Claim Missing Document
Check
Articles

Analisis Korelasi Kawasan Pengembangan Kendal Industrial Park Terhadap Ruang Terbuka Hijau Yudo Prasetyo; Nurhadi Bashit; Hanum Fadhil Baihaqi
Jurnal Kelautan Tropis Vol 24, No 1 (2021): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v24i1.10297

Abstract

The Industrial Park in Indonesia has increased in each province, especially in Central Java Province because it has a positive impact on prosperity, economic level and can open jobs. Kendal Industrial Park (KIP) is one of the Industrial Park in Central Java that is experiencing growth and is expected to attract investors to enter. KIP has its own charm in the form of integration with ports so that it can reduce land route logistics costs. KIP will have an impact on land use and improvement of the road network that occurs around the area. Land use in KIP needs to be monitored so as not to cause problems due to changes in land use in the form of a physical environment. Therefore, Green Open Space (RTH) is needed to reduce the physical impact of the environment and can also improve the comfort of the community around KIP. This study intends to analyze the growth of Green Open Spaces (RTH) as a supporter of the KIP environment at the stage of land clearing and development. The results showed changes in land use occurred from the original water body class by 72% to 68% because it turned into open land. This is due to KIP preparing land for industrial use and not yet doing much development. Based on this, land-use changes cause an increase in Land Surface Temperature (LST) in the KIP, but the RTH does not increase. RTH needs to be improved to provide comfort in KIP locations. This research is expected to provide benefits for local governments in making policies for the KIP. Kawasan Industri di Indonesia mengalami peningkatan di setiap provinsi khususnya di Provinsi Jawa Tengah karena berdampak positif terhadap kesejahteraan, tingkat ekonomi dan dapat membuka lapangan kerja. Kendal Industrial Park (KIP) merupakan salah satu Kawasan Industri di Jawa Tengah yang sedang mengalami pertumbuhan dan diharapkan dapat menarik investor untuk masuk. KIP memiliki daya tarik tersendiri berupa integrasi dengan pelabuhan sehingga dapat menekan biaya logistic jalur darat. KIP akan berdampak pada tutupan lahan dan peningkatan jaringan jalan yang terjadi di sekitar kawasan. Tutupan lahan di KIP perlu dimonitor agar tidak menimbulkan masalah akibat perubahan tutupan lahan berupa lingkungan fisik. Oleh karena itu, Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperlukan untuk mengurangi dampak fisik lingkungan dan juga dapat meningkatkan kenyamanan masyarakat sekitar KIP. Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis pertumbuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai pendukung lingkungan KIP pada tahap pembukaan dan pengembangan lahan. Hasil penelitian menunjukkan perubahan tutupan lahan terjadi dari kelas badan air semula sebesar 72% menjadi 68% karena berubah menjadi lahan terbuka. Hal ini disebabkan KIP menyiapkan lahan untuk keperluan industri dan belum banyak melakukan pembangunan. Berdasarkan hal tersebut, perubahan tutupan lahan menyebabkan peningkatan Suhu Permukaan Lahan (SPL) di KIP, namun RTH tidak meningkat. RTH perlu ditingkatkan untuk memberikan kenyamanan di lokasi KIP. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan KIP.
STUDI PENURUNAN MUKA TANAH DI KAWASAN INDUSTRI KENDAL DENGAN METODE PERMANENT SCATTERER INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (PS InSAR) MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL 1-A TAHUN 2014-2019 Bilal Fadhlurrohman; Yudo Prasetyo; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.92 KB)

Abstract

ABSTRAKKabupaten Kendal merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Pemerintah Kabupaten Kendal sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur pada beberapa tahun terakhir yang ditandai dengan adanya proses pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK). Proses pembangunan infrastruktur yang terjadi di Kabupaten Kendal tidaklah lepas dari adanya fenomena alam yang harus dihadapi seperti penurunan muka tanah (PMT). Oleh sebab itu, penelitian ini mengkaji terkait PMT di KIK yang dilakukan dengan menggunakan teknik Permanent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS InSAR) menggunakan 14 citra Sentinel-1A tahun 2014-2019 yang diolah menggunakan software SNAP dan StaMPS. Hasil pengolahan PS InSAR menunjukkan laju PMT yang terjadi di KIK mencapai 3,1 ± 0,09 hingga 0,88 cm/tahun dengan laju rata-rata sebesar 1,5 ± 0,09 hingga 0,88 cm/tahun. Pola pertumbuhan kawasan terbangun di KIK menunjukkan perubahan terjadi dari arah timur ke barat. Hasil overlay antara PMT dan pertumbuhan kawasan terbangun menunjukkan korelasi spasial yang cukup kuat karena keduanya memiliki arah yang sama yang mana PMT semakin besar ketika mengarah ke barat KIK. Dampak PMT terhadap pertumbuhan kawasan terbangun cenderung tidak besar. Pertumbuhan kawasan terbangun yang tergolong kedalam kelas PMT tinggi dengan rentang nilai 2 hingga 3,1 ± 0,09 hingga 0,88 cm/tahun mencapai 38,5% dengan luas sebesar 401.033 m2, kedalam kelas PMT sedang dengan rentang nilai 1 hingga 2 ± 0,09 hingga 0,88 cm/tahun sebesar 37,4% dengan luas 389.802 m2 dan kelas rendah sebesar 15,8% dengan luas 164.818 m2. Sedangkan yang tidak mengalami PMT adalah sebesar 8,3% dengan luas 85.941 m2.  Kata Kunci   : Kawasan Industri Kendal, Penurunan Muka Tanah, PS InSAR, Sentinel, StaMPSABSTRACTKendal Regency is one of the regencies in Central Java which is located in the northern coast of Java Island. The Kendal Regency Government is intensively conducting infrastructure development in the last few years marked by the process of developing the Kendal Industrial Zone (KIK) which is experiencing the natural phenomena that must be faced such as land subsidence (LS). Therefore, this study examines LS in KIK conducted by using Permanent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS InSAR) technique using 14 Sentinel-1A images in 2014-2019 which were processed in SNAP and StaMPS software. The results of PS InSAR processing show that LS rates that occur in KIK reach 3.1 ± 0.09 to 0.88 cm/year with an average rate of 1.5 ± 0.09 to 0.88 cm/year. The growth pattern of the built up area in KIK shows the change occurred from east to west. The results of overlaying between the PMT and the growth of the built up area show a fairly strong spatial correlation because both have the same direction where the PMT gets bigger when it heads to west of the KIK. The impact of the PMT on the growth of the built up area tends not to be large. The growth of the built up area which is classified into high PMT class with a range of values from 2 to 3.1 ± 0.09 to 0.88 cm/year reaches 38.5% with an area of 401,033 m2, into moderate PMT class with values ranging from 1 to 2 ± 0.09 to 0.88 cm/year by 37.4% with an area of 389,802 m2 and into low PMT class by 15.8% with an area 164,818 m2. While that which did not experience PMT was 8.3% with an area of 85,941 m2.  Keywords       : Kendal Industrial Area, Land Subsidence, PS InSAR, Sentinel, StaMPS
EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (Studi Kasus: Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang) Aysha Puspa Pertiwi; Moehammad Awaluddin; nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (992.016 KB)

Abstract

ABSTRAK Kota Semarang merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah. Hal ini membuat Kota Semarang menjadi salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa sehingga perkembangan dan pertumbuhan tersebut telah mengakibatkan berkurangnya ruang terbuka hijau dan memberikan dampak menurunnya kualitas lingkungan perkotaan sehingga diperlukan upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai.Penelitian ini memanfaatkan data yang dihasilkan Pengindraan Jauh yaitu Pleiades 1-B kemudian diolah dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga setiap jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat diketahui persebarannya secara spasial dan dihitung luasannya dan dapat dipetakan berdasarkan data spasial yang telah didapatkan. Hasil analisis secara spasial tersebut kemudian dianalisis kesesuaiannya menurut Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau.Hasil analisis menyatakan bahwa keadaan eksisting dari Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Semarang Utara yaitu 318,909 ha sedangkan target Ruang Terbuka Hijau pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010 adalah ±512,613 ha, sehingga dapat disimpulkan keadaan eksisting dari Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Semarang Utara belum memenuhi target yang telah dibuat pada peraturan. Pemerintah dan masyarakat perlu mempertahankan serta harus menambah lagi Ruang Terbuka Hijau mengingat pentingnya fungsi dari keberadaannya.
ANALISIS PERBANDINGAN PENINGKATAN SEDIMENTASI DI WADUK MRICA DENGAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MERAWU MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT LANDSAT Muhammad Asadullah Al Fathin; Bambang Sudarsono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1040.101 KB)

Abstract

Waduk Mrica terletak di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan waduk Mrica memiliki tujuan untuk PLTA dan irigasi. Namun Waduk Mrica mengalami sedimentasi yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan pengamatan terhadap peningkatan sedimentasi yang terjadi di Waduk Mrica. Pengamatan tersebut dilakukan dengan pemetaan batimetri waduk secara berkala. Di sisi lain, teknologi pengindraan  jauh merupakan salah satu teknologi yang efektif dan efisien dalam pemetaan batimetri perairan dangkal, diantaranya dengan menggunakan algoritma Van Hengel dan Spitzer. Pengolahan algoritma tersebut dianalisis dengan uji regresi menggunakan data pemeruman yan dilakukan pihak pengelola waduk, yakni Indonesia Power UP Mrica. Analisis klasifikasi tutupan lahan dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi terbimbing dan analisis kerapatan vegetasi menggunakan metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Hasil analisis regresi menunjukkan nilai R2 pada data Landsat 7 tahun 2003 sebesar 0,741 atau 74,1%, sedangkan pada data tahun 2013 sebesar 0,440 atau 44,0%. Hasil algoritma Van Hengel dan Spitzer, diperkirakan terjadi peningkatan sedimen sebesar 76.243.184,23 m3. Perubahan tutupan lahan dan kerapatan vegetasi DAS Merawu memiliki hubungan korelasi yang tidak konsisten terhadap peningkatan sedimentasi Waduk Mrica dimana terjadi peningkatan sedimentasi namun pada beberapa kelas tutupan lahan terjadi perubahan yang tidak sejalan.
ANALISIS KESESUAIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG/WILAYAH DI KECAMATAN PENJARINGAN KOTA ADMINISTRATIF JAKARTA UTARA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Restu Fadilla; Bambang Sudarsono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.825 KB)

Abstract

ABSTRAK Kecamatan Penjaringan merupakan sebuah kecamatan di Jakarta dengan lokasi dan akses yang sangat strategis karena terletak di antara bandara dan pelabuhan. Hal tersebut yang membuat banyaknya pengembang untuk membangun perumahan baru sehingga pertumbuhan penduduk semakin meningkat, dimana pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan bertambahnya tuntutan permukiman. Akibatnya penggunaan lahan di Kecamatan Penjaringan akan mengalami perubahan penggunaan lahannya sehingga kawasan perumahan akan membuat masalah dalam penataan ruangnya, yaitu akan timbul lahan yang fungsinya tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang/Wilayah (RTRW). Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kesesuaian antara rencana dengan keadaan yang ada di lapangan dengan pemetaan. Proses yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu membuat peta penggunaan lahan Kecamatan Penjaringan pada tahun 2013 dan 2017 dengan melakukan digitasi on-screen berdasarkan interpretasi citra satelit SPOT 6 yang hasilnya akan dianalisis perubahan dan kesesuaiannya dengan RTRW. Berdasarkan analisis perubahan penggunaan lahan didapatkan hasil berupa peningkatan dan penurunan luas penggunaan lahan. Luas lahan yang bertambah yaitu Kawasan Industri dan Pergudangan sebesar 18,674 ha (3,81%), Kawasan Perkantoran, Perdagangan dan Jasa sebesar 40,903 ha (9,87%) dan Kawasan Ruang Terbuka Biru sebesar 15,242 ha (6,11%), sedangkan luas lahan yang berkurang yaitu Kawasan Perumahan sebesar 14,026 ha (1,05%), Kawasan Hijau Budidaya sebesar 58,714 ha (6,35%) dan Kawasan Hijau Lindung sebesar 2,079 ha (0,97%). Sementara itu, berdasarkan analisis kesesuaian perubahan penggunaan lahan dengan RTRW didapatkan sebesar 2.848,019 (77,84%) penggunaan lahan pada tahun 2013 sesuai dengan RTRW dan sebesar 2.890,246 ha (79,00%) penggunaan lahan pada tahun 2017 sesuai dengan RTRW sehingga dalam kurun waktu 4 tahun kesesuaian perubahan penggunaan lahan Kecamatan Penjaringan mengalami peningkatan sebesar 42,227 ha (1,16%).Kata Kunci : Citra Satelit SPOT, Penggunaan Lahan, Rencana Tata Ruang/Wilayah ABSTRACT Penjaringan Sub-district is a sub-district in Jakarta with a strategic location and access as it is located between the airport and the port. That makes many developers eager to build new housing which resulted in an increasing of population growth. In addition, human population growth is directly proportional to the increasing demand of settlements. The land use of Penjaringan Sub-district will experience changes in land use. Moreover, the residential area will create problems in the spatial arrangement, which will lead to the emergence of land that is not in accordance with Spatial Planning. This study aims to see how the suitability between the plan and the implementation in site. The conducted process involved with create a map of Penjaringan Sub-district’s land use in 2013 and 2017 by doing on-screen digitization based on SPOT 6 satellite image interpretation that the results will be analyzed for changes and suitability with Spatial Planning. Based on the analysis of land use change, the result is increase and decrease of land use area. The increased land areas are Industrial and Warehousing Area of 18.674 ha (3.81%), Office, Trade and Services Area of 40.903 ha (9.87%) and Blue Open Space Area of 15.242 ha (6.11%). While decreased land areas are Housing Area of 14,026 ha (1.05%), Green Area of Cultivation of 58,714 ha (6,35%) and Protected Green Area of 2,079 ha (0,97%). Meanwhile, based on the analysis of the suitability of land use change with Spatial Planning obtained 2,848,019 (77.84%) of land use in 2013 in accordance with RTRW and 2,890,246 ha (79,00%) of land use in 2017 in accordance with Spatial Planning. So that during the period of 4 years the suitability of land use change Penjaringan Sub-district was increased by 42,227 ha (1.16%).Keywords: Spatial Planning, SPOT Image, Land-Use
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN DENSIFIKASI BANGUNAN TERHADAP FENOMENA URBAN HEAT ISLAND MENGGUNAKAN ALGORITMA URBAN INDEX DENGAN CITRA LANDSAT MULTITEMPORAL (STUDI KASUS : KOTA PEKALONGAN) Faradina Sekar Melati; Abdi Sukmono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.273 KB)

Abstract

ABSTRAKKota Pekalongan merupakan salah satu kota yang mengalami peningkatan populasi sebesar 12.860 jiwa dari tahun 2014 ke 2019. Peningkatan populasi di Kota Pekalongan menyebabkan perkembangan wilayah pemukiman sehingga terjadi ekspansi lahan terbangun yang ditandai dengan adanya konversi penggunaan lahan. Konversi penggunaan lahan menyebabkan berkembangnya densifikasi bangunan sebagai wujud adanya perkembangan fisik suatu daerah secara horizontal. Lahan terbangun yang terus menerus berkembang namun tidak diiringi dengan peningkatan jumlah vegetasi penyerap CO2 mengakibatkan kondisi suhu di wilayah Kota Pekalongan meningkat dan terasa semakin panas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan tingkat densifikasi bangunan dan suhu permukaan di Kota Pekalongan sehingga menyebabkan terjadinya fenomena Urban Heat Island (UHI). Pengindraan jauh memanfaatkan data citra Landsat 8 dapat mengidentifikasi besarnya perubahan densifikasi bangunan yang terjadi pada suatu daerah dengan menggunakan interpretasi hibrida. Interpretasi hibrida dilakukan dengan menggabungkan interpretasi visual dan digital dapat menonjolkan kenampakan kawasan lahan terbangun. Ekstraksi suhu permukaan diperoleh dengan algoritma Land Surface Temperature (LST). Fenomena UHI didapat dari hasil pengolahan LST yang diklasifikasikan dengan ambang batas. Perubahan densifikasi bangunan dikorelasikan dengan daerah terdampak UHI untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan densifikasi bangunan terhadap daerah terdampak fenomena UHI. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2014 dan 2019 peningkatan densifikasi bangunan  sebesar 279,983 Ha dan peningkatan suhu permukaan sebesar 4,4℃ dari selisih nilai rerata suhu permukaan. Pengaruh kepadatan bangunan terhadap daerah terdampak fenomena UHI memiliki nilai korelasi sebesar 0,6735 yang menunjukkan tingkat hubungan kuat atau dapat dikatakan kepadatan bangunan mempengaruhi nilai UHI di Kota Pekalongan. Kata Kunci : Densifikasi Bangunan, Interpretasi hibrida, Lahan Terbangun, LST, UHI ABSTRACTPekalongan City is one of the cities that increase in population of 12,860 people from 2014 to 2019. The increase in population in Pekalongan City has an impact on the development of residential areas so that there is an expansion of built land which is marked by land use conversion. Land use conversion causes development of building densification as a form of horizontal physical development in an area. The developed land that continues to grow but is not accompanied by an increase in the amount of CO2-absorbing vegetation causes the temperature conditions in the Pekalongan City area to increase and feel increasingly hot.This research was conducted to find out how many the change in the level of building densification and surface temperature in the city of Pekalongan, causing the phenomenon of Urban Heat Island (UHI). Remote sensing methods using Landsat imagery can identify the magnitude of changes in building densification that occur in an area by using hybrid interpretation. Hybrid interpretation  by combining visual and digital interpretations can accentuate the appearance of the flight area. Surface temperature extraction is obtained by the Land Surface Temperature (LST) algorithm. UHI phenomenon is obtained from the processing of LST thresholding classification. Changes in building densification are correlated with areas affected by UHI to find out how much influence the changes in building densification on areas affected by UHI phenomena.The results showed an increase in building densification by 279,983 Ha and an increase in surface temperature by 4.4℃ from the difference in mean surface temperature in 2014 and 2019. The effect of building density on the area affected by the UHI phenomenon has a correlation value of 0.6735 which indicates the level of strong relationship or it can be said that building density affects the value of UHI in Pekalongan City. Keywords: Building Densification, Built-Up Area, Hybrid Interpretation, LST, UHI
PEMBUATAN MODEL 3D WADUK PENDIDIKAN DIPONEGORO MENGGUNAKAN DATA UAV PADA TAHUN 2019 Jonathan Ardian Hendra Pranoto; L.M Sabri; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.65 KB)

Abstract

ABSTRAKBendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun menampung dan mengatur laju air. Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Waduk membutuhan pemeliharaan dalam menjalankan fungsinya sehingga dapat bekerja secara normal dan dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan rencana. Kurangnya perawatan bendungan akan mengakibatkan menurunnya efektifitas bendungan dan dapat membahayakan keamanan bendungan tersebut. Pemantaun bendungan dalam prosesnya diperlukan teknologi yang dapat memetakan kondisi kontruksi bendungan. Pemetaan terestris lapangan terkendala dengan kemiringan lahan, sementara itu pemetaan menggunakan satelit terkendala resolusi data yang rendah, sedangkan pengukuran menggunakan pesawat berawak kurang efektif karena membutuhkan biaya yang cukup besar. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka digunakan teknologi pesawat tampa awak atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle) untuk survei dan pemetaan kondisi waduk. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Waduk Pendidikan Diponegoro menggunakan data pemotretan udara dari UAV. Misi pemotretan foto udara menggunakan ketinggian 90 m dan 100 m dengan overlap foto sebesar 80%. Data tersebut diolah untuk menghasilkan model DTM (Digital Terrain Model) dan orthofoto dari bendungan. Hasil uji akurasi ketinggian, Peta hasil pemotretan udara memiliki nilai RMSE sebesar 0,116 m dengan nilai perubahan koordinat vertikal rata-rata sebesar 0,013 m. Hasil analisis Uji akurasi Planimetrik, Peta hasil pemotretan udara memiliki nilai RMSE sebesar  0,231  m dengan nilai perubahan koordinat horizontal rata-rata sebesar 0,060 m. Hasil DTM dan orthofoto yang terbentuk digunakan sebagai data pemantauan untuk pemeliharaan kawasan bendungan. Kata kunci: Bendungan, Pemodelan Tiga Dimensi, UAV, Waduk Pendidikan Diponegoro     ABSTRACT           Dams are buildings in the form of earth fill, rock fill, concrete, and / or stone pairs that are built to storing and regulate the water rate. Reservoirs are artificial containers formed as a result of the dam being built. The reservoir needs maintenance in carrying out its functions so that it can work normally and can provide benefits in accordance with the plan. Lack of maintenance of the dam will result in decreased effectiveness of the dam and can endanger the safety of the dam. Dam monitoring in the process requires technology that can map the condition of dam construction. Field terrestrial mapping is constrained by land slope, mapping using satellites is constrained by low resolution data, while measurement using manned aircraft is less effective because it requires a large enough cost. Based on these problems, the UAV (Unmanned Aerial Vehicle) technology is used to survey and map reservoir conditions. This research was conducted in the Diponegoro Educational Reservoir area using aerial photography data from the UAV. The aerial photo shoot mission uses a height of 90 m and 100 m with an overlap of photos by 80%. The data is processed to produce DTM (Digital Terrain Model) and orthophoto models from the dam. Altitude accuracy test results, the map of aerial photography has an RMSE value of 0.116 m with an average vertical coordinate change of 0.013 m. Analysis of Planimetric accuracy test results, Maps of aerial photography have RMSE values of 0.231 m with an average horizontal coordinate change of 0.060 m. The results of DTM and orthophoto formed are used as monitoring data for the maintenance of dam areas.
OPTIMALISASI PEMBUATAN PETA KONTUR SKALA BESAR MENGGUNAKAN KOMBINASI DATA PENGUKURAN TERESTRIS DAN FOTO UDARA FORMAT KECIL Iqbal Yukha Nur Afani; Bambang Darmo Yuwono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.525 KB)

Abstract

Peta topografi menampilkan gambaran permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, berupa obyek alami maupun buatan. Peta topografi menyajikan obyek-obyek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur, dengan setiap satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Pembentukan garis kontur menggunakan data dari pemetaan terestris memiliki akurasi yang tinggi tetapi pengukuran terestris memiliki beberapa kelemahan diantaranya membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang besar karena semakin luas area yang dipetakan semakin banyak pula titik yang harus diukur. Apabila titik yang diambil tidak terlalu rapat dan peta yang ingin dihasilkan merupakan peta skala besar, maka akan sangat memungkinkan terdapat kesalahan interpolasi pada pembuatan garis kontur. Salah satu solusi untuk memperoleh data ketinggian adalah dengan menggunakan data foto udara yang dihasilkan dari pemetaan menggunakan Unmanned Aeral Vehicle (UAV). Data foto udara akan menghasilkan data Digital Surface Model (DSM) yang kemudian dilakukan filterisasi untuk membentuk Digital Terrain Model (DTM). Data DTM tersebut digunakan untuk mengekstrak spotheight untuk mengoptimalisasi kerapatan titik ukur yang kurang. Penelitian tugas akhir ini memanfaatkan data pemotretan UAV yang telah dilakukan di wilayah pertambangan kapur yang berlokasi di Desa Sidokelar, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur dan pemetaan dengan menggunakan Total Station serta pengukuran GPS terhadap titik – titik kontrol tanah dan titik Benchmark yang kemudian diikatkan dengan titik CORS milik BIG supaya menghasilkan ketelitian titik kontrol yang lebih tinggi.  Peningkatan ketelitian peta topografi ditandai dengan menurunnya nilai root mean square error (RMSE). Terjadi penurunan nilai RMSE pada ketiga kelas yang diuji, yaitu kelas ground, kelas vegetasi dan kelas area tambang. Penurunan nilai RMSE pada kelas ground  sebesar 0,405 meter, pada kelas vegetasi sebesar 0,809 meter dan pada kelas area tambang sebesar 1,704 meter.
IDENTIFIKASI PERUBAHAN KERAPATAN HUTAN DENGAN METODE FOREST CANOPY DENSITY MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 TAHUN 2013, 2015 DAN 2018 (STUDI KASUS : TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU, JAWA TENGAH) Welman Manuel Sitorus; Abdi Sukmono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (929.539 KB)

Abstract

Hutan adalah suatu tempat yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan yang lebat diantaranya adalah pohon, rumput, semak, jamur, paku-pakuan dan sebagainya yang menempati daerah sangat luas. Hutan memiliki fungsi sebagai paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pembangunan hutan yang tepat. Kawasan hutan yang terdapat pada Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki luas 5.820,49 Ha sehingga perlunya pemantauan terhadap kondisi hutan. Pemantauan kondisi hutan dapat menggunakan pengindraan jauh. Penelitian ini menggunakan teknologi pengindraan jauh dikarenakan memberikan solusi untuk pemantauan hutan dalam skala luas. Metode yang digunakan adalah metode Forest Canopy Density (FCD). Metode FCD merupakan metode yang cukup baik untuk memantau perubahan kerapatan hutan dikarenakan menggunakan 4 indeks yang berkaitan dengan indeks tutupan vegetasi hutan yaitu Advanced Vegetation Index (AVI), Bare Soil Index (BI), Shadow Index (SI) dan Thermal Index (TI). Metode FCD memberikan hasil akurasi yang baik dalam pemantauan kerapatan hutan sehingga dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data citra satelit Landsat 8 dengan daerah Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai studi kasusnya. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan kerapatan hutan pada tahun 2013, 2015 dan 2018. Pada tahun 2013 hingga  tahun 2015 kerapatan rendah mengalami penurunan sebesar 251,09 Ha, kerapatan sedang mengalami penurunan sebesar 801,5 Ha dan kerapatan tinggi mengalami peningkatan sebesar 1.089,72 Ha. Pada tahun 2015 hingga tahun 2018 kerapatan rendah mengalami penurunan sebesar 43,2 Ha, kerapatan sedang mengalami penurunan sebesar 237,51 Ha dan kerapatan tinggi mengalami peningkatan sebesar 280,71 Ha.
PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN PUSAT PERBELANJAAN BARU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus: Kota Semarang) Aulia Fikki Wicaksono; Moehammad Awaluddin; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.344 KB)

Abstract

ABSTRAKKota Semarang merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang dianggap pembangunannya lebih maju dibandingkan kota lain di sekitarnya meskipun jumlah pusat perbelanjaan di Kota Semarang tidak lebih banyak dari Ibu kota provinsi lain seperti Bandung, Surabaya, dan lain lain. Kondisi tersebut membuat Kota Semarang menjadi lokasi berprospek tinggi bagi para pengembang properti untuk berinvestasi baik dalam bentuk pusat perbelanjaan tunggal maupun mixed use development yang terdapat mall di dalamnya. Adanya permintaan pemenuhan properti serta pembangunan untuk aktivitas komersial secara besar-besaran akan membuat masalah dalam penataan ruang, yaitu akan timbul lahan dengan fungsi yang tidak sesuai dengan peruntukan kawasannya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana tingkat kesesuaian lahan pembangunan pusat perbelanjaan baru di Kota Semarang menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan parameter yang ditentukan. Hasil kesesuaian lahan yang telah diperoleh selanjutnya akan dilakukan verifikasi menggunakan peta RTRW peruntukan kawasan perdagangan dan jasa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah peta kesesuaian lahan untuk pusat perbelanjaan baru di Kota Semarang. Berdasarkan hasil verifikasi peta kesesuaian lahan pembangunan pusat perbelanjaan baru menggunakan peta pola ruang peruntukan perdagangan dan jasa RTRW Kota Semarang tahun 2010-2030 didapatkan klasifikasi sangat sesuai seluas 192,378 ha (17,16%) dari total luas wilayah peruntukan perdagangan dan jasa. Klasifikasi cukup sesuai seluas 435,558 ha (38,86%). Klasifikasi kurang sesuai terdapat seluas 365,525 ha (32,01%), dan klasifikasi tidak sesuai seluas 127,329 ha (11,36%).Kata kunci : AHP, Kesesuaian Lahan, Kota Semarang, Pusat Perbelanjaan.ABSTRACTCity of Semarang is the capital of Central Java Province which is considered more advanced development compared to the surrounding city although the number of shopping center in Semarang is not as many as other provincial capital such as Bandung, Surabaya, and others. This condition makes Semarang as though as a location with a good prospects for property developers to invest both in the form of a single shopping center building or as mixed use development that there is a mall within it. Massive amount of the demand for property fulfillment and development for commercial activities will create problems in the spatial arrangement, that will brings up land that the function is not suite with the allocation of its area. This study is conducted with the aim to see the level of land suitability for new shopping center development in Semarang using Geographic Information System (GIS) based on specified parameters. The result that has been obtained will then  be verified using RTRW map of allocation of trade and service area. The result from verification of land suitability map for new shopping center development using map of allotment of trade and service of Semarang City’s RTRW years of 2010-2030 obtained very suitable class with an area of 192,378 ha (17,16%) from total area of allotment of trade and service, quite suitable class with an area of 435,558 ha (38,86%), less suitable class with an area of 365,525 ha (32,01%), and not suitable class with an area of 127,329 ha (11,36%).Key Words : AHP, Land Suitability, Semarang, Shopping Center.