Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR (EGFR) AND CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) RELATIONSHIP OF LUNG ADENOKARSINOMA IN SAIFUL ANWAR HOSPITA MALANG Normawati Normawati; Suryanti Dwi Pratiwi; Nanik Setijowati
Berkala Kedokteran Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.127 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v13i2.4073

Abstract

Abstract: EGFR mutations is associated with sensitivity to tyrosine kinase inhibitors (TKI’s) therapy which are found in Lung Adenocarcinoma. There are some limitations in detecting EGFR mutation. CEA is also expected to predict treatment efficiency of EGFR-TKI's therapy. In this study, we investigated the relationship between serum Carcinoembryonic antigen (CEA) and Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) Mutations in Lung Adenocarcinoma patient. Methods : The research was conducted in Dr. Saiful Anwar General Hospital Malang. From May 2014 to November 2015, 54 lung adenocarcinoma patients who had underwent measurements of EGFR  mutation and serum CEA level were retrospectively recruited. None of them had surgery, radiotherapy, chemotherapy and  targeted therapy. EGFR mutation was detected using PCR, serum CEA levels were analyzed using electrochemical luminescence. Result: Abnormal serum levels of CEA were significantly associated with EGFR mutation (95% CI, P=0,043) with an odds ratio of 3.4 (95% CI: 1.010-11.451). The area under the ROC curve for CEA was 0.558 (95% CI, P=0.078). Conclusion: Serum CEA is associated with mutation of EGFR in lung adenocarcinoma patients.  Keywords : Lung cancer, adenocarcinoma, EGFR, CEA
Hubungan Moda Transportasi Dengan Waktu Tanggap/Response Time Pada Pasien Henti Jantung Di Luar Rumah Sakit Yang Dirujuk Ke IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung Anndy Prasyta,; Respati Suryanto Drajat; Ali Haedar; Nanik Setijowati
MEDICA MAJAPAHIT Vol 8 No 2 (2016): Medica Majapahit
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Henti jantung merupakan kondisi kegawatdaruratan dari jantung yang sering terjadi. Pada korban dengan henti jantung kemampuan untuk bertahan akan berkurang 7-10% setiap menitnya. Penatalaksanaan yang dikenal sebagai chain of survival adalah kesatuan yang digunakan untuk mengoptimalkan harapan hidup pasien out of hospital cardiac arrest (OHCA). Penggunaan ambulan sangat menguntungkan untuk mengurangi angka mortalitas pasien OHCA karena memberikan pelayanan cepat dan merujuk ke rumah sakit yang tepat, serta mengurangi waktu respon. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan moda transportasi dengan waktu tanggap/response time pada klien OHCA di lingkup layanan Tulungagung Emergency Medical Services (TEMS) IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini menggunakan teknik sampling consecutive sebanyak 30 responden dengan menginklusikan semua pasien yang henti jantung secara tiba-tiba di luar rumah sakit yang sampai rumah sakit yang belum dinyatakan meninggal/DOA. Penelitian ini mengunakan kuisioner OHCA PAROS. Data dianalisa dengan menggunakan uji spreaman rank dengan α = 0,05. Hasil penelitian: Sebanyak 15 pasien OHCA dirujuk dengan menggunakan moda transportasi non ambulans, 8 pasien dirujuk dengan ambulans non EMS dan 7 pasien menggunakan ambulans EMS. Waktu tanggap pada 19 pasien OHCA tidak teridentifikasi, 7 pasien memiliki waktu tanggap ≤ 20 menit dan 4 pasien memiliki waktu tanggap > 20 menit. Dari pengujian statistik didapatkan ada hubungan antara moda transportasi dengan waktu tanggap/response time dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05. Kesimpulan: Keberadaan TEMS belum mendukung penguatan chain of survival pasien OHCA dengan bukti rendahnya angka panggilan darurat untuk pasien henti jantung, sedikitnya penggunaan ambulans EMS dan upaya CPR prehospital yang dilakukan dan tidak adanya upaya pemberian defibrilasi dan obat emergensi prehospital. Sehingga penting dilakukan penyebarluasan informasi keberadaan dan fungsi atau peranan TEMS sebagai layanan panggilan darurat medis khususnya bagi pasien henti jantung kepada masyarakat