p-Index From 2020 - 2025
0.961
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Geodesi Undip
Firman Hadi
Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANALYSIS OF THE EFFECT OF CHANGES IN VEGETATION COMPOSITION AND BUILD UP AREA TO SURFACE TEMPERATURE (STUDY CASE: TEGAL CITY) Chandra Satria Ajie Wicaksono; Abdi Sukmono; Firman Hadi
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 10, No 3 (2021): Jurnal Geodesi Undip
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The population growth in big cities continues to increase day by day. This phenomenon is what encouragesthe government and developers to work together to provide a decent place to live with other supporting facilities. Adevelopment journey impacts changes in surface temperature, air temperature, and global radiation. Changes intemperature are needed to see the great influence of changes in vegetation area and built-up areas on changes intemperature that occur. Surface temperature processing uses the Land Surface Temperature (LST) algorithm andland cover processing in the form of vegetation, built-up areas, waters and vacant land uses the guidedclassification of the maximum likelihood method. The calculation of land cover dominance in Tegal City uses alandscape matrix with the Largest Patch Index (LPI) calculation algorithm. Analysis of changes in vegetation, built-up area and surface temperature based on a multi-scale grid with a grid size of 20 "x20". The results showed thatthere were changes in the area of vegetation, built-up area and surface temperature. The multiple linear regressionequation in 2013 produces the equation Y = 25.521 - 0.014X1 + 0.056X2 with a value of R² = 0.715. In period 2017resulted in the equation Y = 27.732 + 0.008X1 + 0.052X2 with a value of R² = 0.734 and in 2020 the equation Y =29.381 - 0.002X1 + 0.055X2 with a value of R² = 0.736. The resulting multiple linear regression results that there isan effect of changes between vegetation and built-up areas on surface temperature.
PEMODELAN MODEL 3D MENGGUNAKAN METODE TLS (TERRESTRIAL LASER SCANNER) (STUDI KASUS : CANDI PLAOSAN LOR, KABUPATEN KLATEN) Nabila Rahmawati; Yudo Prasetyo; firman Hadi
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Candi Plaosan merupakan cagar budaya yang menjadi salah satu detinasi wisatawan untuk berkunjung saat berada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Guna mempertahankan dan melestarikan candi, dibutuhkan generasi penerus yang paham akan Candi. Kendati hal itu, untuk tetap menjaga dan melestarikan Candi tersebut diperlukan langkah rekonstruksi dan konservasi. Hal ini dapat dilakukan dengan pendokumntasikan 3D Candi secara digtal. Salah satu jalan keluar yang ditawarkan oleh teknologi kini adalah pemodelan 3D dengan wahana TLS. TLS dipilih karena perkembangannya yang lebih baik jika di bandingkan dengan pemodelan mebggunakan UAV (Bernard Ray, 2017)TLS melakukan 11 kali perekaman data mengelilingi objek Candi Plaosan. Proses perekaman data dilakukan dengan bantuan BLK seris 360. Setelah data didapatkan, kemudian melakukan registrasi dengan bantuan registrasi software Autodesk RecapPro. Tahap selanjutnya adalah pemodelan 3D pada software CloudCompare dengan metode Poisson Surface Reconstruction. Model 3D yang dihasilkan dianalisis dengan mengganakan standar kualitas Level of Detail (LoD) yang dikembangkan oleh City Geography Markup Language (CityGML) menurut Biljecki, et al. (2016).Penelitian ini menghasilkan nilai registrasi point cloud pada overlap dengan nilai rata-rata 20.2 %, balance dengan nilai rata-rata 7.6%, dan points dngean nilai rata-rata 95.3%. Model 3D yang tercipta dari proses Poisson Surface Reconstruction data TLS menghasilakn. 12.959.390 faces. Hasil uji kualitatif model menggunakan 5 sampel bagian yang dimiliki model 3D dan kenampakan pada lapangan tingkat kedetailan model 3D yang dihasilkan oleh TLS memiliki tangka kedetilan pada LoD3.1.
ANALISIS PENURUNAN MUKA TANAH (PMT) MENGGUNAKAN METODE DIFFERENTIAL INTERFEROMETRY SYNTHETIC APERTURE RADAR (DINSAR) (Studi Kasus: Pesisir Kabupaten Demak) Atina Qothrunnada Salsabila; Yudo Prasetyo; firman Hadi
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKMeningkatnya penggunaan air tanah yang disebabkan oleh banyaknya kawasan pabrik serta pembangunan yang berlangsung merupakan beberapa faktor yang menyebabkan topografi Kabupaten Demak semakin turun. Kondisi ini membuat banjir pasang di bagian barat Kabupaten Demak. Akibat terjadi banjir yang terus menerus, maka diperlukannya pemantauan khusus sebagai salah satu upaya mitigasi bencana. Pemanfaatan metode pengindraan jauh saat ini sudah memiliki banyak inovasi salah satunya yaitu untuk pemantauan Penurunan Muka Tanah (PMT). Penelitian ini menggunakan Citra Sentinel 1-A yang diakuisisi bulan Oktober 2018 dan Januari 2020. Data SLC digunakan untuk mengetahui nilai PMT dengan metode Differential Interferometric Synthetic Aperture Radar (DInSAR). Hasil dari penelitian ini adalah Peta PMT wilayah pesisir Kabupaten Demak. Nilai PMT terbesar berada di desa Morodemak, Jatigoro, Serangan, dan Wedung Kecamatan Bonang yang masing-masing sebesar ± 10 cm/tahun. Kecamatan Sayung memiliki nilai Kenaikan Muka Tanah (KMT) yang paling besar yaitu ± 10 cm/tahun karena adanya peninggian jalan untuk pembangunan jalan tol Demak-Semarang pada tahun 2020.
PEMODELAN 3 (TIGA) DIMENSI BANGUNAN MENGGUNAKAN FOTO UDARA FORMAT KECIL (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS DIPONEGORO) Fitrah Trikusuma; Yudo Prasetyo; firman Hadi
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKonsep model pemetaan kawasan dalam bentuk 3 dimensi merupakan rintisan pengembangan teknologi terkini dalam lingkup geospasial terutama pengembangan model sederhana Smart City. Sebuah konsep berurgensi tinggi dalam pengembangan situs kawasan seperti pelabuhan, kampus, dan lainnya yang melingkupi aspek fisik dan semantik. Rekonstruksi bangunan berjalan sejajar dengan teknologi survei dan pemetaan akan kebutuhan data kebumian yang dapat memberikan informasi spasial berupa posisi serta ruang yang mendekati dari keadaan di lapangan dan terus berkembang, sudah saatnya untuk mendalami langsung mengenai konsep rekonstruksi bangunan (Ma Z. dkk., 2017).Pemodelan bangunan 3 dimensi dalam penelitian ini menggunakan data foto udara format kecil berbasis metode computer-generated achitecture (CGA). Pengolahan terbagi menjadi 2 tahap, yakni tahap pengolahan foto udara dan tahap pemodelan 3 dimensi bangunan. Pengolahan foto udara dilakukan guna mendapatkan surface model seperti digital elevation model (DEM), digital terrain and building model (DTBM) dan orthomosaic sebagai peta dasar pembuatan footprint bangunan. Tahap selanjutnya adalah proses pemodelan bangunan 3D menggunakan metode CGA dengan algoritma building from footrint.Hasil pengolahan foto udara meliputi DEM, DTBM dan orthomosaic yang layak sesuai dengan kriteria dalam melakukan pemodelan menggunakan metode CGA. DEM yang dihasilkan dapat layak digunakan dengan capaian tingkat kelas I berdasarkan standar peta RBI, Orhtomosaic yang dihasilkan layak digunakan dengan capaian tingkat kelas I berdasarkan standar ASPRS, dan DTBM yang dihasilkan layak digunakan dengan membandingkan resolusi DTBM penelitian miliki Buyukdemircioglu dkk., 2018 dengan resolusi sebesar 12 cm. Hasil pemodelan 3 dimensi menggunakan metode CGA menghasilkan 92,12% dari 51 bangunan secara keseluruhan. Model bangunan 3 dimensi juga berhasil mencapai level of detail kelas 2.2 berdasarkan standar milik Biljecki dkk., 2016.
ANALISIIS PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN (FISHING GROUND) DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DAN PARAMETER OSEANOGRAFI Nurrabia Fitriani; nurhadi Bashit; firman Hadi
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPerairan Semarang  memiliki ketersediaan sumberdaya perikanan yang melimpah akan tetapi terkuak fakta bahwa masih banyak nelayan Tambak Lorok yang berada pada taraf ekonomi yang belum sejahtera karena tidak memperoleh banyak tangkapan ikan.. Nelayan Tambak Lorok juga menghadapi permasalahan pada biaya bahan bakar dan cuaca buruk. Cuaca buruk dapat mengakibatkan beberapa nelayan Tambak Lorok beralih profesi karena tidak lagi dapat melaut. Variabel cuaca yang mempengaruhi produktifitas nelayan antara lain seperti curah hujan, suhu udara, serta gelombang. Kenaikan suhu udara akan meningkatkan naiknya suhu air. Curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi tingkat keasaman air menurun. Nelayan Tambak Lorok masih menggunakan cara tradisional dalam penangkapan ikan. Oleh karena itu, nelayan perlu mengetaui area potensi tangkapan ikan dengan memanfaatkan teknologi sehingga meningkatkan hasil tangkapan ikan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menentukan zona perkiraan penangkapan ikan dengan memanfaatkan data satelit TERRA MODIS yang dapat mendeteksi suhu permukaan laut dan klorofil-a. Algoritma Single image edge detection (SIED) adalah algoritma yang digunakan dalam menentukan area potensial penangkapan ikan. Algoritma ini dirancang untuk mendeteksi front pada citra temperatur permukaan laut. Data citra yang diamati dimulai dari tahun 2017 sampai dengan 2019 pada bulan Oktober hingga Desember.. Pada bulan Oktober 2017 dihasilkan 5 titik daerah potensial penangkapan ikan yang ditandai dengan nilai klorofil-a kurang dari 0,2 mg/m³ dan suhu permukaan laut berkisar antara 29,87 °C – 30,54 °C. Bulan November 2017 dihasilkan 6 titik daerah potensial penangkapan ikan yang ditandai dengan nilai klorofil-a lebih dari 0,2 mg/m³ dan suhu permukaan laut berkisar 31,00 °C – 31, 33°C. Validasi dilakukan dengan menganalisis hasil pengolahan citra dengan data hasil tangkapan ikan yang diperoleh dari Dinas Perikanan Kota Semarang. Kata Kunci: : Algoritma, Fishing Ground, Hasil Tangkapan Ikan, Klorofil-a, Suhu Permukaan Laut ABSTRACTSemarang's waters have abundant fishery resources but it is revealed that there are still many fishermen of  Tambak Lorok  who are at an economic level who are not prosperous because they do not get many fish catches. Tambak Lorok fishermen also face problems with fuel costs and bad weather. Bad weather can result in some Tambak Lorok  fishermen switching professions because they can not longer sea. Weather variables that affect fishermen's productivity include rainfall, air temperature, and waves. Rising air temperature will increase the rising water temperature. High rainfall also affects water acidity levels. Tambak Lorok fishermen still use the traditional way of fishing. Therefore, fishermen need to monitor the area of potential fishing by utilizing technology to improve the catch. Based on this, the study determined the estimated fishing zone by utilizing TERRA MODIS satellite data that can detect sea surface temperatures and chlorophyll-a. The Single image edge detection (SIED) algorithm is an algorithm used in determining potential areas of fishing. The algorithm is designed to detect fronts in sea surface temperature imagery. Imagery data observed from 2017 to 2019 from October to December. In October 2017 5 points of potential fishing were produced marked with a chlorophyll-a value of less than 0.2 mg/m³ and sea surface temperatures ranging from 29.87 °C – 30.54 °C.  In November 2017, 6 potential fishing points were produced marked with chlorophyll-a values of more than 0.2 mg/m³ and sea surface temperatures ranging from 31.00 °C – 31,33°C.  . Validation is done by analyzing the results of image processing with data of fish catches obtained from the Fisheries Office of Semarang City.
ANALISIS PENGARUH NILAI KEKERUHAN AIR TERHADAP AKURASI SATELLITE DERIVED BATHYMETRY DENGAN ALGORITMA STUMPF (STUDI KASUS: PANTAI KARTINI, JAWA TENGAH) Muhammad Luthfi Ramadhan; Bandi Sasmito; firman Hadi
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSattelite Derived Bathymetry (SDB) merupakan suatu metode di bidang penginderaan jauh yang digunakan untuk mendapatkan nilai kedalaman perairan dengan perhitungan suatu algoritma. Beberapa algoritma telah dikembangkan dalam upaya menghasilkan nilai kedalaman menggunakan metode SDB ini, salah satunya adalah algoritma Stumpf. Algoritma Stumpf memiliki prinsip penyederhanaan operasi hitungan dalam mengekstraksi nilai kedalaman air menggunakan perbandingan dua faktor reflektansi air pada band biru dan band hijau yang memiliki kemampuan tingkat penyerapan terhadap badan air yang berbeda. Prinsip tingkat penyerapan pada tiap band yang berbeda ini menghasilkan perbedaan rasio antar band yang akan mengalami perubahan ketika kedalaman berubah. Namun banyak faktor yang mengakibatkan kesalahan dalam proses pengolahan SDB ini salah satunya pengaruh sifat optis air berupa kekeruhan air. Penelitian ini menganalisis lebih lanjut tentang pengaruh nilai kekeruhan air terhadap akurasi yang dihasilkan dari pengolahan SDB menggunakan perhitungan algoritma Stumpf dengan sumber data citra Landsat-8 OLI/TIRS. Hasil dari pengolahan SDB tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pengolahan SDB yang telah ditambahkan dengan variabel kekeruhan air dari proses uji koefisien regresi terhadap nilai simpangan kedalaman dan nilai kekeruhan air. Pengolahan SDB dapat memetakan kedalaman perairan dengan rata-rata ketelitian (RMSE) yang dihasilkan sebesar 1,531 meter. Dengan menambahkan variabel kekeruhan air, hasil pengolahan SDB memiliki akurasi yang lebih baik dan dapat memetakan kedalaman perairan dengan rata-rata ketelitian (RMSE) yang dihasilkan sebesar 1,462 meter.