standar distance moving of 26 pillars is 5,717 meters, so it doesn’t meet requirement of PBBD team with requirement 25 cm. Beside that distance movement, this final assignment get the results of the biggest distance validation between field tracking and distance measured on the quickbird imagery is 8,691 meters which located in PABA 0003-B pillar, and the smallest one is 0,013 meters which located in PABA 0004-D pillar, and from 26 pillars any 1 pillar doesn’t meet planimetris requirement 5 meters which stated by Permendagri Number 76 Year 2012 because the deviation standar results is 6,382 meters, while 25 pillars other can meet that requirement. Keywords : Boundaries, Quickbird Imagery, Kartometrik
STUDI AREA LONGSOR KOTA DEPOK DENGAN METODE PEMBOBOTAN PARAMETER Adib Fahrul Arifin; Sutomo Kahar; Bandi Sasmito
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (844.739 KB)

Abstract

ABSTRAK   Dalam periode akhir tahun 2014 sudah sekitar 5 kejadian tanah longsor yang menimpa wilayah kota Depok. Untuk itu perlu dibuat peta zona rawan longsor guna menghasilkan informasi mengenai posisi yang berkaitan dengan tingkat kerawanan longsornya di kota Depok. Peta ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan guna tindakan pencegahan terjadinya tanah longsor di daerah yang rawan, sehingga mengurangi jumlah korban jiwa maupun materi dan juga perencanan dalam pembangunan sarana dan prasarana.Penelitian ini menggunakan data citra pengindraan jauh Quickbird dan SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan melakukan pembobotan terhadap parameter yang mempengaruhi terjadinya longsor, yaitu: kelerengan, penggunaan lahan, jenis tanah,  ketinggian, dan curah hujan dan membandingkan dua metode pembobotan parameter. Hasil dari Penelitian ini adalah peta kerawanan longsor yang dibagi menjadi lima kelas kerawanan yaitu: tidak rawan, agak rawan, cukup rawan, rawan, dan sangat rawan. Hasil informasi yang didapatkan adalah sebagian besar wilayah kota Depok masuk dalam kelas “agak rawan”, yaitu 48,49% dari total luasnya yaitu sebesar 9316,96232 Ha. Sedangkan sisanya masuk dalam kelas “Tidak Rawan” sebesar 22,27% (4279,860 ha),”Cukup Rawan” 25,57% (4912,882 ha, “Rawan” sebesar 2,98% (573,589 ha), dan”Sangat Rawan” sebesar 0,67% (129,982 ha).Kata Kunci : Tanah Longsor (Landslide), Peta, Kota Depok, Sistem Informasi Geografis  ABSTRACT In the end period of 2014 already 5 landslides that befell the city of Depok. Thus, needed a map of landslide-prone zones in order to generate information about a position with regard to the level of landslide insecurity in the city of Depok. This map can be used as reference in decision making to precautionary the occurrence of landslide in prone area, thus reducing the number of casualties our material and also planning in the development of facilities and infrastructure.This research uses remote sensing imagery Quickbird data and GIS (Geographic Information Systems) by doing  weighting parameters that influence the occurrence of landslides and comparing the two methods of weighting parameters. These parameters are slope, land use, soil type, altitude, and rainfall. The result of this research is map of insecurity the avalanche split into five classes, namely not prone, rather prone, quite a prone, prone, and is very prone. The information obtained is most areas of the city was included in the class “rather prone” as big as 48,49% from total area of Depok as big as 9316,96232 Ha. While the rest was included in the class “not prone” as big as 22,27% (4279,860 Ha), in the class “quite a prone” as big as 25,57% (4912,882 Ha), in the class “prone” as big as 2,98% (573,389 Ha), and in the class “is very prone” as big as 0,67% (129,982 Ha).Kata Kunci: Landslides, Map, Depok, Remote Sensing, Geographic Information Systems           *) Penulis PenanggungJawab
Pembuatan Peta Jalur Pendakian Gunung Ciremai Hasbie Rachmat Bachtiar; Bambang Sudarsono; Sutomo Kahar
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.619 KB)

Abstract

ABSTRAKGunung Ciremai adalah gunung api tertinggi di Jawa Barat, dengan ketinggian 3078 Mdpl. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 mdpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Goa Walet. Kini gunung Ciremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektar. Sebagai salah satu gunung terpopuler di Indonesia dan tertinggi di Jawa Barat, gunung Ciremai merupakan salah satu gunung yang banyak diminati oleh para pendaki dari dalam negri maupun mancanegara, karena terkenal dengan jalur extrimnya yaitu jalur Linggarjati.Dalam pendakian gunung memerlukan peta pendakian yang menyimpan informasi tentang gunung yang didaki. Ketika sedang mendaki gunung pendaki tidak dapat membawa informasi dalam bentuk soft copy. Hal ini dikarenakan minimnya ketersediaan teknologi. Penyajian data dalam bentuk hard copy merupakan solusi untuk permasalahan tersebutPembuatan peta jalur pendakian gunung Ciremai ini dilakukan untuk menyajikan informasi tentang pendakian gunung ciremai secara lengkap, akurat dan sistematis. Penyajian informasi ini berupa buku saku panduan mendaki gunung Ciremai dan peta jalur pendakian gunung Ciremai. Penyajian informasi seperti ini merupakan salah satu solusi untuk menjawab permasalahan tersebut.Kata kunci: Gunung Ciremai, Buku saku panduan mendaki gunung Ciremai, Peta jalur pendakian gunung Ciremai. ABSTRACTCiremai mountain is the highest volcano in West Java, with an altitude of 3078 mdpl. This mountain has a double crater. Western crater radius of 400 meters is truncated by the eastern crater radius of 600 meters. At an altitude of about 2,900 meters above sea level on the southern slopes of the former eruption points are called Goa Walet. Now Ciremai mountain belongs to the National Park area of Mount Ciremai (TNGC), which has a total area of about 15,000 hectares. As one of the most popular mountain in Indonesia and the highest in West Java, Ciremai mountain is one of the many mountain climbers of demand by domestic and foreign, because it is famous for the track Linggarjati extreme lane.In mountaineering ascent requires a map that stores information about the mountain climb. When was climbing a mountain climber can not carry information in soft copy. This is due to the lack of availability of technology. Presentation of data in hard copy form is a solution to these problems.The development climbing lane map of Ciremai mountain was conducted to provide information about mountain climbing Ciremai complete, accurate and systematic. The presentation of this information in the form of a pocket book climbing guide of Ciremai mountain and the development climbing lane map of Ciremai mountain. Presentation of information like this is one of the solutions to these problems.Keywords: Mount Ciremai, Pocket book climbing guide of Ciremai mountain, Climbing lane map of Ciremai mountain.
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Semarang Bagian Selatan) Purwi Fitroh Hidayati; Sutomo Kahar; Sawitri Subiyanto
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (810.566 KB)

Abstract

AbstrakDalam perkembangan permukiman yang terjadi di wilayah Semarang Bagian Selatan yaitu kecamatan Gunung Pati, Tembalang dan Banyumanik secara langsung dipengaruhi oleh adanya perguruan tinggi dan para pedagang atau pekerja yang kemudian mendatangi kawasan tersebut. Selaian itu luasan lahan yang masih luas serta fasilitas yang akhirnya kecamatan-kecamatan tersebut dijadikan salah satu tempat untuk beraktifitas. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan langkah yang tepat dalam menyajikan aspek spasial (keruangan). Dalam hal ini SIG mempunyai manfaat yang dapat digunakan untuk menganalisis dalam proses evaluasi kesesuaian lahan yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan, yaitu tata guna lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, jarak terhadap jalan utama dan gerakan tanah.Dari analisis menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) menunjukan besar bobot yang mempengaruhi untuk masing-masing parameter sebesar 35,78 % untuk kemiringan lereng dan gerakan tanah, 10,80 % untuk jenis tanah, 8,33% untuk penggunaan lahan, 5,42 % untuk jarak terhadap jalan utama dan 3,89 % untuk curah hujan. Dari hasil overlay peta hasil skoring tersebut maka didapat lahan dengan luas 5101,10 (ha) atau sekitar 31,87 % sangat sesuai untuk permukiman, lahan dengan luas 3764,69 (ha) atau sekitar 23,52 % sesuai untuk permukiman, lahan dengan luas 2914,16 (ha) atau sekitar 18,21 % cukup sesuai untuk permukiman, lahan dengan luas 1287,36 (ha) atau sekitar 8,04% lahan kurang sesuai untuk permukiman dan lahan dengan luas 3012,56 (ha) atau sekitar 18,82 % tidak sesuai untuk permukiman. Kata kunci: Permukiman, Analytic Hierarchy Process, Sistem Informasi Geografis, Kemiringan, Jenis Tanah. AbstractIn residential developments that occurred in the area of Southren Semarang namely Gunung Pati, Tembalang and Banyumanik is directly influenced by the presence of colleges and traders or workers who later came to the region. Beside the land area that is still widespread, and the facilities are sub-districts eventually be one of the places to activities. Geographic Information System (GIS) is a right step in presenting the spatial aspects (spatial). In this case the GIS has the benefit that can be used to analyze the process of land suitability evaluation in accordance with predetermined parameters, namely land use, slope, soil type, rainfall, distance to the main road and ground movement. From the analysis using AHP (Analytical Hierarchy Process) showed much weight affect for each parameter of 35.78% for the slope and soil movement, 10.80% for the type of soil, 8.33% for the landuse, 5, 42% of the distance to the main road and 3.89% for outpour of rainfall. From the results of the scoring overlay the map results obtained land with an area of 5101.10 (ha), or approximately 31.87% is very suitable for settlement, land with an area of 3764.69 (ha), or approximately 23.52% according to settlements, land with wide 2914.16 (ha), or approximately 18.21% is quite suitable for settlement, land with an area of 1287.36 (ha), or approximately 8.04% less land suitable for settlement and land with an area of 3012.56 (ha) or around 18.82% are not suitable. Keywords: Settlement, Analytic Hierarchy Process, Geographic Information System, Slope, Soil Type.
EVALUASI TATA LETAK BANGUNAN TERHADAP GARIS SEMPADAN JALAN DI KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT KOTA SEMARANG Erlangga Putranindya; Sutomo Kahar; Arwan Putra Wijaya
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.021 KB)

Abstract

Abstrak            Central Business District (CBD) Kota Semarang yang terdiri dari Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran, Jalan Thamrin, dan Jalan Gajahmada yang terletak pada Bagian Wilayah Kota I (BWK I) merupakan kawasan yang memiliki fungsi sebagai wilayah perkantoran, perdagangan, dan jasa. Dalam hal ini banyak bangunan atau kavling yang bangunan terluarnya (seperti pagar, dll) berdiri tidak sesuai dengan Perda No.14 Tahun 2011, maka dari itu menarik penulis untuk melakukan evaluasi bangunan-bangunan di kawasan tersebut yang melanggar/ tidak sesuai dengan Perda Kota Semarang No.14 Tahun 2011.            Evaluasi tata letak bangunan Garis Sempadan Jalan (GSJ) merupakan suatu proses penilaian tentang tata letak bangunan terluar dari kavling tersebut yang sudah diatur dalam Peraturan Daerah yang diatur dengan jarak tertentu suatu bangunan terluar dengan as jalan/ tengah jalan. Dalam melakukan tugas akhir ini penulis memerlukan data yang berkaitan dengan penelitian tersebut seperti: Citra Satelit; Peta Jaringan Jalan. Untuk data sekunder penulis melakukan digitasi dari tiap-tiap kavling yang didapat dari interpretasi Citra Satelit resolusi tinggi, serta membuat garis evaluasi dengan jarak tertentu dari as jalan.            Hasil penelitian tersebut nantinya akan memberikan informasi bangunan-bangunan yang melanggar dengan luas-an (m2) pelanggaran di Jl. Pemuda; Jl. Pandanaran; Jl. Thamrin; Jl. Gajahmada yang diatur dalam Perda Kota Semarang.Kata Kunci : Citra Satelit, Central Business District, Garis Sempadan JalanAbstract             Central Business District (CBD) consisting of Semarang City Pemuda, Pandanaran, Thamrin and Gajahmada street is located in the Urban Area Part I  is an area that has a function as an office area, trade, and services. In this case many of the buildings or building plots outer (such as fences, etc.) don’t stand in accordance with Regulation No.14 of 2011, and therefore interesting authors to evaluate buildings in the region that violates / does not comply with regulation Semarang No.14 of 2011.            For secondary data, the authors conducted digitization of individual plots obtained from the interpretation of high-resolution satellite imagery, as well as making a line of evaluation with a certain distance from the axle path.            Evaluation of building layout Line Border Roads  is a process of assessment of the outer building layout of the plots that have been on the local regulation is governed by a certain distance to the outer buildings as road / middle of the road. In doing this thesis the author requires data related to the study such as: Satellite Imagery; Road Network Map.            The results of these studies will provide information that violates buildings with an area (m2) violations at Pemuda; Pandanaran; Thamrin; Gajahmada street set forth in the regulation of Semarang.Keywords: Satellite Imagery, Central Business District, Line Border Roads*)Penulis Penanggung Jawab