Bambang Yunianto
Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

ANALISIS CFD DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN RELATIF PADA PROSES DEHUMIDIFIKASI SAMPLE HOUSE DENGAN KONSENTRASI LIQUID DESSICANT 30% Bondantio Putro; Eflita Yohana; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 2 (2015): VOLUME 3, NOMOR 2, APRIL 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.427 KB)

Abstract

There are various methods used to control the humidity in the room, one of them with a dehumidification system. By utilizing a liquid desiccant such as CaCl 2, relative humidity values can be suppressed in accordance with the specified variable. To determine the distribution of temperature and relative humidity in the room needed numerical simulations using Computational Fluid Dynamics (CFD). The model used in the experiment room (L = 1500 mm, W = 1000 mm, H = 1500 mm) is used to determine the ability of liquid desiccant in reducing humidity. Tests carried out in the morning at 08.00 with liquid desiccant concentration of 30%, as well as the dimensions of 0.2 mm nozzel, and discharge air to enter the room guarded by 2.35 m3 / min. At the inlet and outlet sides of the room fitted DHT sensor 11, which serves to record the changes in humidity and temperature during the test. In normal conditions without turning tool dehumidifier, sensors record the average temperature in the room at 28°C and 68% RH. The simulation was performed using CFD software Solidworks Flow Simulation 2014. Simulation results show that the distribution of temperature and relative humidity in the room with liquid desiccant concentration 30% runs into a  poor relative humidity, the RH average of 67.5% followed by the increase in air temperature 28.5 ° C and it  also contains not maximum temperature distribution and RH.
UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI DEBIT AIR DAN KECEPATAN UDARA FAN Edy Sofyan; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 3 (2015): VOLUME 3, NOMOR 3, JULI 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.284 KB)

Abstract

Evaporative cooling merupakan sistem pengkondisian udara kuno yang menggunakan media air untuk mendinginkan dan menambah kadar air atau kelembaban pada aliran udara. Sistem kerjanya dimana udara lingkungan di dinginkan dengan cara kontak langsung antara air dan udara, sehingga terjadi perpindahan kalor dari udara ke air yang mengakibatkan proses penguapan,sehingga temperatur udara turun dan nilai kelembabanya konstan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debit air dan kecepatan udara terhadap efektivitas direct-indirect evaporative cooling. Penelitian dilakukan dengan eksperimen. Variabel penelitian adalah debit air pada 0.125 L/detik dan 0.09 L/detik. Debit aliran udara pada heat exchanger dengan variasi kecepatan 2.2, 2.5 dan 2.8 m/s.. Data yang diambil meliputi data temperatur input, RH input, temperatur output dan RH output. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan penurunan DBT (Dry Bulb Temperature), dan WBT (Wet Bulb Temperature). Hasilnya digunakan untuk menghitung efektifitas evaporative cooler. Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisa berdasarkan teori yang ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa debit air dan kecepatan udara fan berpengaruh terhadap penurunan temperatur dan tidak meningkatkan kelembaban udara keluaran indirect evaporative cooler yang mana berpengaruh terhadap efektivitasnya. Pada indirect evaporative cooler pada debit 0.125 L/detik mempunyai efektivitas sebesar 32% lebih tinggi dibandingkan debit 0.09 L/detik yang hanya mempunyai efektivitas 30%.
PENGARUH PROSES DEHUMIDIFIKASI TERHADAP TEMPERATUR UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CaCl2) Yohanes Aditya Wisnu A; Eflita Yohana; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 4 (2014): VOLUME 2, NOMOR 4, OKTOBER 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.493 KB)

Abstract

Udara terdiri atas berbagai macam unsur dan senyawa pembentuk yang salah satunya adalah uap air (H2O). Kandungan uap air dalam udara mempengaruhi tingkat kelembaban udara. Udara lembab dapat memicu tumbuhnya bakteri yang membahayakan kesehatan manusia dan udara kering juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi manusia. Sehingga kelembaban udara berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan dan kesehatan manusia. Dehumidification merupakan proses penurunan kelembaban udara yang terjadi di dehumidifier, dimana uap air diserap saat terjadi kontak dengan udara oleh liquid dessicant sebagai fluida kerja. Penelitian ini menguji pengaruh variasi nosel dan variasi konsentrasi terhadap kelembaban udara dengan menggunakan larutan CaCl2 sebagai liquid dessicant. Di bagian atas dari dehumidifier, liquid dessicant didistribusikan menggunakan spraying nozzle dan pada waktu bersamaan udara bergerak secara counter flow masuk ke dalam dehumidifier dari bagian bawah, dengan menggunakan induced fan yang terletak di atas spraying nozzle pada jarak tertentu. Dimensi nosel bervariasi sebesar 0,2 mm, 0,3 mm, 0,4 mm, dan 0,5 mm, sedangkan variasi konsentari CaCl2 30%, 40%, dan 50%. Debit aliran udara masuk dehumidifier dijaga konstan sebesar 2,35 m3/min, temperatur masuk CaCl2 sebesar 18 OC, serta perubahan kelembaban dan temperatur akan diukur menggunakan sensor suhu dan kelembaban DHT 11. Hasil penelitian menunjukan penurunan kelembaban udara akan membuat temperatur akan naik seiring penurunan kelembabannya
PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS PENDNGINAN EVAPORASI DENGAN KONTAK LANGSUNG TANPA MENGGUNAKAN BANTALAN PENDINGIN Kharisma Syauqi Wildana; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 2 (2014): VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.57 KB)

Abstract

Teknologi evaporative cooler berawal dari konsep pendinginan udara dengan media air. Dimana udara di dinginkan dengan cara mengkontakkan langsung antara air dan udara, sehingga terjadi perpindahan kalor dari udara ke air yang mengakibatkan proses penguapan,sehingga temperatur udara turun dan nilai kelembabanya naik.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debit air  pada direct evaporative cooler. Penelitian dilakukan dengan eksperimen. Variabel penelitian adalah debit air yang dispray dengan variasi 0,8 L/m, 1,2L/m dan 1,45L/m. Data yang diambil meliputi data temperatur input , RH input, temperatur output dan RH output. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan penurunan DBT(Dry Bulb Temperature), dan WBT(Wet Bulb Temperature). Hasilnya digunakan untuk menghitung efektifitas evaporative cooler. Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisa berdasarkan teori yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian pendinginan evaporative cooling ini, dapat menghasilkan temperatur hingga 25,3 oC namun efektifitasnya rendah yaitu 56%. Sedangkan efektifitas tertinggi erjadi pada pengujian 1 pukul 13.00 pada variasi debit 1,2L/menit yaitu 80% dengan T lingkungan= 34,1 oC dan T out= 27,1 oC dan TWB=25,39. Dan rata-rata efektifitas terbaik dihasilkan pada variasi debit 1,2L/menit dan rata-rata efektifitas terburuk terjadi pada debit 0,8L/menit. Dan efektifitas tertinggi antara pukul 10.00-13.00.
ANALISIS CFD DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN RELATIF PADA PROSES DEHUMIDIFIKASI SAMPLE HOUSE DENGAN KONSENTRASI LIQUID DESSICANT 60% DAN SUHU LIQUID DESSICANT 10°C Ratrya Putra Hunadika; Eflita Yohana; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2 (2016): VOLUME 4, NOMOR 2, APRIL 2016
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1057.761 KB)

Abstract

Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk mengontrol kelembaban udara di dalam ruangan, salah satunya dengan sistem dehumidifikasi. Dengan memanfaatkan liquid desiccant berupa CaCl2, nilai kelembaban relatif dapat ditekan sesuai dengan variabel yang sudah ditentukan. Untuk mengetahui distribusi temperatur dan kelembaban relatif dalam ruangan diperlukan simulasi numerik menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). Model ruangan yang digunakan dalam eksperimen (L = 1500 mm, W = 1000 mm, H = 1000 mm, HCave = 500mm) digunakan untuk mengetahui kemampuan liquid desiccant dalam menurunkan kelembaban. Pengujian dilakukan di pagi hari pukul 08.00 dengan konsentrasi liquid desiccant sebesar 60%, serta dimensi nozzel 0,2 mm, suhu liquid dessicant 10°C dan debit udara masuk ruangan dijaga 2,35 m3/min. Sensor DHT 11 dipasang pada lima sisi, atap, dinding, lantai, inlet, outlet, yang berfungsi untuk mencatat perubahan kelembaban dan temperatur selama pengujian berlangsung. Pada kondisi normal tanpa menyalakan alat dehumidifier, sensor mencatat temperatur rata-rata di dalam ruangan sebesar 29,9°C dan RH 58,9%. Simulasi dilakukan menggunakan software CFD Solidworks Flow Simulation 2014. Hasil simulasi menunjukkan bahwa distribusi temperatur dan kelembaban relatif di dalam ruangan dengan konsentrasi liquid desiccant 60% mengalami penurunan kelembaban relatif yang rendah, yakni RH rata-rata sebesar 52,13% dengan diikuti kenaikan temperatur udara sebesar 31,65°C
UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR Cahyo Hardanto; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 3 (2015): VOLUME 3, NOMOR 3, JULI 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.08 KB)

Abstract

Pengujian ini membahas tentang sistem pengkondisian udara yang menggunakan air untuk mendinginkan dan menambah kadar air atau kelembaban pada aliran udara. Sistem pengkondisian udara tersebut disebut evaporative cooling. Pada proses evaporative cooling ada 2 macam yaitu proses direct evaporative cooling dan proses indirect evaporative cooling. Tujuan dari pengujian ini yaitu mengetahui efektivitas dari direct-indirect evaporative cooling sebagai variasi temperatur air sprayer dan kecepatan aliran udara pada heat exchanger; serta mengetahui kelembaban dan temperatur direct-indirect evaporative cooling. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variasi temperatur media pendingin air dan variasi kecepatan udara heat exchanger dapat meningkatkan efisiensi indirect evaporative cooling.
PENGUJIAN PENGGUNAAN GENERATOR HHO JENIS DRYCELL TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR Heru Fitria Nugroho; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2 (2016): VOLUME 4, NOMOR 2, APRIL 2016
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (947.948 KB)

Abstract

Jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat dari waktu ke waktu mengakibatkan penurunan stok jumlah bahan bakar minyak yang ada didunia. Sehingga diperkirakan cadangan minyak dunia akan segera habis, maka diperlukan bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar minyak tersebut. Gas hidrogen adalah salah satu bahan bakar alternatif yang saat ini sedang banyak diteliti.Generator HHO adalah alat dengan prinsip kerja elektrolisis air dan digunakan untuk memproduksi gas hidrogen. Alat ini mengubah air (H2O) yang dicampur katalis menjadi gas HHO/Gas Brown. Gas HHO ini adalah gas yang ditambahkan pada pembakaran didalam mesin untuk memaksimalkan pembakaran sehingga menghemat bahan bakar minyak yang dikonsumsi. Pada penelitian ini digunakan generator dengan jenis drycell. Pada larutannya digunakan katalis NaOH dengan 4 variasi konsentrasinya yaitu, 25%, 30%, 35%, dan40%. Dengan variasi konsentrasi akan didapat konsentrasi terbaik, baik dalam penghematan bensin yang dikonsumsi ataupun performa pada mesin tersebut.Dari hasil penelitian didapatkan larutan konsentrasi 25% NaOH penghematan bahan bakar terbesar yaitu dengan prosentase sebesar 21,05%  pada rpm 6000. Kemudian dengan larutan konsentrasi 30% NaOH didapatkan peningkatan torsi sebesar 5,3% pada rpm 3000 dan torsi mesin terendah -6,44% pada RPM 8000 dengan konsentrasi 40%. Peningkatan daya mesin sebesar 5,2% pada RPM 3000 pada Konsentrasi 30% NaOH dan mengalami penurunan mesin sebesar -6,49% pada RPM 8000 pada Konsentrasi 40% NaOH.
PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS DIRECT EVAPORATIVE COOLING DILENGKAPI COOLING PAD SERABUT KELAPA Moh. Dzikri Amri; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 2 (2014): VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.523 KB)

Abstract

Evaporative cooling merupakan sistem pengkondisian udara yang menggunakan air untuk mendinginkan dan menambah kadar air atau kelembaban pada aliran udara, sehingga temperatur bola kering menjadi lebih dingin sebelum mengalami proses penguapan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh debit aliran air pada sprayer  pada direct evaporative cooler dengan menggunakan metode eksperimen. Cooling pad serabut kelapa digunakan sebagai filter dan pendinginan awal.  Variabel penelitian adalah debit air yang dispray dengan variasi 0,8 L/m, 1,2L/m dan 1,45L/m. Data yang diambil meliputi data temperatur input , RH input, temperatur output dan RH output. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan penurunan DBT(Dry Bulb Temperature), dan WBT(Wet Bulb Temperature). Hasilnya digunakan untuk menghitung efektifitas evaporative cooler. Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisa berdasarkan teori yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian pendinginan evaporative cooling ini, dapat menurunkan temperatur hingga 25,4 oC dan menaikkan kelembaban relatif hingga 88%. Selain itu debit aliran pada sprayer mempunyai pengaruh terhadap efektifitas direct evaporative cooler. Pada penelitian ini debit aliran yang menghasilkan efektifitas paling baik yaitu berturut-turut 1,45, 1,2 dan 0,8 liter/menit.
PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH Feliks Lou Meno Sitopu; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 3 (2015): VOLUME 3, NOMOR 3, JULI 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.397 KB)

Abstract

Evaporative cooling adalah pendingin yang ramah lingkungan dan hemat energi untuk pendinginan gedung di daerah yang memiliki iklim panas dan kering. Secara sederhana Evaporative cooling bekerja dengan menguapkan air ke udara, selama penguapan berlangsung sistem tersebut harus menyerap panas yang berasal dari udara masuk yang bersentuhan dengan air. Sebagian panas diserap oleh air dan udara menjadi lebih dingin. Air tidak mengalami kenaikan suhu selama proses ini, tetapi hanya berubah dari fase cairan menjadi uap. Pengujian ini menggunakan Direct Evaporative Cooing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui temperatur, kelembaban udara dan efektifitas yang dapat dicapai oleh mesin direct evaporative cooling. Adapun penelitian ini dilakukan dengan mengontrol suhu dan kelembaban udara masuk. Direct evaporative cooling, dapat menurunkan temperature sebesar 3-4OC, untuk Tin 30OC, untuk Tin 35OC dapat menurunkan temperatur sebesar 6-7OC, sedangkan untuk Tin 40OC dapat menurunkan temperatur sebesar 8-11OC. Efektifitas tertinggi terjadi ketika temperatur masuk 40OC, dimana efektitasnya bisa mencapai 94 %, sehingga penggunaan evaporative cooler paling optimal pada temperatur masuk 40OC. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variasi temperatur masukan dan variasi kelembaban relatif masuk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efesiensi direct evaporative cooling.
KAJIAN EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI LONGITUDINAL ALIRAN DALAM SUDDEN EXPANSION CHANNEL Nurul Chomar; Khoiri Rozi; Bambang Yunianto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 1 (2014): VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (820.671 KB)

Abstract

Sudden Expansion channel merupakan bentuk saluran yang terekspansi secara tiba-tiba pada bagian downstream. penggunaan saluran ini dalam dunia industri menimbulkan masalah-masalah aliran, seperti munculnya separasi, resirkulasi, vortex, fluktuasi, dan turbulensi. Separasi aliran menjadikan blockage yang mengurangi debit. Resirkulasi dan vortex menyebabkan backflow sehingga mengganggu aliran utama. Sedangkan, fluktuasi dan turbulensi membuat vibrasi yang berdampak kebocoran. Kompleksitas aliran ini jelas berdampak negatif sehingga perlu dieliminasi dalam medan aliran. Penting mengkaji aliran dalam sudden expansion channel lebih dalam guna mendapatkan gambaran utuh dan detail Sudden Expansion channel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik aliran dalam saluran sudden expansion channel. Eksperimen pertama , mengambil data tekanan statis pada surface expansion dan stepped wall, hasil yang diperoleh dalam bentuk coefficient pressure (Cp). Percobaan kedua menggunakan metode visualisasi aliran. Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa aliran mengalami perubahan signifikan seiring perubahan bilangan Reynolds. Bilangan Reynolds tinggi menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga koefisien tekanan (Cp) semakin kecil. Di wilayah upstram menunjukkan momentum aliran cukup kuat untuk mengatasi gaya Viscos, sehingga energi kinetik aliran mampu membawa aliran dalam kondisi favorable. Sedangkan, pada downstream tekanan mengalami kenaikan mengindikasikan terjadi pemulihan dan secara bertahap diperlambat hingga mencapai kecepatan konstan, dan diperlambat sampai keluar saluran. Hasil visualisasi skin friction line pada expansion surface semakin meningkatnya bilangan Reynold, separasi aliran mengalami penundaaan. Pada stepped wall ditemukanemukan zona resirkulasi dib.lakang wall.